Cinta Pada Istri Urakan - Bab 884 Almora Juga Teracuni

"Dia kenapa?"

Nenek sedikit terkejut, kepanikan, "Aku juga tidak tau, kami terbangun karena suara ketukan pintu, begitu membuka pintu, dia langsung terpingsan. Tubuhnya sangat dingin, aiyo, apakah sesuatu terjadi padanya? Laras kamu cepat datang lihat?"

Laras berlari kesana, menundukkan badannya, begitu memegang tangan Almora, memang dingin sekali, mirip sekali dengan gejalanya sebelumnya.

"Nenek, kamu kemarin bilang dia terjatuh dan pendarahan, dia pergi ke rumah sakit mana?"

"Rumah sakit di sebrang itu. "

Rumah sakit di sebrang itu, yang juga pusat penelitian Profesor Michael , Profesor Michael melakukan percobaan pada pasien, jangan-jangan Almora juga subjek penelitiannya?

"Itu kapan?"

"Minggu lalu, beberapa hari yang lalu baru keluar dari rumah sakit. "

"Kapan keluar dari rumah sakit?"

"3 atau 4 hari yang lalu. "

Laras sedikit tidak berani percaya, kalau Almora dengan sial terpilih, maka Profesor Michael itu benar-benar tidak mempunyai hati nurani dan manusiawi, bisa-bisanya melakukan percobaan kepada seorang ibu hamil dengan kandungan 6 bulan, ini terlalu kejam.

Nenek khawatir sekali, "Apakah karena kejadian tadi siang, menganggu janinya?"

"Mungkin juga. "

Kakek dan nenek sudah orang yang berumur, Almora juga hamil, mana bisa memindahkannya, hanya bisa membiarkannya tergeletak di lantai.

Suhu di malam hari rendah, lantai dingin sekali, Laras tau waktu racunnya bereaksi sangat menderita, dia sungguh tidak bisa mengejamkan hatinya tidak menperdulikannya, "Kakek, nenek, aku gendong dia ke dalam kamar, berbaring di lantai juga tidak ada gunanya. "

Nenek melihat badannya yang kecil, tidak percaya dia bisa menggendong seorang ibu hamil, "Dimana Gavin?"

"Dia ada urusan keluar dulu. "

Waktu nenek sedang keheranan, baru saja mau bertanya, melihat Laras menggertakkan giginya, berusaha kuat menggendong Almora, nenek dengan cepat memberi jalan, langsung lupa bertanya Gavin semalam ini keluar ada urusan apa.

Almora sudah hamil 6 bulan, seluruh tubuhnya lebih berat dari sebelumnya, pasti ada 120-130an kilo, Laras memaksakan dalam sekali nafas menggendongnya, urat dikeningnya hampir menonjol keluar.

Jangan lihat badan Laras kurus kecil, tapi tenaganya besar, seorang ibu yang membawa 2 orang anak, tenaga punggungnya pasti kuat, kedua bahunya itu, bukan hanya harus menggendong kedua anaknya, juga harus membawa ransel, memegang payung, mendorong troli, kalau tenaganya tidak besar tidak akan mungkin bisa.

Laras menggendong Almora kembali ke kamar yang dia tinggali sementara, membaringkannya di ranjang yang datar, lalu menyelimutinya, dia hanya merasa kedua lengannya sedang bergemetaran.

"Nenek, apakah ada air panas?"

"Ada, aku pergi ambil. "

Nenek turun mengambil air panas, kakek sebaliknya tenang sekali, "Laras, apa tidak perlu diantar ke rumah sakit? Dia kalau ada apa-apa di rumahku, aku takutnya tidak bisa bertanggung jawab kepada orang keluarganya. "

Laras menenangkan, "Mau diantar ke rumah sakit, kakek, tolong sekarang telepon ke nomor darurat, juga beritahu pada mereka kita mau pergi ke rumah sakit besar di kota. "

Kakek tidak banyak bertanya, dalam hatinya juga setuju, bagaimana juga rumah sakit di sebrang itu kecil sekali, peralatan dan ketrampilan medis tidak sebaik rumah sakit besar di kota, lebih baik diperlakukan dengan hati-hati.

Nenek membawa air panas, Laras menggendong Almora bangkit, sesuap demi sesuap menyuapnya minum.

"Almora, waktu kamu masuk rumah sakit, apakah dokter ada menyuntikkan obat apa kedalam tubuhmu? Kalau ada, kamu cubit tanganku. "

Almora bisa mendengar, dia dengan kuat mencubi tangan Laras.

Gejala Almora, sama persis dengan gejalanya sendiri, Laras hampir sudah menyimpulkan kalau dia keracunan.

"Baik, aku tau, kamu tenang, kamu tidak apa-apa, lewat semalam ini akan baik-baik saja, tapi karena kamu mengandung, jadi kami masih harus mengantarkanmu ke rumah sakit untuk diperiksa. "

Almora mencubit tangan Laras lagi, menyatakan setuju.

Laras berpikir dalam hati, dia sedang hamil, juga tidak berani sembarangan memberinya makan obat penghambat, bagaimana kalau obat itu bisa melukai bayi di dalam perut? Juga tidak tau racun ini apakah akan mempengaruhi bayi didalam atau tidak!

Tidak lama, ambulans datang, pekerja medis menggunakan tandu mengangkat Almora ke dalam ambulans, Laras juga ikut pergi.

Rumah sakit, di UG, sama dengan dokter yang menolong Laras saat itu.

"Dokter, apakah kondisinya sama denganku?"

Dokter mengerutkan keningnya, "Benar, akhir-akhir ini ada apa, aku sudah mengobati beberapa pasien yang keracunan. "

"Apa? Sungguh?"

"Aku tidak ada keharusan untuk membohongimu, aku sudah melapor kepada rumah sakit, rumah sakit sangat memperhatikan masalah ini. "

Laras bertanya lagi: "Pasien keracunan yang di ICU itu, apakah sudah lumayan?"

Dokter terkejut, tidak tau bagaimana dia bisa tau, "Kamu...... bagaimana bisa tau?"

"Aku semalam pergi menjenguknya, racun yang di tubuh kami sama, dokter, apakah racun ini benar-benar tidak bisa diobati?"

Dokter menggeleng, "Sejauh ini belum mendapatkan cara menawar racun. "

Karena sudah tau hasil, untuk apa lagi dengan berharap bertanya pertanyaan yang tidak sama?! Laras menghela nafas pelan, tidak memikirkan masalah ini lagi, memutarkan penglihatannya dan melihat Almora yang belum sadar, bertanya: "Dokter, racun ini apakah akan mempengaruhi bayi?"

Dokter melihat monitor detak jantung janin, keningnya lebih berkerut, memerintahkan kepada suster, "Cepat beri dia oksigen, curiga kalau ada gangguan janin. "

Yang dokter katakan adalah bahasa medis yang sangat profesional, Laras tidak mengerti, melihat kedua suster itu pergi membawa tabung oksigen kepada Almora, dia sangat khawatir, "Ada apa?"

Dokter menjelaskan: "Detak jantung janin menunjukkan kalau detakn jantungnya terlalu cepat, diduga kalau janin kekurangan oksigen, biarkan dia bernafas dengan tabung oksigen dulu, nanti baru lihat apakah kondisinya akan membaik. "

Sekarang Laras sudah mengerti, "Baik, sudah merepotkanmu dok. "

Laras duduk di bangku di sebelah ranjang, sekarang dia tidak bisa melakukan apapun, hanya bisa terbingung, hari demi hari ini benar-benar seru sekali, setiap hari tidak tau apa yang akan terjadi, ada bahaya seperti apa, dia benar-benar sangat merindukan hari-hari dimana mereka sekeluarga berkumpul, meskipun sederhana, tapi sangat bahagia, dia juga sangat rindu pada Nana dan Bobi.

Monitor detak jantung janin ada disebelahnya, setiap kali angkanya melebihi standart, mesin akan berbunyi "tik", setiap kali suara "tik" muncul, jantungnya seperti mau copot.

Bayi ini, masih belum lahir sudah mengalamai begitu banyak kesulitan, papanya dipenjara, mamanya keracunan, dirinya juga kekurangan oksigen, kalau nanti dia bisa terlahir didunia ini dengan selamat, juga karena nyawanya besar.

Pelan-pelan, langit sudah terang, Gavin kembali ke rumah tidak bisa menemukan Laras, begitu bertanya baru tau masalah yang terjadi tengah malam tadi, oleh karena itu dengan panik pergi ke rumah sakit di kota.

"Halo, dimana?"

Laras sedang mengantuk, mendapatkan telepon Gavin, dia masih belum mengumpulkan nyawanya, "Di UGD, kamu sudah kembali?"

"Aku di depan pintu UGD, kamu keluar. "

"Ehn, baik. "

Laras melihat Almora, suhunya sudah pelan-pelan pulih, detak janinnya juga sudah kembali normal, sepertinya dia tertidur sangat lelap, oleh karena itu, dia juga baru dengan tenang keluar bertemu dengan Gavin.

Novel Terkait

Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
5 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu