Cinta Pada Istri Urakan - Bab 146 Baby Merasakan Super Tidak Adil

"Apa, kalian dari kecil mandi bersama, tidur bersama?!"

"......" Apakah aku salah bicara? Dia menjelaskan, "Semuanya cerita saat kecil, umur semua orang hampir sama, orangtua sangat sibuk, kami sekelompok anak-anak setiap hari bermain bersama, di mata kami, dia dan kami tidak ada bedanya."

"Bagaimana tidak ada beda?" Laras langsung marah, bahkan hidungnya dapat mengeluarkan api, "Begitu jelas tidak sama, matamu buta ya?! Dia pernah melihat punyamu, apa kamu juga pernah melihat punyanya?"

Gavin memeluk Laras yang sudah marah, menekannya dengan penuh tenaga, "Laras sayang, kamu yang masuk akal dong, sudah dibilang masa kecil, masa kecil!"

"Masa kecil waktu kapan? Rentang masa kecil sangat panjang tahu tidak? Aku masih merasa kalau aku sekarang juga masa kecil."

"Sebelum TK." Gavin benar-benar terpaksa, "Apa kamu waktu kecil tidak ada kawan lawan jenis?"

Laras berpikir, ada, sebelum TK dia tidak memiliki banyak kesan, malah di TK kesan sangat mendalam, contohnya tidak ada kerjaan buka celana anak laki-laki, mencium orang, semakin dipikir, hal seperti ini semakin banyak.

"Aku......aku......Memangnya aku terlihat begitu iblis?"

Gavin masih memandangnya, Laras terlihat merasa bersalah, "Walaupun ada, sekarang juga tidak berhubungan lagi, namanya saja sudah tidak ingat. Mana seperti kalian, sering bertemu."

"Fitnah, kamu yang masuk akal sedikit dong."

"Jadi kenapa dia ingat tahi lalat kamu itu? Kenapa dia tidak menganggapmu kakak adik? Kalian teman bermain sejak kecil, kamu berani jamin kalau kamu tidak pernah ada rasa dengan dia?"

Ini sama seperti jalan buntu, putar kesana kemari tidak akan bisa memberinya jawaban yang bagus, Gavin akan menuntaskannya, langsung menyelesaikan masalah.

"Ya, kamu kenapa sangat bikin emosi?!"

"Aku bikin emosi atau kamu yang bodoh? Kamu ribut denganku karena hal ini, bukannya masuk ke perangkapnya? Dulu aku mengira yang penting aku menolaknya, tidak perlu mempedulikannya, tidak disangka dia juga berusaha menjebakmu, kuberitahu sekali lagi, aku dan dia tidak pernah tidur bersama, bahkan jika ada kontak fisik, itu karena tuntutan kerja."

Gavin menindihnya, tidak boleh terlalu kuat sampai dia kesakitan, juga tidak boleh terlalu pelan sampai dia lari, di sofa kecil yang lembek ini sangat sulit, dia merasa harus menggantinya.

"Kamu jangan bergerak, dengarkan aku!" Dia dengan sombong mengumumkan, kedua matanya penuh dengan cinta, seperti gunung es yang meleleh menjadi mata air, menyusup ke hatinya.

Laras tidak lagi melawan, karena dia dengan jelas merasakan disaat dia melawan adik kecilnya berubah menjadi lebih keras, hanya takut dia semakin lawan, dia semakin kuat, "Kalau begitu coba kamu katakan."

Tugas waktu itu, dia berhenti lebih awal, karena dia merayuku tapi gagal, kami berkerja besama, sama-sama menyamar, terlalu banyak kesempatan untuk berhubungan intim, tapi aku tidak akan."

"Dulu tidak akan, sekarang tidak akan, kedepannya juga tidak akan, mungkin aku berkata seperti ini kamu akan merasa aku sangat diragukan, tapi aku harus memberitahumu, dihatiku hal semacam ini sangat suci, dengan siapa saja bisa berbuat, kalau begitu aku apa bedanya dengan anjing liar?"

"Tujuannya berkata seperti ini kepadamu untuk membuat pertikaian, kalau dia berani bertemu denganku, maka aku berani bicara empat mata dengannya, aku Gavin Pradipta berani berbuat berani bertanggung jawab, tapi hal yang tidak pernah aku lakukan, jangan coba menuduhku."

"Tahu tahi lalat dibadanku memangnya kenapa? Lain kali kalau dia berkata seperti ini lagi, kamu coba tanya dia aku semalam bisa berbuat berapa kali, sekali buat bisa berapa lama, kalau dia tahu hal-hal semacam ini, aku salut padanya!"

Gavin melihat Laras memutar bola matanya, berkata lagi: "Kalau dia sampai tahu aku sekali buat bisa berapa lama, sepertinya aku harus memeriksa rumah ada dipasang alat penyadap atau sejenisnya tidak."

"Aku tidak pernah memikirkan hal yang aneh kepadanya, yang ada aku menganggapnya sebagai adik, kalau mau bilang perasaan, ya perasaan kakak adik, mungkin begini, kalau Rendra dan Aaron bisa saling mencintai, baru mungkin aku bisa menyukainya."

Perumpamaan ini membuat Laras ingin tertawa, "kakak ipar dan adik ipar dua-duanya posisi dibawah, boleh ganti dua orang yang lain tidak?"

"......Mereka berdua dibawah?"

“Eumh, kamu lebih mempunyai aura menyerang."

"......" Saat seperti ini, Gavin tidak bisa tidak mengaku, dia dan Laras ada kesenjangan generasi, dia sama sekali tidak terpikir kalau hal yang Laras perhatikan adalah ini, "Tidak peduli menyerang atau diserang, mereka berdua tidak mungkin, jadi aku juga tidak akan pernah suka Jenny Wijaya, aku bicara seperti ini, kamu sudah bisa tenang?"

Laras dengan hati-hati menggerakkan kakinya, "Kamu bisa tidak jangan menindihku?"

Siapa sangka, baru saja pinggang Gavin terangkat, tangannya langsung masuk kedalamnya, "Tidak menindihmu, aku menyentuhmu."

"......"

"Jangan marah lagi ya? Marah kepadaku tanpa alasan, aku merasa difitnah," dia tiba-tiba berubah menjadi kekasih manis yang sexy, meniupkan udara panas dilehernya, juga dengan pelan berkata, "Baby merasakan super tidak adil."

"......" Hei tolong jaga imejmu! Orang yang mudah berubah, kamu tidak capek ya hei!

Gavin tidak mempedulikan dia senang atau tidak, si sombong susah menunduk, tunggu jarak mereka sudah dekat, dia terburu-buru menikmatinya.

"Gavin Pradipta."

"Hadir."

"Kamu tidak tahu malu."

"Malu itu apa, aku mau istri."

"Dasar preman."

"Terimakasih banyak atas izin istri, aku bisa lebih preman lagi."

"......"

--

Romo menggunakan status profil tinggi orang kaya Indonesia-Australia pulang kedalam negri, berbagai negosiasi datang satu demi satu, dan mereka sibuk, tetapi perasaan yang tidak dia rasakan saat di Australia.

Seperti yang dikatakan segala sesuatu mempunyai tujuan tertentu, ketika muda meninggalkan rumah, siapapun mengharapkan ketika sudah sukses akan kembali ke kota asal.

Romo menebus kembali villa keluarga Atmaja, menjemput ayah dan abang kembali ke keluarga Atmaja, terkait hal bagaimana mereka memperlakukan Laras sedikitpun juga tidak diungkit, karena, bagaimana pun Laras ikut mereka sampai besar, dialah yang tidak melakukan tanggung jawab sebagai ayah, tidak bisa menyalahkan orang lain.

Hari itu, villa keluarga Atmaja direnovasi, Romo menjemput ayahnya pulang dengan mobil mewah.

Begitu dia berbalik, Nagita dari jauh melihat deretan warna-warni bendera diatas gedung villa, jalannya juga ditutupi dengan karpet merah, didepan pintu juga ada lengkungan meriah, dua baris pelayan berseragam dengan hormat berdiri didepan pintu menerima mereka, sangat bergaya.

"Akhirnya sudah pulang," dia tidak bisa menahan kebahagiaannya, perasaan mendalam, "Akhirnya sudah pulang......"

Maira yang melihat ibunya begitu senang, berkata: "Ma, kamu tiga hari yang lalu mau lompat danau dua hari yang lalu mau loncat gedung semalam juga keluar dari rumah, syukur tidak jadi, kalau tidak hari ini tidak bisa pulang."

Nagita dengan cepat memelototi anak perempuannya, dengan tertawa berkata: "Candaan seperti apa......hehehe, adik ipar, kamu harusnya memberitau kami dari awal, kejutan yang datang begitu tiba-tiba, jangankan papa, jantungku saja sudah tidak sanggup."

Romo dengan datar menjawab: "Aku juga baru semalam berbicara dengan bank, uang sudah diberikan, langsung sudah menyerahkan rumah, semalam sudah membersihkan seluruh rumah, renovasi ulang lagi, semoga kalian bisa tinggal dengan nyaman."

"Kamu perhatikan kesehatan, jangan hanya bekerja saja."

"Pa, tenang, aku sekarang sudah pulang, merasa sangat energik."

Nagita dengan tidak senang memandang kearah suaminya, "Rama, belajarlah seperti adikmu sedikit."

Novel Terkait

Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
5 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu