Cinta Pada Istri Urakan - Bab 294 Kamu Kuikat di Pinggang, Kubawa Pergi

Laras sambil mengganggunya sambil mengeluh, membuat Gavin tidak tau harus bagaimana, langsung membalikkan badan dan menindihnya.

Benar, ketika Laras berulang tahun, Gavin entah sedang dinas kemana, jangankan hadiah, bahkan ditemani saja tidak.

Laras saja tidak mengeluh kalau ulang tahun tidak ditemani, Gavin malah mengeluh tidak ada kado ulang tahun disini, dilihat seperti ini Gavin tampak lebih jahat dan sok.

Awalnya Gavin ingin membuat Laras malu, siapa sangka keadaan berbalik, malah dia yang membuat dirinya sendiri dua kali lipat lebih merasa bersalah.

"Aku benar-benar menggali lubang sendiri, sebenarnya aku hanya bercanda denganmu, tidak serius mau meminta kado."

Melihat Gavin yang menjelaskan dengan serius, Laras tiba-tiba memegang wajahnya, dengan tersenyum berkata: "Hahaha, bodoh, tentu saja aku tau, tapi aku memang tidak menyadari kalau hari ini ulang tahunmu, maaf ya......selamat ulang tahun, suamiku tercinta."

Lalu, dia menarik lehernya, memajukan bibirnya, mencetak bentuk bibirnya di atas wajahnya, "Muah!"

Gavin tertawa seperti anak kecil, dulu waktu dia sendirian, sama sekali idak tau bagaimana rasanya tertawa dari dalam hati.

Tapi sekarang, Laras selalu saja bisa membuatnya tertawa kapan saja dan dimana saja.

Dulu dia pernah ada penyakit apatis, semacam penyakit mental, pada saat sangat parah membutuhkan obat untuk sembuh, tapi sekarang, Anis sudah memberinya surat keterangan sembuh.

Dia sekarang adalah pria normal yang berperasaan dan bernafsu.

Tidak ada penyakit.

Gavin menggendongnya, sambil tertawa jahat berkata: "Mari, biarkan suami memandikan istri."

Baru saja mau masuk kamar mandi, handphonenya berbunyi diwaktu yang tak tepat.

Sudah semalam ini, selain telepon dari pasukan, siapalagi yang akan meneleponnya?

Wajahnya murung, sedikit tidak ingin mengangkat telepon itu.

Laras dengan pengertian menepuk pundaknya, berkata: "Aku mandi sendiri saja, kamu pergi angkat telepon."

Gavin sangat tidak berdaya, tapi juga tidak punya cara lain.

Laras mandi dengan cepat, memikirkan kalau Gavin mungkin harus pergi, dadanya sangat sakit.

Tidak berani membuatnya lama menunggu, jadi dia mandi sebentar langsung keluar.

"Sudah mau pergi ya?" Laras memayunkan bibirnya, wajahnya penuh ketidakrelaan.

Gavin tertawa, sengaja menggodanya, "Ehn, sudah mau pergi, kamu kuikat dipinggang kubawa pergi, oke?"

"Ha?"

Dia tertawa terbahak sambil mengangkat handphonenya, berkata: "Si Aaron kurang ajar itu, dia sedang mengadakan pesta di atas, dia tau kalau kita juga ada di hotel ini, memaksa kita harus naik ke atas, bahkan baju kita juga sudah diantar.

"......" Hanya kamulah yang bisa bilang adik sendiri kurang ajar, "Bagaimana dia bisa tau kita disini?"

"Dia bilang ada lihat 2 orang yang mirip dengan kita, jadi dia memeriksa daftar penumpang hotel, ada lihat nama kita."

"Ha? Daftar penumpang hotel ini bisa diperiksa dengan begitu mudah ya?"

Gavin ikut mengeluh dan berkata: "Itu makanya, hanya karena dia adalah pemilik hotel ini jadi bisa memeriksa daftar penumpang hotel, kelewatan."

"E......Hotel ini miliknya?"

"Iya."

"Kalau begitu kenapa kita bayar? Ayo, kita cari dia suruh dia kembalikan uang kita."

"......"

Laras memakai baju pesta yang disediakan Aaron, itu adalah sebuah dreamy dress berwarna biru, birunya sangat menampakkan putih kulit Laras, dress berbahan kasa yang benar-benar sangat cantik.

Gavin juga mandi dan mengenakan baju baru, bajunya lebih sederhana, kemeja putih dan celana hitam standart, hanya saja dasi kupu-kupunya sedikit mencolok, warnanya biru sama dengan dress Laras.

Kalau dulu, pukul dia sampai mati pun dia juga tidak akan menggunakan pakaian seperti ini.

Saat ini, restoran di atap hotel sangat ramai, Aaron sudah kesepian setengah tahun lebih, ini adalah pertama kalinya tahun ini dia mengumpulkan semua "dewa" untuk mengadakan pesta, jadi sangat ramai, semua orang sangat mendukung, teman yang membawa teman semuanya datang.

Saat Gavin dan Laras naik, semua pria dan wanita berkumpul di tepi kolam bermain games, jadi sangat sedikit orang yang memperhatikan mereka.

Kolam renang, tentu saja tidak sedikit bikini, Laras dengan sigap menarik Gavin berputar, dan memperingatinya: "Tidak boleh liat kesana, kita disini saja makan."

Gavin tersenyum, "Oke, lagipula aku lihat kamu saja sudah cukup."

"......Ekhem, Jendral Pradipta, bisa tidak kamu menjaga sikap dan ucapan ketika diluar? Sikapmu itu mencerminkan imej negara."

Laras begitu serius mengajarinya, mungkin hanya dia saja yang berani.

Gavin baru saja membuka mulutnya, dari sebelah terdengar suara Aaron, "kakak kedua, kakak ipar muda."

Wajah Gavin langsung berubah menjadi serius.

Laras dengan nada komplain bertanya "Adik ipar, kenapa kamu menambahkan kata "muda" dibelakang kakak ipar? Apa kamu tidak merasa seperti ini membuat kakakmu menjadi lebih tua?"

"Pfft...... Hahahaha." Aaron langsung tertawa terbahak-bahak.

Sudut bibir Gavin yang kaku sedikit tertarik, ada semacam marah karena diejek Laras tapi malah tidak bisa membalasnya, benar-benar, Gavin hanya bisa menggigit bibirnya.

Laras melihat wajah bahagia Aaron, mengejeknya: "Aih, adik ipar, kenapa kamu berpakaian serapi ini? Di kolam renang sana begitu banyak orang, kenapa tidak ikut bergabung disana? Kalau kamu pergi, pasti sangat bagus."

Aaron: "Ha, boleh juga, kak, ayo kita tunjukkan otot kita."

Laras langsung panik, langsung menarik Gavin, seperti takut direbut, "Kalau kamu mau pergi, pergi sendiri, dia tidak boleh, pria yang sudah menikah tidak cocok ikut party kolam renang."

Aaron: "Hahahaha, kakak kedua, istrimu sangat lucu."

Gavin seperti mau tertawa tapi tidak, tetap sangat dingin.

Dia melihat Aaron, dengan serius bertanya: "Operasional perusahaan baru saja stabil kamu sudah keluar berfoya-foya, apa bagus? Bisa tidak fokus di pekerjaan?"

Aaron dengan merasa tidak adil berkata: "Tahun ini benar-benar sangat melelahkan, sudah menandatangani beberapa proyek besar, kamu juga harus memberiku kesempatan untuk bersantai. Aku tidak sepertimu, pulang kerumah langsung bisa isi baterai, orang single hanya bisa mengajak teman."

Sebuah kalimat "pulang kerumah langsung bisa isi baterai" membuat Gavin dan Laras membayangkan gambaran yang tidak bisa dijelaskan, Gavin sangat pintar menutupi ekspresinya, tapi Laras tidak bisa.

"Aha apa itu, kalian ngobrol, aku ke toilet sebentar." Wajahnya memanas, dia harus cepat memadamkan api diwajahnya.

"Mau kutemani?"

"Tidak perlu, tidak perlu, kalian ngobrol saja."

Laras berjalan ke belakang melambaikan tangannya langsung lari.

Pandangan Gavin masih melihatnya, sampai dia menghilang di belokan.

Aaron dengan tersenyum berkata: "kakak kedua, sudah, orangnya sudah masuk."

Gavin melihatnya tajam, dia langsung mengangkat tangannya menyerah, "Aku diam."

Setelah Laras pergi, suasana kedua kakak adik ini menjadi serius, Gavin mengambil segelas bir dari pelayan, menyisipnya, matanya melihat sekeliling, dengan teliti bertanya: "Rama ada mencarimu?"

Aaron: "Ehn, sesuai dugaanmu, dia mencariku, proyek kota Kota Bunga dia juga ingin mendapat bagian, selanjutnya, aku harus bagaimana?"

"Pura-pura setuju dulu, tapi jangan ikut terlibat."

"Mengerti."

Novel Terkait

Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
4 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
4 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu