Cinta Pada Istri Urakan - Bab 484 Kemarahnya Padaku Belum Reda

Malam hari, Aaron dan Gavin bertemu di sebuah cafe.

Cafe yang tenang, ada sebuah ruang tersendiri, sangat cocok untuk ngobrol.

Begitu Gavin duduk, langsung blak-blakan bertanya: "Dia tidak sadar kan?"

"Tidak, tidak, kalau membicarakan akting, aku masih lumayan, bagaimana juga aku mempunyai banyak sekali aktor yang pintar berakting."

Sekarang entertaiment Rumah Layar miliknya, sudah sebuah perusahaan agensi paling besar di lingkaran entertaiment, yang dinaungi pasti terkenal.

Karena perusahaan agensi ini sungguh dia buat sampai besar dan kuat, karena ini juga dia membawa grup Gumaya memasuki industri perfilman, jadi dia sangat bangga, nama panggilan "Bos Rumah Layar" lebih penting daripada "Presdir grup Gumaya".

"Kakak kedua, ada hal apa lagi yang perlu aku kerjakan, kamu katakan saja, adik kecilmu menjamin akan berakting dengan baik."

Gavin mendengar perkataan ini, kenapa terdengar sangat tidak enak didengar, "Kamu yang serius sedikit, jangan berkata seperti aku sedang menjebaknya."

Aaron menepuk dahinya, "Aih, mungkin karena akhir-akhir ini terlalu banyak menonton film kerajaan, nada bicaraku terdengar menjadi jahat."

"......" Gavin menatap adik ketiganya dengan curiga, bertanya, "Mengapa bidangmu aneh sekali?"

"Ha, mau bagaimana lagi, aku harus tau film dan drama yang bertema apa yang disukai banyak orang."

Jelas sekali, Gavin tidak tertarik dengan hal seperti ini, Aaron langsung masuk ke inti pembicaraan, "Aku sudah mencari tau, Reni mempublikasi di lingkaran, siapa yang berani bekerja sama dengan Laras, maka sama saja melawannya, oleh karena itu beberapa yang berhubungan baik dengan real estate Podomoro semua melanggar kontraknya."

"Tapi, Bona Planning tidak sepenuhnya bergantungan pada real estate Podomoro, kakak ipar mempunyai banyak pelanggan sendiri, jadi, aku merasa harusnya dia bisa melewati kesusahan kali ini."

"Lagipula, Reni memang tidak bisa berbisnis, real estate Podomoro dan keluarga Bakri bisa sampai hari ini semua karena paman Atmaja, kalau tidak ada paman Atmaja, pasti akan menurun."

Gavin menyisip tehnya, berpesan: "Masalah di dalam bisnis kamu paling mengerti, kamu jaga dia."

"Aku tau harus berbuat bagaimana."

Saat ini, dari sebelah tiba-tiba ada seorang anak perempuan kecil masuk, tampaknya seperti berumur 3 atau 4 tahun, rambutnya diikat dua kuncir kecil, menatap mereka dengan kebingungan.

Aaron bersiul padanya, "Hai, adik kecil yang cantik, kamu mau mencari paman yang mana?"

Gavin melototinya, memarahinya: "Kamu jangan menakuti orang."

Siapa sangka, anak perempuan kecil itu melihat Gavin marah, mulutnya tertutup, matanya berkedip, ketakutan sampai menangis, "Mama......"

Gavin: "......"

Aaron tidak bisa menahan tawanya, lalu pergi untuk membujuk, "Adik kecil, jangan menangis, mama kamu dimana?"

Anak perempuan itu melihat Aaron, tangan kecilnya terulur mengambil kuaci, tapi begitu melihat Gavin lagi, langsung melepaskan kuaci, menarik tangan kecilnya.

Gavin juga sangat canggung.

"Hahahaha, adik kecil, tadi dia bukan memarahimu, tapi sedang memarahi paman, makan saja."

Anak perempuan itu memberanikan diri melihat Gavin, akhirnya Gavin memberikan senyum yang menampakkan deretan gigi putihnya, dia berusaha untuk membuat dirinya tersenyum, "Kamu duduk, aku bantu kamu cari mama kamu."

Sambil berkata, Gavin bangkit, melihat sekeliling di dalam cafe, tapi tidak melihat orang tua anak, dia sedikit panik.

Melihat anak kecil perempuan itu, umurnya hampir sama dengan Nana, bagaimana mungkin sendirian disini? Dimana orang tuanya? Apakah kehilangan anak tidak panik?

Ketika sedang memikirkan hal tersebut, seorang wanita muda dengan panik masuk, "Permisi tanya apakah ada melihat seorang anak kecil setinggi ini masuk kesini? Rambutnya dikucir dua, memakai baju merah."

"Disini!" Gavin langsung berteriak.

Wanita muda itu kepanikan berlari kemari, anak perempuan itu begitu melihatnya langsung memanggil mama.

Rupanya, kedua ibu anak itu keluar untuk makan, begitu mobil berhenti, anak perempuan itu langsung lari, juga tidak menunggu mamanya langsung masuk ke cafe ini, setelah mamanya memarkir mobil, sadar kalau pintu bagian belakang terbuka, anak perempuannya hilang, ketakutan sampai hampir melapor polisi.

Setelah berterimakasih, wanita muda itu memeluk anak perempuan kecil pergi, Gavin dengan menyayangkan berkata, "Satu anak saja sudah sangat susah diurus, dua anak, sama saja mau gila."

"Kepikiran dengan Laras?"

Gavin tidak membalas, mengambil tehnya dan meminumnya, saat ini, dia lebih ingin meminum bir.

"Aku dan kakak pertama sudah bertanya padanya langsung, kedua anak itu bukan anakmu."

"Kamu seyakin itu?" Gavin bertanya balik.

"Waktu itu dia akhir tahun baru keluar negri, sebelum akhir tahun, dia masih pergi bersekolah seperti biasa, kalau hamil apa mungkin tidak tampak? Bagaimana pun di hitung juga bukan anakmu."

Gavin terdiam, otaknya sedang memikirkannya.

"Ketika Laras baru kembali ke dalam negri, tiba-tiba bertambah sepasang anak, di dalam lingkaran semua orang sedang membahas hal ini, mau seberapa tidak enak didengar pun ada, tidak ada orang yang merasa kalau itu adalah anakmu, karena waktunya juga tidak tepat."

"Aku tau kamu demi dia, tidak keberatan menjadi ayah anak orang lain, juga tidak keberatan dengan rumor itu, tapi apakah paman kedua dan bibi kedua akan setuju?"

"Kamu tidak melihat waktu itu bagaimana pemandangan bibi kedua mengusirnya pergi, dan juga sekarang ini, bibi kedua setiap hari memikirkan masalah kamu mau berjodoh dengan gadis orang kaya yang mana, sikap bibi kedua, tegas sekali tidak akan mau menerima Laras lagi."

Mulut Gavin tertutup rapat, masih diam.

Dia tau itu semua, tapi orang itu, bagaimana juga adalah mama kandungnya.

Nada bicaranya sangat berat berkata: "Dia adalah mamaku, aku tidak bisa bagaimana dengannya, tapi, hal besar di hidupku tidak pernah memerlukan pendapatnya."

"Baiklah."

"Masih ada satu hal harus merepotkanmu."

"Apa?"

"Kasus Reni menyiksa kakek, pengacara yang dia cari sangat tidak bermoral, sudah dibeli oleh Reni, pasti kalah di sidang, kamu cari kesempatan perkenalkan padanya."

"Kenapa kamu tidak mengatakan sendiri padanya?"

"Kemarahannya masih belum reda padaku."

"Oh oh, aku mengerti......Kakak kedua, namanya juga wanita, bujuk saja dia."

"Kamu jangan asal memberiku pendapat, semua yang kamu katakan itu tidak terbukti, kamu membujuk wanita sampai sekarang, ada satu yang sudah berhasil belum?"

Wajah Aaron sedikit mengeras, harga dirinya ini, harus dipertahankan, "Aku ini namanya teliti, tidak semua wanita pantas untuk aku bujuk."

"Cih, sudah cukup, perjaka tua."

"......"

Melihat Aaron yang sangat marah, Gavin tidak bisa menahan tawanya, "Setelah aku pulang sering sekali melihat beritamu, masalah kamu dengan artis terkenal itu benar tidak?"

"Kamu ini sedang menggosipiku ya?"

"Aku sedang perhatian denganmu."

Aaron menggeleng, langsung menjelaskan, "Kakak kedua, kamu tenang saja, aku dan Suli Fang adalah musuh bebuyutan, rumor itu tidak benar."

"Aku tidak mengatakan siapa, kenapa kamu yakin sekali yang aku bilang adalah Suli Fang?"

"......"

Gavin melihat kuaci yang ada di atas meja, lalu kepikiran dengan anak perempuan kecil tadi, lalu berpikir lagi, masih Nana juga yang lebih imut dan cantik.

Novel Terkait

1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
3 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu