Cinta Pada Istri Urakan - Bab 897 Tidak Boleh Tinggal Terlalu Lama Di Tempat Ini

Akhirnya Yuka Ona bangun, begitu bangun, ekspresinya sangat menderita.

“Ah……” Sudahlah jika kesemutan di lengan yang bagaikan beribu-ribu semut sedang menggerogoti tulang, kedua kaki juga kesemutan dan kesakitan, itu adalah rasa sakit pada otot dan tulang yang mendukungnya.

Jerome melihatnya, ingin tertawa, tapi merasa kasihan juga, “Kamu itu karena tertekan dalam waktu lama jadi sirklus darah tidak lancar, pelan-pelan angkat kaki dan gerak-gerakkan. ”

“Gerak……tidak bisa bergerak……”

“Tahan dulu, jika digerak-gerak akan lebih cepat baik. ”

“Sungguh tidak bisa digerakkan, sakit……. sakit……”

Jerome menghela nafas, dia juga tidak bisa membantunya apa-apa.

Yuka Ona menggertakkan gigi, tiba-tiba penuh kejutan bertanya: “Ya, kamu sudah bangun?”

“Eng, sudah bangun dari tadi, melihat kamu tidur nyenyak jadi tidak membangunkanmu. ”

“Apa yang kamu rasakan?”

“Seharusnya lebih nyaman daripada kamu sekarang. ”

Yuka Ona merasa canggung tersenyum-senyum, “Sebentar lagi aku akan baikan. ”

Jerome menunjuk ke buah liar di samping tangan yang sudah tidak banyak lagi, “Sangat enak, untung ada kamu, terima kasih. ”

“Sama-sama, di tepi kolam masih banyak, begitu mengulurkan tangan sudah bisa mendapatkannya. ”

“Dan mengenai tentara yang mengejar, terima kasih. ”

“Hehe, kamu bicara begitu membuat aku tidak enak hati, mana ada terima kasih sebanyak itu. ”

“Nyawaku diselamatkan olehmu. ”

“Kalau begitu kamu ingat dalam hati saja sudah cukup, jangan diungkit terus. ”

“Baik. ”

Kedua kaki Yuka Ona sudah agak baikan, perlahan-lahan dia menginjak tanah, sudah bisa digerakkan, tapi di telapak kaki masih seperti ada ribuan semut yang sedang menggerogoti tulangnya, agak mati rasa dan gatal.

“Oh iya, kita tidak boleh tinggal lebih lama di tempat ini, semalam mereka tidak menemukan lubang masuk gua, akan menyusuri hilir, jika menyusuri hilir masih tidak menemukanmu, berbalik dan mencari lagi, pada siang hari akan sangat mudah menemukan tempat ini. Kalau sampai ditemukan, kita tidak akan bisa kabur lagi. ”

Jerome menganggukkan kepala.

“Aihh, apa yang kamu lakukan?”

“Ganti obat. ”

“Aku tarik kamu, kamu pelan sedikit, hati-hati jangan sampai kena luka. ”

Sambil bicara, Yuka Ona bergeser ke sana, walaupun di telapak kaki masih agak kesemutan, tapi sudah hampir pulih, tidak memengaruhi gerakkan. Dia duduk di atas batu yang ada di samping, perlahan-lahan memapah Jerome untuk berdiri, kemudian membuka daunnya selapis demi selapis.

Jika dikatakan terasa aneh juga, daun yang menempel erat pada tubuhnya kemarin, kemarin masih daun hijau segar, sekarang sudah berubah menjadi agak tembus pandang, masih bisa melihat garis-garis urat di bawah daun dengan jelas.

Yuka Ona terkejut dan bertanya: “Apa ini?”

Jerome: “Daun jenis ini bisa digunakan sebagai obat, fungsi utamanya adalah menurunkan panas dan menghilangkan racun, ditumbuk hingga halus dan dioleskan pada luka luar bisa mencegah infeksi, dikeringkan bisa jadi daun teh untuk diminum, bisa menghilangkan panas dalam dan sembelit.

Yuka Ona : “Kalau begitu, daun besar ini adalah barang langka. ”

Jerome: “Iyalah, daun jenis ini adalah obat bagus untuk mengobati penyakit dan menyelamatkan nyawa, dibuat jadi obat herbal bisa dijual mahal, juga hanya di sini, tiada habis-habisnya bisa kamu dapatkan. ”

Yuka Ona melihat dedaunan besar yang penuh di tanah ini, ada yang dijadikan selimut ada yang dijadikan tempat tidur, masih ada yang dijadikan bantalan duduknya sendiri, sungguh tidak tahu menghargai dan digunakan sesuka hati.

Setelah membuka selapis daun yang telah berubah jadi tembus pandang, sebagian daun yang sudah busuk menyatu dengan daging dan kulit diluka, dengan daun tumbuk halus itu juga menempel kuat pada luka.

Jadi, harus ganti obat.

“Apakah mau membersihkan daun busuk yang ada diluka?”

“Benar. ”

Tangan Yuka Ona agak gemetar, harus langsung menggunakan tangan untuk membersihkan daun busuk dan daging busuk itu, dia sedikit merinding, ini adalah tindakkan penolakan tubuh secara naluri, dia tidak bisa mengendalikannya.

Sepertinya Jerome melihat dia ketakutan, “Aku lakukan sendiri saja. ”

“Jangan, kamu juga tidak bisa melihatnya, bagaimana kamu melakukannya?” Yuka Ona sekuat tenaga melakukannya tidak peduli lagi, bahkan phobia darahnya juga bisa disembuhkan, masih ada apa lagi yang tidak bisa dilakukan? Masalah hidup dan mati, tidak ada masalah yang lebih penting lagi.

“Kamu tunggu sebentar, aku pergi cuci tangan, sekalian ambilkan sedikit air ke sini. ”

“Baik. ”

Sangat cepat, Yuka Ona lari ke tepi kolam, mencuci wajah, mengambil dua tanaman merambat, diputar menjadi tali halus, mengikat rambutnya yang berantakan ke belakang. Kolam yang tenang bagaikan cermin, dia bercermin, mencuci bersih noda tanah yang ada di wajah, lalu tali halus yang mengikat rambut diikat menjadi ikatan kupu-kupu.

Dia mencuci tangan dengan teliti, setelah menggosok tiga atau empat kali baru merasa bisa, ingin langsung menyentuh lukanya, harus dicuci dengan lebih bersih.

Sangat cepat, Yuka Ona kembali sambil membawa air, “Aku datang, sini. ”

Jerome sedang menahan rasa sakit luka tersobek kembali, luka yang tersobek kembali harus menahan serangan sakit dari sari obat herbal lagi, setelah tenaga dan semangatnya agak pulih sedikit, harus terkena pukulan keras sekali lagi.

Dia mendengar suara dan menoleh, dalam keadaan linglung, dia melihat seorang gadis yang akrab tapi juga tidak terlalu akrab sekali berlari ke arahnya.

Gadis mengikat rambut model ekor kuda, menunjukkan seluruh wajahnya, kulit di pipinya lebih putih dan halus dari salju, benar-benar sama dengan namanya —— Yuka.

Di pipinya terdapat dua rona merah, bulu mata dan rambut halus di samping telinga masih agak basah, dia yang seperti ini, walaupun memakai pakaian lusuh juga tidak bisa menahan energik dan vitalitasnya, penuh jiwa muda, begitu cantik dan imut.

Dalam sekejap, Jerome terpesona, untuk sesaat bahkan melupakan rasa sakit di tubuhnya.

Yuka Ona tergesa-gesa berlari ke sini, kali ini dia memetik satu daun super besar, air yang di bawa juga lebih banyak, “Kamu bisa memegangnya? Apa kamu masih memiliki tenaga untuk memegangnya?”

“Bisa. ” Jerome menerima air, secara tidak sengaja menyentuh jarinya, merasa agak lemas, seolah-olah terkena sengatan listrik, dia bergegas memalingkan wajah.

Yuka Ona sudah mempersiapkan diri, melihat lukanya dengan konsentrasi penuh, lalu bertanya: “Aku sudah akan mulai melakukannya ya?”

"Eng. "

Yuka Ona menahan nafasnya, dengan tangan kosong membuka daun busuk yang menempel dilukanya.

"...... " Jerome mengatup rapat bibirnya, butir-butir keringat, muncul dari dahi dan pundaknya yang bisa dilihat dengan kecepatan mata telanjang.

Awalnya, Yuka Ona sangat menolak untuk melakukan hal ini, dia memiliki phobia darah, memiliki mysophobia, karena alasan ini dia tidak setuju mewarisi keahlian ayahnya, ayah dengan tegas menyuruhnya belajar kedokteran, mengisi formulir relawan ujian masuk perguruan tinggi, ayah anak juga karena masalah ini marah dan tidak bicara, akhirnya kedua belah pihak sama-sama mengalah selangkah, pada akhirnya dia mendaftar pencitraan medis.

Sejak kecil dia takut kotor, lebih takut darah, tapi setelah beberapa hari ini, bukan hanya mysophobia yang sembuh, bahkan phobia darah juga hilang, dia masih bisa ganti obat dengan tangan kosong, jika pulang dan ceritakan pada mama, mama pasti tidak akan percaya.

Sangat cepat, dia dengan gesit membersihkan daun busuk dan daging busuk pada luka, gerakkannya semakin cepat, waktu untuk dia menahan rasa sakit juga semakin pendek.

"Apakah masih sama ditempelkan obat herbal?"

"Benar, langsung gunakan mulut untuk mengunyah hingga hancur, enzim pencernaan dalam air liur bisa meningkatkan kemanjuran obat. "

"Baik. " Yuka Ona mengangguk, mengambil setengah helai daun lalu dimasukkan ke dalam mulut, begitu dikunyah, "Iihh, pahit sekali...... " Rasa ini, pahitnya membuat dia bergetar, saking pahitnya tanpa disadari dia mengerutkan alis.

Jerome sedikit tidak enak hati, "Sebenarnya aku bisa lakukan sendiri. "

Yuka Ona menggoyangkan tangan menyuruhnya jangan bergerak, saking pahitnya membuat dia tidak bisa bicara, dia segera mengeluarkannya, langsung ditempelkan ke lukanya.

"Eh...... " Sedikit terlalu tiba-tiba, dia sakit sampai menggertakkan gigi.

Satu menyeringai karena terlalu pahit, satu menyeringai karena kesakitan, di saat mata mereka berdua saling memandang, dua orang serentak tertawa bersamaan.

Novel Terkait

The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
5 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
5 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu