Cinta Pada Istri Urakan - Bab 771 Sedikit Berbicara Banyak Bekerja

Darius menggaruk kepalanya, dengan malu-malu tersenyum, menampilkan senyuman bodoh, "Terimakasih pujian presdir, aku baru saja tidak lama sampai di kota Jakarta, mendengar orang kampung kami yang keluar bekerja, gaji di kota besar tinggi, dimana-mana adalah emas, jadi aku juga ingin keluar bekerja. Tapi, uang di kota Jakarta tidak mudah didapatkan, yang pertama aku tidak ada pendidikan, yang kedua tidak ada pengalaman, sudah disini selama 3 bulan hanya bisa bekerja sebentar, tidak membohongi anda, satpam basement adalah pekerjaanku yang paling lama, juga pekerjaan yang paling stabil, gajinya tepat waktu, ditanggung makan dan tinggal, juga ada uang asuransi, aku sangat puas."

Morales tertawa pelan, "Ini saja langsung puas?"

Darius: "Bersyukur membuat bahagia, harus selangkah demi selangkah."

Morales: "Apakah sudah berkeluarga?"

Darius menggeleng, wajahnya sedih, lalu menghela nafas dan mengatakan: "Menikah di kampung, tapi karena aku miskin, istriku lari dengan orang lain, mamaku meninggal karena marah, jadi hanya tinggal aku seorang, lebih baik keluar bekerja."

Morales: "Kampungmu tidak ada orang lagi?"

Mengatakan ini, Darius sangat sedih, "Benar, papaku sudah lama meninggal, ditambah mamaku juga meninggal, rumahku hanya tersisa satu kamar lumpur bobrok, hais, aku juga tidak menyalahkannya, memang aku yang tidak berguna."

Morales: "Kampungmu dimana?"

Darius mengatakan kalimat kampungnya, "Aku adalah orang Pati, hehehe."

Morales melihatnya dalam, sudah lama, dia baru pelan-pelan berkata: "Dar, otakmu pintar sekali, juga sudah menolongku, lain kali ikut denganku, aku jamin akan membuatmu mendapatkan banyak uang, asalkan kamu setia denganku."

Darius tersenyum, "Benarkah?"

Morales: "Hanya saja logatmu ini harus diganti."

Darius: "Baiklah, waktu aku baru datang, di restoran menjadi tukang cuci piring, bos tidak mengerti perkataanku, aku sudah menggantinya."

Morales: "Kamu sangat mempunyai kemajuan, setidaknya sekarang kamu berbicara aku bisa mengerti, aku sangat mempentingkanmu, berharap kamu tidak mengecewakanku."

Darius sibuk membungkuk dan mengangguk, "Terimakasih atas penghargaan presdir, terimakasih atas penghargaan presdir, aku akan bekerja dengan baik."

Morales: “Selain setia, aku masih ada satu permintaan, yaitu pura-pura bisu."

Darius melihatnya dengan bingung.

Morales: "Mengerti tidak?"

Darius berpikir sebentar, dengan kuat mengangguk, "Aku mengerti, sedikit berbicara banyak bekerja."

Morales tersenyum, "Benar, kamu si pintar ini, lain kali bagus-bagus bekerja."

Darius berterimakasih dengan tulus lagi, sambil membungkuk, sambil berterimakasih, "Terimakasih presdir, lain kali anda kalau ada sesuatu beritahu saja aku, meskipun mengorbankan nyawaku juga akan melakukannya untukmu."

Morales: "Baik, kalau begitu sekarang kamu keluar."

Darius: "Baik."

Darius keluar dari ruang inap, tapi, dia tidak berjalan jauh, hanya berdiri tegak menunggu di depan pintu, sangat menghormati pekerjaannya.

Eli menuangkan segelas air hangat, dengan teliti menyuapnya minum, melihat detak jantung di elektrokardiogram, masih tetap sekitar 35, tekanan darah juga sangat rendah, dia semakin khawatir.

Setelah Morales minum merasa jauh lebih baik, menepuk tangan Eli menghibur: "Tidak apa-apa, di rumah sakit tidak akan terjadi apa-apa."

"Dokter bilang harus operasi......"

"Sekarang medis sangat berkembang, bisa dioperasi, maka menjelaskan kalau masalah tidak serius."

"Masih tidak serius? Kalau begitu bagaimana baru terhitung serius? Tunggu operasi tidak bisa dilakukan lagi, hanya bisa menunggu mati, baru serius?"

"Memangnya tidak?"

"Kamu......" Eli benar-benar marah, begitu marah, matanya memerah, "Kamu bisa tidak mempedulikan kesehatan sendiri? Kamu tau tidak, ketika aku menerima panggilan mengatakan kamu pingsan dan diopname, detik aku seberapa khawatirnya aku?"

Morales sibuk meminta maaf dan mengakui kesalahannya, dengan berusaha kuat menghibur istrinya, "Baik baik, maaf, lain kali aku akan mendengar perkataanmu oke? Kamu jangan menangis, sangat melukai mentalmu."

Eli: "Kali ini kamu harus mendengar perkataan dokter, harus mendengar perkataanku, tinggalkan dulu pekerjaanmu, handphone juga tidak boleh lihat."

Morales: "Baik, baik, kalau begitu kamu telepon Alvin dulu, aku menyerahkan pekerjaanku kepadanya, bolehkan?"

Eli: "Begitu baru lumayan."

Cepat sekali, setelah Alvin mendapatkan panggilan, langsung datang kemari, ketika dia melihat Darius di depan pintu ruang inap, juga terheran.

Morales mengesampingkan Eli, paman-keponakan itu berdua berbicara di dalam ruang inap.

Alvin dengan bingung bertanya: "Paman kelima, orang di depan pintu itu siapa? Aku lihat dia sedikit familiar, sepertinya pernah melihat di perusahaan."

Morales mengangguk, "Namanya Darius, satpam di basement, dia yang dengan rahasia mengantarkan ke rumah sakit, aku menyuruhnya kedepannya ikut denganku."

Alvin: "Apakah bisa diandalkan?"

Morales: "Bisa diandalkan atau tidak kamu bantu aku selidiki, aku sekarang juga kekurangan orang membantu, kalau bisa diandalkan, maka suruh dia tinggal, dia ini orangnya lumayan pintar, pintar melihat situasi, melakukan sesuatu juga tegas, kalau tidak bisa diandalakan, kamu suruh orang selesaikan dia dengan rahasia, seorang anak yatim dari bagian barat, mati juga tidak ada yang tau."

Alvin: "Aku mengerti, nanti aku segera selidiki."

Morales: "Kabar aku diopname harus dirahasikan, Furkan dan Resna dua rubah licik itu sudah sangat lama ingin menjatuhkanku, tidak boleh membiarkan mereka mengacaukan sewaktu aku sakit."

Alvin: "Ini mudah, katakan pada orang luar kalau anda kembali ke Inggris mengurus masalah anak perusahaan, sementara aku yang mengatur kantor pusat."

Morales: "Ehn, saham di tangan Furkan dan Resna, mereka harus menyerahkannya secepatnya, tidak peduli kamu gunakan cara apa, harus membiarkan mereka menyerahkannya, lalu beli dengan nama Arga Jin."

Arga Jin adalah putranya dengan mantan istrinya, juga anak satu-satunya, kedepannya seluruh perusahaan Jin, juga harus diserahkan padanya.

Alvin: "Kalau begitu mau tidak suruh Arga kembali?"

Morales: "Menyuruh Arga pulang gerakan ini terlalu besar, mudah memancing perhatian mereka, Arga sana rahasiakan dulu, biarkan dia dengan tenang belajar. Malah kamu ini, kemampuanmu tidak kalah dariku, kalau kamu mau......"

Alvin dengan halus menolak: "Paman kelima, aku ini suka bebas, tidak suka mengerjakan ini."

Morales: "Haih, kamu, sudah bebas separuh hidupmu, kalau kamu mau menerima bisnis keluarga, papamu sudah tenang."

Alvin: "Paman kelima, tubuh papaku kuat sekali, biarkan dia menyiksanya, malah kamu, kali ini harus menyembuhkan penyakitmu, Arga masih belum berhasil, kamu tidak boleh jatuh dulu."

Morales: "Penyakit kecil, kemarin waktu di chek-up sudah tau, waktu itu dokter juga menyuruh operasi, aku ini kan hanya tidak ada waktu."

Alvin: "Paman ini ceroboh sekali, bibi kelima sangat khawatir."

Morales: "Ini semua adalah masalah kecil, kamu ingat, Furkan dan Resna bahaya besar, harus bisa mengambil yang ada di tangan mereka. Dan juga, posisi Toreto sudah pulih, dia melewati masalah ini, sepertinya kedepannya juga tidak akan naik pangkat, dari posisinya sekarang bekerja sampai pensiun juga hanya tinggal beberapa tahun, beberapa tahun ini, kita harus menggunakan harganya yang tersisa, kamu pintar, tau harus bagaimana melakukannya."

Alvin: "Ehn, kamu istirahatlah dengan tenang."

...…

Novel Terkait

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
3 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
3 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
3 tahun yang lalu