Cinta Pada Istri Urakan - Bab 968 Habiskan Itu Dulu Baru Kamu Kumaafkan

Begitu Romo teringat karena dendam dirinya dan Reni, baru membuat Lana terjerumus masuk ke dalam kesulitan seperti ini, dalam hatinya juga sangat merasa bersalah.

“Lana, ayah sudah tidak bisa ikut campur tangan lagi mengenai urusan keluarga Bakri, jalanmu selanjutnya, hanya bisa bergantung pada dirimu sendiri, tunggu setelah ibumu keluar dari penjara, kalian baru diskusi, ibumu itu berkemampuan, aku rasa, dia pasti bisa menyelesaikan semuanya dengan baik.”

“Justru karena ibu sudah mau keluar dari penjara, makanya paman Tang mereka baru tambah berhati-hati lagi, dari semua yang aku tahu, mereka sudah siap untuk merilis banyak berita, setelah ibu kembali ingin mempermalukan dia, membuat ibu tidak ada kesempatan untuk membalikkan badan.”

Romo yang mendengar, agak tersentuh, hanya saja, semua ini adalah hukuman yang sepatutnya diterima oleh Reni, kalau bukan mengingat hubungan suami-istri selama 20 tahun dan putri mereka, dia masih akan menambah beberapa tuntutan lagi, kalau benar demikian, hukuman pidana wanita itu pasti tidak hanya seperti ini saja.

Romo bisa kedengaran sikap Lana yang menyalahkan, di dalam hati, maupun di mulutnya, semua menyalahkan dia orang yang menjadi ayahnya ini.

Pria itu juga mengerti, hubungan ayah dan anak dia antara mereka, sudah tidak mungkin akrab seperti dulu lagi.

“Lana, kamu hanya perlu ingat, aku selamanya adalah ayahmu, hal ini tidak akan berubah, asal kamu pulang, pintu Mansion Atmaja kapan saja juga akan terbuka untukmu, ayah pasti menerimamu dengan senang hati.”

Wajah Lana tak berekspresi, lama sekali baru menarik ujung mulut, dengan senyum dangkal berkata: “Terima kasih ayah.”

Kasus itu diperdebatkan dengan sangat hebat sekali, baik hubungan suami istri, maupun hubungan ayah dan putri, semua memipis hampir habis, Lana dari awal sampai akhir selalu ingat dengan perkataan Romo itu——“Bisnis di Australia aku tidak mau sedikitpun, barang-barang di Jakarta itu milik Laras, kalian sedikitpun jangan pernah berpikir untuk mengambilnya pergi.”

Kalau benar demikian, Mansion Atmaja di kemudian hari adalah milik Laras, dia seumur hidup ini juga tidak akan mungkin lagi menginjakkan kaki ke rumah yang pernah menjadi rumahnya itu.

Ayah dan putri duduk berhadapan, sebenarnya Romo bisa merasakan hubungan antara mereka yang menjauh dan menjadi asing.

Di dunia bisnis bertahun-tahun, sedikit banyak mengerti tentang perselisihan terang-terangan dan perebutan terselubung di dunia bisnis, dan terhadap beberapa sanak saudara keluarga Bakri, dia dengan mereka sudah bertarung 20 tahun, bisa dibilang sangat memahami mereka dengan baik.

“Pamanmu memang tidak mudah untuk dikalahkan, ambisinya besar, kemampuannya juga termasuk kuat dibanding beberapa yang lainnya, tapi, pemikirannya tidak benar, dulu diam-diam bekerjasama dengan penyelundup pelabuhan, asal kamu minta detektif bayaran untuk melacak mendalam bagian ini, pasti bisa mendapatkan bukti kejahatannya.”

Lana berterima kasih dan mengangguk, “Baik, kakak sepupu mereka, juga sedang membuat ulah.”

“Kakak-kakak sepupumu itu sama sekali tidak punya masa depan, tanpa terkecuali kalau saja salah satu di antara mereka ada yang memiliki sedikit kemampuan, aku juga tidak akan sampai setelah bertahun-tahun masih juga tidak bisa berhasil mendidik seorang penerus. Jadi tidak perlu takut dengan mereka, mereka semua adalah harimau kertas, asal kamu bersikap kuat dan keras sedikit, mereka bisa takut dan mundur.”

“Em, aku mengerti.”

“Lana, kalau masih ada apa yang tidak mengerti, atau menemukan masalah, kamu boleh tanya ke aku, aku adalah orang yang paling mengenal baik keluarga Bakri, juga orang yang paling berharap kamu bisa selamat dan bahagia.”

Lana mengangguk, dia tentu saja tahu kehebatan Romo, kali ini kemari menjemput ibu keluar dari penjara, dia awalnya berpikiran untuk memanfaatkan kesempatan untuk memperbaiki sebentar hubungannya dengan Romo, hanya saja selalu tidak menemukan sela yang tepat.

Kebetulan sekali, Christian ternyata di luar dugaan pergi mencarinya, memohon kepadanya untuk menerima rencana Laras, dan syarat yang diusulkan wanita itu adalah, meminta Christian menemaninya satu malam.

Ini bisa dibilang satu panah mengenai tiga target, dia tidak hanya bisa dengan beralasan bertemu dengan Romo, juga bisa memanfaatkan kesempatan untuk mempermalukan Laras, hal yang terpenting adalah, masih bisa menghabiskan satu malam dengan Christian lagi, perlu diketahui, dulu sewaktu mereka berpacaran, Christian tangannya saja tidak boleh disentuh.

Sewaktu menjemput Laras, juga dengan nada rendah mengambil hati wanita itu, saat mempermalukannya, dia tetap juga tidak bersuara sedikitpun, dia sungguh sangat puas sekali.

Setelah kembali ke hotel, Lana seperti biasa mulai berdandan, mempersiapkan diri untuk kencan malam ini.

Di kediaman, Laras sudah berada di rumah seharian, sekujur badan pegal dan nyeri, diomeli oleh Anna berapa kali.

“Kamu ini badan kurus seperti papan masih diet, kamu ini ingin membuat mati kesal siapa? Apa kamu merasa aku bontet sekali tapi karena hubungan mertua dan menantu tidak berani mengingatkan kalau aku bontet, jadi berpuasa dan diet menggunakan cara ini untuk mengingatkan aku? Aku sungguh berterima kasih denganmu, perhatian sekali!”

“Anak ada di sana, kamu bilang kamu tidak makan malam mau diet, besok-besok putrimu demi cantik juga tidak makan, apa kamu tidak khawatir?”

“Kurus juga perlu ada batasan, kamu ini badan kurus seperti papan, aku sungguh tidak suka melihatnya, wanita itu berdaging sedikit baru bisa terlihat punya rezeki. Lagian, kamu begitu kurus, kalau orang tidak tahu juga bisa mengira kamu di rumah keluarga Pradipta disiksa, apa ada orang seperti kamu ini yang mencelakai keluarga sendiri?”

“Kamu lihat kamu sekarang, aku sudah ketawa sampai gigi hampir mau copot, apa ada orang seperti kamu ini yang kurang waras begini? Kepikir apa langsung lakukan saja, kenapa kamu tidak langsung pergi sedot lemak saja? Malah aku mau lihat, lemak tubuhmu yang sedikit itu apa cukup untuk disedot.”

Menghadapi omelan mertua, Laras sungguh tidak mampu untuk menyerang balik, terakhir hanya bisa dengan sedih berkata sepatah, “Bu, aku tahu sudah salah…”

“Sudah tahu salah makan yang baik, jangan setiap hari berpikir terlalu banyak ide untuk menyusahkan sampai merusak kesehatan sendiri, mana tahu suatu hari peraturan pembatasan kelahiran dibuka, aku masih mengharapkan kamu bisa melahirkan sepasang anak kembar untuk keluarga kita.”

“…… hehehe, bu, aku rasa harapan kamu ini agak sedikit jauh.”

“Tidak perlu kamu yang merasa, aku mau aku merasa saja.”

“……” Memang benar putra dan ibu, kalau berbicara itu sama.

“Kalau tidak mendengar nasehat orang tua, rugi sendiri, aku ini demi kesehatanmu, kalau sewaktu muda tidak menjaga dengan baik, nanti setelah tua, kalian baru tahu.”

Laras merasa ingin menangis tapi tidak bisa, “Bu, aku sungguh sudah tahu salah, besok-besok dijamin akan makan dengan baik, kamu jangan mengomeli aku lagi, istirahat sebentar, boleh tidak?”

“Hmph, masih merasa aku menjengkelkan lagi?!” Anna dengan kesal, membalikkan badan dan pergi.

“Hais, hais, bu, kamu jangan pergi, jangan marah donk? Hais, hais, bu, aku sudah bersalah, aku sungguh sudah bersalah!”

Anna berjalan pergi ke dapur, membawa semangkuk kuah ayam keluar, di dalamnya juga ada satu paha ayam yang besar, “Kalau sudah tahu salah, makan habis itu dulu. Kalau mau diet, tanya dulu ayam itu setuju tidak.”

Akhirnya, Allan yang terus saja tidak ikut campur tak bisa menahan dan tertawa. “Ayam pasti tidak bisa setuju, dia kan sudah mati.”

Laras berupaya keras untuk menahan diri, tidak boleh tidak memberi ibu mertua muka bukan.

Anna memalingkan pandangan ke Allan sebentar, berbalik dan meletakkan kuah ayam ke hadapan Laras, “Pokoknya, habiskan itu dulu baru kamu kumaafkan.”

“Bu, ini sungguh agak kebanyakan.”

“Kemarin masak punya, spesial disisakan untuk kamu.”

Di dalam rasa kesulitan juga ditemani dengan kehangatan, teringat dengan perut yang kelaparan semalam juga terasa sedang memberontak, menghabiskan semangkuk kuah ayam ini sungguh adalah satu tindakan yang menyenangkan, “Terima kasih bu.”

Saat mendekati senja, Yudi tiba-tiba menelpon wanita itu, “Laras, ada satu hal yang aku tidak tahu, apa seharusnya aku beritahu kamu atau tidak.”

“…..” kata-kata pendahuluan semacam ini, percaya tidak aku kuliti kamu.

Laras memegang ponsel dan memalingkan pandangan ke samping, “Cepat katakan.”

“Christian pergi menepati janji, menemui Lana.”

“…..”

“Sebenarnya gerak-gerik Lana bukan aku yang pergi cari tahu, Christian sendiri yang langsung bertanya ke Lana, syarat yang diusulkan Lana adalah, menemani dia satu malam.”

“….”

“Aku rasa, Christian tidak akan sampai mengorbankan dirinya sendiri, pria itu tidak akan bodoh seperti itu, tapi, hal ini aku tetap merasa lebih baik memberitahu kamu, biar kamu tahu hina dan kotornya Lana.”

Laras menghirup nafas dalam berapa kali, baru bisa berkata dengan normal, “Baik, aku sudah tahu, terima kasih.”

Novel Terkait

Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
3 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu