Cinta Pada Istri Urakan - Bab 103 Dia Tidak Bisa Menerima Pengkhianatan Dalam Bentuk Apapun

Laras bertanya dengan panik : "Apakah saat ini dia berada dalam bahaya? Hanya satu pertanyaan, pertanyaan ini saja, aku mohon padamu, beritahu aku, apakah sekarang dia sedang dalam bahaya?!"

Menghadapi Laras yang semakin lama semakin panik, Damar berkata dengan tidak berdaya : "Ini sulit untuk dikatakan....."

Sulit untuk dikatakan....3 kata ini bukankah sama artinya dengan tidak mengatakan apapun?! Emosi Laras meledak, dia kembali bertanya, "Kalau begitu untuk apa kamu tetap berada di sini? Untuk melihatku sudah tidak apa-apa, jadi adikmu dapat bebas dari hukuman, iya?"

Damar menggeleng dan menjelaskan : "Bukan begitu, kakak ipar, apa yang Yuni lakukan kali ini memang tidak tepat, kapten Jordan sudah membawanya kembali untuk diperiksa, beberapa hari lagi kami akan memberikan anda sebuah jawaban yang memuaskan. Aku tinggal di sini untuk menjaga keselamatan anda dan juga untuk menjelaskan hal yang terjadi hari ini."

"Maaf aku tidak bisa menjawab apa yang menjadi tebakan anda tadi, aku hanya bisa mengatakan kalau Yuni hari ini membuat anda pingsan benar-benar karena tidak ada cara lain lagi, para penculik itu sangat kejam, kami takut identitas anda terbongkar dan menjadi target mereka lagi."

Laras bertanya kembali, "Kalau begitu minta polisi datang untuk menangkapnya bukankah sudah beres? Polisi bahkan sudah datang."

"Kakak ipar, kenyataannya tidak semudah yang anda bayangkan, aku juga tidak bisa menjelaskannya kepada anda."

"Kalau begitu aku akan lapor polisi, minta polisi untuk menjelaskannya kepadaku." setelah berkata seperti itu, Laras mengeluarkan ponselnya, berniat untuk melakukan panggilan telepon.

Damar maju dan menghentikannya, Laras melindungi ponselnya dengan erat di depan dadanya, "Kenapa, kamu juga ingin merebut ponselku dan membuatku pingsan, sama seperti adikmu?"

"........aku tidak berani."

"Kalau begitu kamu pergi sana!"

Damar mengawasi layar ponselnya, dia benar-benar tidak bercanda, nomornya sudah dimasukkan, hanya tinggal menekan tombol panggilan saja, dia menggertakkan giginya dan berkata : "Benar, apa yang kakak ipar katakan tadi bisa dibilang hampir semuanya benar."

Laras langsung tertegun bagaikan sudah ditotok sehingga tidak dapat bergerak, setelah itu dia langsung mendongak menatap Damar dan bertanya sekata demi sekata : "Jadi, aku benar-benar hampir mengacaukan rencana kalian, kalau begitu Gavin....apakah sekarang dia berada dalam bahaya? ......dia ada di mana? Di jakarta?"

Damar masih tetap menunjukkan ekspresi misteriusnya, "Mengenai hal ini...... Aku tidak dapat mengatakannya....."

Laras berusaha mengingat adegan yang tadi dengan jelas, dari semenjak tidak sengaja bertemu mereka di festival lentera sampai ke dalam kedai minuman, dia tidak berhenti berusaha mengingat setiap hal yang sudah dilihatnya.

Dia masih ingat saat dirinya diculik, dia berpura-pura pingsan, lalu dia dibopong di pundak Husin untuk waktu yang lama, selama waktu itu dia samar-samar melihat wajah penculiknya, bahkan mengingatnya dengan sangat baik.

Kemudian saat dia dilemparkan ke dalam bagian belakang mobil, dia menguping pembicaraan para penculik itu, suara mereka, nada bicara mereka, dia mengingatnya dengan sangat jelas.

Dia tidak berhenti mengingat informasi yang berhubungan dengan Nimo, pria yang bernama Nimo itu adalah pria yang paling pendek di antara para penculik itu, Husin membopongnya di pundaknya, jadi matanya kebetulan langsung mengarah ke telinganya.

Dia adalah pria yang sedikit terlihat seperti seorang kutu buku, suaranya datar dan tenang, sangat mirip seperti suara guru fisikanya waktu SMA.

Tunggu sebentar, tubuh Nimo paling pendek? Tidak, dia melihat Nimo di festival lentera itu, jelas sekali kalau dia adalah orang yang paling menonjol di antara kerumuan orang itu, dia masih lebih tinggi lebih dari satu kepala dibandingkan orang biasa.

Nimo yang dilihatnya saat itu tingginya paling tidak 170-180 cm, tidak mungkin lebih dari 180 cm, sedangkan pria yang dia lihat saat di festival lentera paling tidak 190 cm, bahkan mungkin lebih tinggi lagi.

Jika identitas seseorang bisa dipalsukan, lalu wajah seseorang juga bisa dipalsukan lewat operasi plastik, kalau tinggi seseorang bagaimana? Perbedaan yang begitu jauh, tidak bisa dipalsukan dengan satu atau dua sol sepatu penambah tinggi.

Semakin dipikirkan, dia semakin tidak berani memikirkannya, bukankah semua orang memiliki tinggi 190 cm, punggung itu, bentuk tubuh itu, cara berjalan orang itu, semakin Laras memikirkannya, dia semakin merasa ada yang tidak beres.

"Jangan bilang kalau penculik yang melarikan diri itu adalah Gavin yang sedang menyamar?!" Laras menatap Damar dengan mata yang merah dan bertanya dengan kencang.

"......." kakak ipar, anda bisa menjadi seorang peramal.

Pundak Damar yang tiba-tiba sedikit bergetar dan juga ekspresi wajahnya yang terlihat kaku sudah menjelaskan semuanya, Laras sangat kagum akan kemampuannya dalam membuat kesimpulan.

Begitu dia berpikir seperti itu, Laras tiba-tiba teringat akan penculik yang berciuman panas dengan partner wanitanya di jalanan itu.

---"Kita bisa duduk sebentar dan minum sedikit di sini, setelah itu kalian berdua kembali ke hotel, kami akan kembali agak malaman."

---"Pergi kemana, kenapa tidak membawa kami juga? Huh, tuan black, jika anda ingin pergi, maka pergi bersenang-senang sendiri saja, jangan mengajarkan yang tidak-tidak kepada Nimo ku."

---"Aiya, jika aku masih tidak membawa saudara Nimo keluar untuk mencari angin, takutnya dia akan diperas sampai kering olehmu."

---"Tidak kokkkk...."

Suara wanita itu yang sengaja diseret panjang seperti itu sampai saat ini masih membuat dia ingin muntah, percakapan-percakapan ini, meskipun Gavin tidak mengatakan apapun, namun setiap kalimatnya sedang mengatakan soal dia dan partner wanitanya.

Laras tiba-tiba merasa ingin muntah, begitu dia teringat akan perkataan-perkataan itu, dia tidak bisa menahan rasa jijiknya, dia terus memuntahkan isi perutnya.

Damar bertanya dengan panik : "Kakak ipar, anda tidak apa-apa bukan? Lebih baik aku memanggil dokter datang kemari."

Laras menahan Damar, kedua matanya yang merah terlihat garang dan penuh kebencian, "Penculik itu adalah Gavin bukan? Iya kan?!"

"........" sangat ganas, kenapa dia merasa kalau tatapan mata kakak ipar saat ini sangat mirip dengan tatapan mata Jenderal saat dia sedang marah.

Bibir Laras yang dirapatkan dengan sangat erat tanpa sadar mulai bergetar, matanya dipenuhi dengan air mata, meskipun itu adalah pekerjaannya, dia tetap tidak bisa berbuat seperti itu.....

"Kakak ipar......." Damar benar-benar tidak tahu harus berbuat apa.

Laras melepaskan tangan Damar lalu menyelinap masuk ke dalam selimut, dia menarik selimutnya menutupi kepala dan membungkus dirinya dengan sangat rapat.

Damar berdiri di samping ranjang, dia hanya dapat melihat selimut yang menggembung membentuk gundukan kecil itu terlihat naik turun, dari dalam terdengar suara orang yang sedang membersitkan hidungnya dengan pelan, itu jelas adalah suara tangisan yang ditahan namun akhirnya tetap tidak mampu menahannya.

Dia adalah seorang pria, sepertinya tidak nyaman jika dia terus tinggal di sini, jadi dia berkata : "Kakak ipar, aku harap anda bisa bersabar, bos pasti akan pulang, setelah bos pulang, dia pasti akan menjelaskan segalanya kepada anda. Kakak ipar, aku keluar dulu, anda harus menjaga kesehatan anda, jika terjadi sesuatu, segera panggil kami."

Damar diam-diam keluar dari sana, Lira yang terus berjaga di depan pintu melihatnya dengan penasaran, dia hanya bisa menggeleng lalu berdiri di depan pintu dengan sedih dan tidak berniat untuk duduk.

Di dalam selimut sangat gelap dan juga pengap, ada keringat dan juga air mata di wajah Laras, ternyata wanita benar-benar memiliki indera keenam, saat dia sedang khawatir mungkinkah terjadi sesuatu kepada Gavin dan Jenny saat mereka sedang berkerja bersama, ternyata dia benar-benar melihat Gavin berciuman dan berpelukan dengan seorang wanita, bahkan dia juga sampai melakukan hal itu.

Begitu dia memikirkan kalau Gavin dan wanita lain berciuman dan tidur bersama, hatinya terasa sangat sakit sekali.

Bagaimana bisa dia berbuat seperti itu? Apakah dia benar-benar akan mengabaikan keluarga demi pekerjaan?

Maaf, dia tidak semurah hati itu, dia adalah seorang wanita yang egois dan berpikiran sempit, dia tidak dapat menerima segala bentuk pengkhianatan dari suaminya, pengkhianatan dalam bentuk apapun, dengan cara apapun, dan dengan alasan apapun.

Dari awal dia memang tidak begitu yakin dan percaya akan pernikahan ini, dia sedikitpun tidak ingin mengakui kalau dia sudah jatuh cinta terhadap Gavin.

Benar, dia sudah mencintai Gavin.

Tanpa disadari olehnya, saat dia sedang cemburu, saat dia merindukannya waktu mereka sedang berpisah, dia sudah jatuh cinta kepadanya dari dulu.

Karena mencintainya, dia bisa menahan segala hal yang dilakukan ibunya; karena mencintainya, dia bisa menganggap ayahnya sebagai ayahnya sendiri; karena mencintainya, dia mulai berusaha keras untuk menjadi lebih baik, tidak berhenti melatih dirinya, membuat dirinya menjadi sosok yang luar biasa, agar saat dia berdiri di sampingnya, dia bisa menjadi kebanggaan Gavin dan bukan menjadi bebannya.

Namun ciuman panas yang dilakukan di depan umum itu, kata-kata kotor itu, benar-benar sudah menghancurkan mimpi indahnya.

...........

Novel Terkait

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
5 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu