Cinta Pada Istri Urakan - Bab 529 Ada Cucu Semuanya Cukup

Gavin dan Laras keduanya pertama kali mengikuti acara hari anak-anak, aula yang besar telah ditata sangat cantik, bahkan orang dewasa yang melihat juga menyukainya, apalagi anak-anak.

Mereka duduk dikursi masing-masing, disebelahnya juga tidak tahu orang tua siapa, juga menyiapkan sebuah tongkat berwarna besar.

"Aku juga pergi ambil beberapa?"

"terlalu kekanak-kanakan sekali."

"Menyamangati anak-anak bagaimana bisa kekanak-kanakan?" sambil berbicara, Gavin bertanya pada orang tua di sebelah, "Kakak, tongkat berwarna ini dari mana datangnya?"

"Bawa dari rumahku, untuk meramaikan suasana saja, kamu mau tidak?"

"Baiklah, berikan padaku beberapa, terimakasih kakak."

Tangan Gavin memegang tongkat berwarna, matanya memamerkan kepada Laras, "Berikan padamu satu, nanti angkat tongkatnya tingg-tinggi."

Laras diam-diam menghelakan nafas, "Kekanak-kanakan."

Di sebuah sudut di keramaian, Anna dan Allan juga sudah datang, Anna mendorong kursi roda, dua orang menjaga di kiri dan kanan, menghindar orang lain menabrak Alan.

Setelah duduk, Allan dengan hati-hati memesankan: "Kalian juga duduk, jangan sampai ketahuan oleh mereka."

"Baik."

Kursi tamu hampir penuh, depannya semua anak kecil, belakangnya semua orang tuam semuanya ada urutan yang beraturan.

Penampilan sudah dimulai, pertama-tama setiap kelas bergiliran ke pentas tampil peragaan bendera.

Begitu anak kecil naik, Allan berkata: "Jauh sekali, tidak jelas, aku sudah bilang bawa kacamataku kemari, kamu terus tidak mau."

Anna: "Kamu sendiri bilang merendah sedikit......aduh, aku juga melihat tidak jelas, anak-anak itu memakai baju yang sama, tampaknya sama semua."

Alan: "Kamu coba tanya Gavin."

Anna: "Kalau begitu bukankah akan ketahuan?"

Alan: "Ketahuan yang ketahuan, apa melihat cucu sendiri tidak boleh?"

Anna dengan pelan mengeluh, "Iya, iya, nanti kalau Gavin menyalahkan, aku akan bilang kalau ini adalah idemu, aku tidak mau menjadi kambing hitam."

Dia langsung mengirimkan pesan wechat kepada Gavin untuk bertanya, Gavin juga membalas, lalu bertanya kembali---"Kalian ada dimana?"

------"Sedang bersembunyi, tidak akan ketahuan oleh Laras kesayanganmu."

Sudah sampai tahap ini, dia harus mengakui sebuah kenyataan, anak kalau sudah besar tidak akan mengikuti mama, Gavin begitu menyukai Laras, terserah mereka saja, dia dan Allan asal ada cucu semuanya cukup.

"Selanjutnya adalah TK-B tiga membawakan penampilan peragaan bendera."

Anna menjadi semangat, "Sudah datang, dua pemimpin grup itu adalah cucu kesayangan kita."

Alan juga dalam sesaat bersemangat, menegakkan punggungnya, melihat kedepan, menyipitkan matanya, ingin melihat kedua anak kecil itu dengan jelas.

Anak-anak masuk ke atas pentas secara bergiliran, sangat cepat sudah berbaris rapi.

Nana dan Bobi dengan semangat berdiri di depan, tangannya juga memegangkan bendera kecil melakukan pergerakan, sudah sangat bersiap.

"Pak Leo, foto mereka, foto mereka." Allan dengan panik menyuruh, "Kamu kedepan foto mereka."

Musik mulai dimainkan, tempo yang cepat dan bersemangat mengisi seluruh aula besar, anak-anak yang di pentas menggoyangkan bendera dengan seragam, Nana dan Bobi berdiri di baris depan, menghadapi kerumunan penonton hitam yang ada di bawah, mereka sedikitpun tidak gugup, mengikuti irama, setiap gerakan mereka sangat tepat.

Anna membalikkan kepala melihat cucunya, bahagia sampai berlinang air mata, "Alan, itu adalah cucu kita, kamu lihat, cantik sekali mereka."

Alan menyipitkan mata, tetap saja tidak dapat melihat dengan jelas, hanya bisa melihat secara garis besar, membuatnya sangat membuat Allan terdesak, sangat ingin berdiri langsung jalan kedepan.

Disini Anna dan Allan melihat sampai terharu, disana Gavin melihat sampai berdebar-debar.

Dia tidak pernah tau, melihat penampilan anak-anak, bisa sampai sesenang ini.

Penampilan anak-anak sudah berakhir, anak-anak pun libur, setelahnya libur dua hari, satu per satu seperti burung kecil yang berterbangan, bercicit, senang sekali.

Alan masih tidak ingin pulang, ngotot ingin ikut mereka, sangat tidak mudah bisa melihat cucu sendiri, dia belum melihat dengan jelas, dia masih belum rela.

Gavin adalah orang yang sangat waspada, walaupun di tempat yang sangat banyak orang, dia juga bisa sadar kalau ada orang yang sedang mengikutinya.

Dia membalikkan kepalanya, terdiam, "Pa, ma, apa yang kalian lakukan?"

Laras langsung membalikkan kepalanya, wajahnya canggung sampai menjadi kaku, dengan tatapan bertanya melihat ke arah Gavin.

Anna adalah orang yang pintar menempatkan diri, dia langsung mendorong kursi roda maju, berkata: "Cucu keluarga Paman Zhang juga disini, Paman Zhang mengundang kami kesini, pamer dengan kami, anak laki-laki kelas besar yang nyanyi sendirian adalah cucu Paman Zhang, tidak sangka bisa bertemu kalian disini, kebetulan sekali, hehehe......."

Gavin mengusap keringatnya, "Sudahlah ma, cucu paman Zhang sudah masuk SD."

Wajah Anna tersenyum kaku.

Alan terus melihat Nana dan Bobi, sangat ingin menjulurkan tangannya menyentuh mereka, tapi takut menakuti mereka.

Laras dengan terang-terangan mengingatkan anak-anak, "Pangil kakek dan nenek."

"Halo kakek, halo nenek."

Mendengar suara anak-anak yang memanggil mereka, Allan dan Anna sangat senang sampai tidak bisa berbicara, walaupun dua panggilan ini sejauh ini tidak mempunyai maksud apapun.

Anna menjongkokkan badannya agar setara dengan mereka, menarik tangan kecil mereka yang gemuk, berkata: "Anak yang baik, kalian tadi hebat sekali, menari dengan sangat baik, lebih bagus dari semua orang lainnya."

"Terimakasih nenek."

Anna tidak bisa menahan untuk mencubit pipi mereka, "Sama-sama, ada waktu nanti mau ke rumah nenek bermain tidak? Rumah nenek ada luncuran, nenek juga bisa memasakkan makanan enak untuk kalian."

Keramahan yang berlebihannya membuat Nana dan Bobi sedikit bingung, Nana yang biasanya ceria dan aktif sampai tidak berani menjawab.

Gavin: "Ma, jangan menakuti anak-anak, kami pulang ke rumah makan."

Anna senang sesaat, lalu mengangguk, "Baik, baik, kalau begitu kita pulang bersama."

Gavin menjelaskan: ”Pulang ke mansion Atmaja, kakek mereka sudah mempersiapkannya, tinggal menunggu kami pulang makan."

"......Kenapa kamu egois sekali?" Anna mengomel pelan, "Apa kamu sudah bersiap menjadi menantu yang di beli keluarga Atmaja?"

"Bagus kalau bisa."

"Kamu......"

Alan menarik tangan Anna, dengan pandangan memberi kode padanya------"Kenapa kamu cerewet sekali?"

Anna merasa tidak adil, jelas-jelas Allan sendiri yang mau mengikuti mereka, sudah ketahuan, dia hanya berbicara sedikit, langsung dikritik.

Saat ini, Laras dengan tenang: "Terimakasih atas niat baik kalian berdua, lain kali ada kesempatan baru pergi, hari ini anak-anak sudah lelah, setelah makan masih harus tidur siang, jadi tidak kesana mengganggu kalian dulu."

Alan mengangkat kepalanya melihat Laras, penuh dengan pandangan berterimakasih, "Baik, kami menunggu kalian datang."

Setelah berpisah, Anna dengan menyesal berkata: "Alan, aku sungguh bersalah, salahku sudah keterlaluan, sekarang melihat Laras, sungguh keluarga Pradipta yang salah kepadanya."

Alan terdiam sebentar, berkata: "Kamu pergi atur sebentar."

"Atur apa?"

"Perkumpulan keluarga, kita beberapa tahun ini tidak kembali, perkumpulan makan bersama juga tidak dibuat, sekarang sudah kembali, semua orang sudah harusnya berkumpul, juga undang mama pulang."

"Baik, kalau mama tau, tidak perlu diundang, terbang kesini sendiri."

Novel Terkait

Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
4 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
4 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu