Cinta Pada Istri Urakan - Bab 473 Apakah Mereka Benar-Benar Kencan?

"Nenek, tante, kami pergi dulu ya, Nana akan merindukanmu, sampai jumpa."

Bobi lebih introvert dan tidak suka berbicara, tetapi juga melambaikan tangannya dengan sopan.

Tanpa menduga, Lana meneriaki mereka dengan wajah galak, "Roll out, siapa yang mau ketemu lagi, roll out, selamanya jangan ketemu, ROLL OUT !"

Nana langsung menangis ketakutan, Laras menatap Lana dengan tidak senang, dengan segera dia mengendong anaknya, "Bobi, ayo ikut mama."

Bobi tidak paham. Dia tidak tahu apa yang terjadi di antara kakek dan mama, juga tidak tahu ke mana kakek pergi. Dia hanya tahu bahwa dia seorang anak laki-laki dan dia harus melindungi mama dan adik perempuannya setiap saat.

Dia segera mengikuti mamanya, dan mengambil koper darinya, "Mama, aku akan membantumu mengangkat koper. Kemana pun kamu pergi, aku ikut"

Laras merasa lega dan juga sedih, menggenggam tangan Nana dan koper mereka pergi meninggalkan Mansion Atmaja.

Ketika dia diusir dari keluarga Pradipta, dia masih bisa mengandalkan ayahnya tapi sekarang dia diusir dari Mansion Atmaja. Dia hanya bisa mengandalkan dirinya sendiri.

Nana masih menangis di pelukannya, dan bertanya, "Mama, apakah bibi dan nenek... tidak suka Nana atau karena Nana tidak patuh? Nana tidak akan pergi mengganggu mereka lagi kedepannya... "

Laras menyentuh wajah putrinya, menghapus air matanya, dan menciumnya, "Nana, itu bukan salahmu. Jika kamu menangis lagi, mama juga ingin menangis."

Nana segera menghapus air matanya, dan dengan tangan kecilnya dia juga menghapus air mata mamanya dan berkata, "Yah, mama ... aku tidak menangis ... maafkan aku mama... Aku tidak apa-apa ...... "

Laras sangat sakit hati. Dia tidak ingin pulang selama empat tahun karena dia saja takut menghadapi situasi ini. Bagaimana dia bisa memaksa mereka menghadapi semua ini?

"Oh, anakku, tidak perlu takut karena mama ada disini"

Laras membawa anak-anaknya ke dalam mobil, dengan berat dia mengangkat koper besar ke bagasi. Koper itu penuh barang, lebih berat dari kedua anak itu.

Ketika dia sedang memindahkan koper, Nana, yang tadinya menangis, tiba-tiba saja tertawa, mendengar tawaan anak-anak Laras melihat ke dalam. Ternyata Bobi sedang bermain dengannya.

Laras suka mendengarkan tawa Nana. Tawa anak-anak adalah motivasi terbesarnya untuk terus maju.

Tiba-tiba datang sebuah mobil, Randi.

Ketika Randi melihatnya mau berangkat, dia menggodanya,"Sepertinya aku datang salah waktu. Kalian mau keluar pas aku tiba. Kalian mau ke mana?"

Sebelum Laras menjawab, Nana menjulurkan kepalanya yang kecil dari mobil dan berkata, "Paman Uno, nenek dan bibi mengusir kami keluar suruh menggelinding? tapi kami kan bukan bola, jadi kami hanya bisa pergi dengan mobil. "

"Aiya kamu benar-benar bodoh," Bobi menarik adiknya masuk,dan menjelaskan, "Paman Uno, kami hanya mau keluar jalan-jalan dan akan pulang ke rumah lagi beberapa hari kemudian."

Awalnya Randi mendengar kabar Laras, dia ingin menghiburrnya dan kedua anaknya, tapi dia tidak menyangka malah bertemu kondisi Laras dalam kondisi seperti ini.

Namun, dia beruntung telah bertemu dengannya.

"Oh, mau keluar jalan-jalan, tapi sekarang sudah gelap. Gimana kalau paman antar kalian ke hotel dulu. Besok pagi, kalian baru pergi jalan-jalan? "

Bobi tidak tahu bagaimana menjawab, dia hanya diam dan menatap mamanya.

Laras tersenyum, "Katakan terima kasih kepada paman."

Bobi memandang Randi ​​lagi dan berkata, "Oke, terima kasih Paman."

Randi ​​melambaikan tangannya, "Kalau begitu ikuti aku, aku akan menunjukkan jalannya."

Hati Laras, setelah dilukai oleh Reni dan Lana, kini mendapatkan kehangatan dari Randi, orang luar.

Randi ​​mengemudi di depannya, dan Laras mengikutinya sepanjang jalan.

Di tempat yang tidak jauh, Hati Gavin tampak sakit, dia hanya ragu sebentar, langsung mengejar Laras.

Selain itu, Randi menatap Laras penuh cinta dan kasih sayang. Ketika dia datang, Laras tidak panik, dan membawa anak-anaknya pergi bersamanya tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Apakah benar mereka berkencan?....

Randi ​​adalah orang yang sangat bijaksana, dia membawa mereka langsung ke hotel dekat taman kanak-kanak dimana anak-anak belajar, memilih kamar, dan mengantarkan mereka.

"Bisakah kamu menangani semua ini sendiri?"

"Tidak bisa pun harus menghadapinya."

"Butuh bantuan?"

"Terima kasih. Tapi orang lain tidak bisa membantuku."

Randi ​​menatapnya dengan penuh kasih sayang, dan kemudian berkata, "Apakah ... aku hanya bisa menjadi orang lain?"

"..."

"Laras, aku tidak hanya ingin menjadi temanmu, aku ..."

"Mama, bak mandi di sini besar sekali, " Nana kemari tiba-tiba dan menyela. "Ayo lihat, aku ingin mandi busa."

“Oke,” Laras menghela nafas lega.

Dia tahu apa maksud Randi, dia selalu meminta dirinya untuk menjaga jarak dengannya. Apabila Randi membantunya sekali, dia akan mengembalikannya dengan mentraktirnya makan.

Randi ​​tidak pernah mengungkapkan perasaannya, dia selalu menghangatkannya, anak-anaknya, teman-temannya, dan bahkan karyawannya.

Selain Bobi dan Nana sangat menyukainya, bahkan Fanny yang mengenalnya sejak dulu juga sangat mendukung Randi.

Dia dulu berpikir bahwa jasa Randi ​​dibesar-besarkan, tetapi sekarang dia merasa bahwa Randi ​​benar-benar baik, selalu muncul ketika dia membutuhkan bantuan dan tidak pernah membuatnya merasa tidak nyaman.

Laras mengisi air di bak mandi. Randi ​​berdiri di depan pintunya dan berkata, "Tinggal di hotel juga bukan solusi yang baik. Aku punya kenalan agen yang menjual rumah, perlukah aku membantumu mencari rumah di sekitar sini?"

"Terima kasih, masalah rumah akan kuatur sendiri."

"Jangan memaksakan diri. Kamu perlu menjaga kedua anak dan ayahmu, harus mengelola perusahaan. Bisakah kamu menanganinya?"

"Fanny akan kembali ke perusahaan besok. Ada dia di perusahaan aku merasa nyaman. Ayah aku sekarang masih tidak sadarkan diri dan tinggal di unit perawatan intensif. Hanya melihatnya sudah sulit, apalagi mengurusnya. Aku hanya perlu merawat anak-anak, dan ini adalah hal yang biasa aku lakukan. Aku benar -benar tidak memaksa diriku"

Randi ​​mendengar makna keasingan dalam kata-katanya dia pun tidak memaksanya, "Oke, jika perlu bantuan, silahkan mencariku. Aku siap membantu. "

"Terima kasih."

Tak lama kemudian, Laras menemukan sebuah rumah kecil dalam apartemen, dua kamar satu ruang tamu, walaupun kecil tapi semuanya lengkap.

Yang terpenting adalah anak-anaknya pun sangat menyukainya.

Malam itu, habis makan malam, Laras membawa anak-anaknya ke supermarket beli barang. Randi datang lagi,dan membantunya mengangkat barang belanjaan.

Tiba di apartemen, Randi menawar untuk Randi menawar untuk mengangkat barang-barangnya ke rumah.

Kalau biasanya, Laras pasti menolak. Namun, tiba-tiba dia nampak mobil Gavin berhenti di seberang jalan beserta Gavin didalamnya.

Tidak tahu kenapa Laras mengundangnya, " Barang-barang ini cukup berat, mohon bantu aku bawa ke rumah dan minumlah teh sebelum pulang. "

Randi terkejut, "Baiklah."

Gavin yang di seberang jalan melihat Laras dan Randi masuk ke apartemennya. Dia sangat sakit hati.

Walaupun tidak ingin percaya, tapi ini kenyataannya.

Hatinya sakit bagaikan daging lepas dari tubuhnya.

Novel Terkait

Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
4 tahun yang lalu
Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
3 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
3 tahun yang lalu
Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
4 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
4 tahun yang lalu