Cinta Pada Istri Urakan - Bab 71 Kamu Itu Macan Betina (2)

Gedung yang sangat besar ini langsung jadi menjadi sunyi sekali, beberapa pemimpin dan penanggung jawab gedung, tanpa janjian semuanya pada menundukkan kepala, sepertinya takut disebut namanya.

Gedung permainan ini terletak di daerah kota Jakarta termasuk nomor satu ataupun nomor dua gedung permainan besar, baru berdiri belum sampai tiga bulan, pelanggannya sudah membludak. Tapi selama 3 bulan ini sering ada isu masalah keamanan, hanya saja begitu masalah keamanan keluar, langsung ditahan ke bawah.

Rendra diam-diam merasa bahwa di belakang gedung permainan ini pasti ada rahasia yang tidak boleh terbongkar, sudah mengutus orang beberapa kali untuk memeriksa juga tidak ada hasil, jadi seperti sengaja mencari alasannya, mengumpulkan beberapa orang atasan yang pernah menangani keluar untuk ikut serta.

Kebetulan sekali ini, ketemu dengan masalah semacam ini.

“Pak Wali, aku yang bertanggung jawab atas pemeriksaan dokumen.” Kepala Departermen Keamanan dengan sendiri memberitahu dengan beraninya, “Aku pasti akan menyelidiki alasan ketidakamanan di sini, supaya bisa memberikan masyarakat luas sebuah tempat permainan yang aman.”

Rendra sedang pusing tidak ada celah untuk membuka mulut, ada peluang yang begitu baik di depan mata seperti ini, dia pasti lah tidak akan menyia-nyiakannya, maka dari itu, tidak banyak berkata lagi langsung menurunkan perintah berkata: “Pertugas piket sekarang segera periksa dengan ketat, kepala team Pak Gino kamu yang memeriksa, seluruh atasan di TKP ayo periksa.”

Pak Gino tertegun sejenak, seakan sama seperti robot menelan air ludah di mulut, suaranya gemetaran menjawab, “Baik.”

“Baik.” Semua orang juga menjawabnya, walaupun dalam hatinya sangat tidak ingin.

Rendra bak seorang Dewa terhormat, berdiri di sana, memberikan perintah, siapa pun juga tidak boleh melanggar perintah.

Di lantai ini, Laras merasa bersalah hingga mau menangis, melihat Manda yang biasanya sama sekali tidak ada amarah yang berlari dan melompat kesana kemari, wanita itu ingin sekali memukul mati dirinya sendiri.

“Aku....... pusing.....” Manda masih pusing, sekali membuka mata, langit seakan berputar, lantai berputar, meski sudah menginjakkan kaki ke atas lantai, tapi masih merasa dalam kondisi yang tidak seimbang, kepala berat kaki ringan.

Laras sebentar-sebentar memapah punggung Manda, mengangkat kepala berkata: “Semuanya tolong menyingkir, dikerumuni, udara jadi tidak lancar, dia perlu udara segar.”

Rendra melambaikan tangan memberi kode supaya semua orang pergi melakukan tugas masing-masing, kemudian menundukkan badan menjongkok ke bawah bertanya: “Dia takut akan ketinggian begitu parah, masih berani main ini?”

Laras tak berdaya berkata: “Aku dulunya juga tidak tahu dia takut akan ketinggian, dia sendiri saja tidak tahu.”

“Di sini terlalu kacau dantidak nyaman, ayo, cari tempat lain.” Rendra menggendong Manda, sembari membuka jalan.

Laras mengambil barang mereka berdua, segera ikut pergi.

Petugas piket semuanya adalah orang Rendra sendiri, salah satunya terlebih lagi ada ajudan kepercayaan Gavin, sangat ahli dalam, analisis dan pemeriksaan, ada mereka yang memeriksa, pria itu sangat tenang, yang sekarang yang dia mau lakukan adalah menunggu hasil.

Setelah Manda beristirahat sejenak sudah lebih membaik, hanya teringat gayanya sendiri menangis tersedu-sedu dan beringus, merasakan malu berkali lipat, ingin sekali mencari lubang untuk masuk ke dalamnya.

“Kak, kamu kenapa bisa di sini?”

“Aku kebetulan ke sini melalukan inspeksi lapangan, saat kalian baru masuk aku juga sudah kelihatan.”

“Terima kasih kak, kalau tadi bukan kamu tepat waktu membantu menyelamatkan, tidak tahu bisa bagaimana.” Laras menarik lengan Manda, dan memperkenalkan mereka masing-masing dan berkata, “Ini kakak sepupu keduaku, Manda..... ini adalah Kakak sepupu Gavin, juga adalah walikota kota Jakarta.”

Mungkin karena tadi baru kaget dan kondisi belum tenang kembali, Manda bagaimanapun masih lemah, sampai suara pun menjadi ringan dan lembut, “Terima kasih kak.”

Laras mencibir sejenak, dengan curiga memandangi Manda, “Oi, kamu ini kucing ya bicara begitu kecil? Jangan berpura-pura lagi, keluarkan saja muka aslimu, kamu itu adalah macan betina.”

“......” Pendek kata, Manda sangat membencinya, hari ini ia bisa memalukan seperti ini, semua karena wanita itu.

Tapi, Manda tidak bertengkar dengan Laras, malah jadi tidak enak hati, mukanya memerah, menundukkan kepala, pergelangan tangannya mengelus segempalan rambut, benar-benar jadi seorang gadis kecil yang malu-malu.

Melihatnya Laras hanya ingin tertawa, baru saja mau membongkar dirinya, Rendra tiba-tiba bertanya: “Gavin akhir-akhir ini sangat sibuk ya?”

Novel Terkait

Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
3 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
3 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
3 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu