Cinta Pada Istri Urakan - Bab 452 Perkumpulan Keluarga Hanyalah Mimpi

Bagaimanapun juga anak-anak masih kecil, mudah dibujuk, Laras masih tenggelam dalam kesedihannya tidak bisa mengontrolnya sendiri, Nana sudah dengan senang menanggalkan baju boneka barbienya, juga melepaskan tubuh boneka dan melemparnya, ikut berendam mandi busa di bathup.

Bobi dengan wajah menghina datang mengaduh, "Mama, Nana melepaskan tubuh bonekanya lagi, semalam aku sudah membantunya memperbaikinya sangat lama baru bisa terpasang, aku tidak akan membantunya memasangkan kembali lagi."

Laras mana ada waktu untuk bersedih, langsung sibuk menghibur anaknya, "Ehn, siapa yang melepaskannya, siapa yang harus memasangnya kembali, lain kali kamu jangan urus adik lagi."

Bola mata Bobi berputar, dengan cepat berkata: "Tidak bisa, dia begitu bodoh, masih harus aku mengurusnya."

Laras menahan tawanya dan mengangguk, "Ehn ehn, harus diurus, harus diurus."

Romo mengetok pintu dari luar, menjulurkan kepalanya masuk, dengan pelan bertanya: "Sudah siap?"

Laras mengerucutkan bibirnya, "Pa, kamu lihat sendiri sudah siap atau belum."

Romo masuk berjalan ke pintu kamar mandi, melihat kedua cucunya duduk diatas bangku, ditengahnya diletakkan seember air, didalam ember ada bebek kecil beruang kecil dan ayam kecil, dan juga anggota tubuh barbie, mereka sedang dengan senang memandikan boneka.

"Bajunya jangan sampai basah, bisa masuk angin." Dia memesankan dengan pelan.

"Kakek, bebek kalau tidak berenang akan berlumpur, harus dimandikan." Nana mengangkat kepalanya, suaranya sangat jernih.

Romo yang melihat merasa senang, tersenyum sangat lebar, "Baik, mandikan, mandikan."

Romo memutarkan kepalanya melihat Laras, diam-diam membuang nafasnya dengan berat, "Lana sifatnya lebih blak-blakan, kamu jangan masukan kedalam hati."

"Ehn."

"Kalau memang sudah memutuskan, juga tidak perlu mengurusi kata-kata sembarangan itu, kalau mempublikasikan mereka adalah darah daging keluarga Pradipta, keluarga Pradipta tidak akan melepaskan kedua anak ini, Bobi dan Nana begitu lucu, aku tidak rela mereka meninggalkanku."

"Aku tau, papa kamu tenang saja, aku tidak akan memperdulikan bagaimana perkataan orang luar, aku hanya berharap mereka bisa tumbuh dengan sehat."

"Baguslah kalau begitu." Romo memutarkan kepalanya melihat kedua cucunya, dia sangat senang, sebanyak apapun dilihat tetap tidak cukup, "Tidak ada yang lebih penting daripada satu keluarga berkumpul bersama."

Satu keluarga berkumpul bersama? Laras beprikir, takutnya semasa hidupnya tidak akan melihat gambaran mereka berempat berkumpul bersama.

Dia pulang ke Jakarta, hal yang paling pertama dia lakukan adalah membawa kedua anaknya ke pemakaman pahlawan, tidak lain adalah sudah menerima kenyataan bahwa Gavin sudah tiada.

Dulu dia selalu mengira bahwa suatu hari nanti Gavin akan kembali, tapi sudah 4 tahun lebih, dia dari rasa sakit, berubah menjadi mati rasa, lalu menunggu harapannya pelan-pelan meredup, dia terpaksa menghadapi kenyataan kalau sudah kehilangan Gavin selamanya.

Dunia nyata memang kejam, orang kalau selamanya hidup di masa lalu, bagaimana membicarakan masa depan, apalagi, dia sudah memiliki dua orang anak.

Terkadang dia melihat Bobi, sikap dingin dan sombongnya persis dengan Gavin, terkadang beberapa ekspresi kecilnya juga semakin mirip dengan Gavin, dia berpikir kalau mungkin ini tuhan membiarkannya menggunakan cara lain untuk menemaninya.

Sudahlah, orang juga harus melihat kedepan, ada anak-anak yang menemani, penderitaan itu, juga tidak begitu sakit lagi.

Pagi ini dia setelah makan langsung pergi keluar, itu karena Manda mengajaknya.

Ketika upacara meninggal kakek, Manda karena hamil 6 bulan tidak bisa menjaga malam, juga selalu ditemani Rendra, Laras juga harus menjaga dua anaknya, jadi kedua kakak adik itu tidak punya waktu berduaan.

Hari ini, Manda sengaja mengajaknya keluar.

"Sudah datang, kenapa tidak membawa Bobi dan Nana?"

"Jarang-jarang ada yang mengajakku keluar, di rumah juga ada orang yang memabantuku menjaga anak, tentu saja aku harus santai dulu." Laras duduk disebelah Manda, memegang perutnya, "Perut ini sudah ada 7 bulan kan?"

"Benar."

Manda masih belum begitu berbicara, matanya sudah memerah, dia menarik tangan Laras, ingin mengatakan sesuatu, tapi malah tidak tau bagaimana untuk memulainya.

Kedua kakak adik itu sangat sehati, Laras menepuk punggung tangannya, menghiburnya, "Aku sangat baik, tidak perlu khawatir, sungguh."

"Laras, kamu masih berani membicarakannya," Manda pura-pura marah, "Sudah janji akan menjadi pengiring pengantinku, malah tidak mengatakan apa-apa langsung pergi, sudah pergi tidak apa-apa, malah pergi begitu lama, juga tidak menghubungiku, kamu tau tidak kalau aku mengkhawatirkanmu?"

Tangan Laras terulur memegang pundaknya, memeluknya dengan pelan menggoyangkan badannya, “Sudahlah, aku minta maaf padamu ya? Tapi kamu masih berani mengatakannya, saat itu aku melihatmu begitu bahagia, aku yang lebih sedih tau?"

Manda masih menangis sambil melihat Laras, bertanya: "Laras, kamu beritahu padaku yang jujur, siapa ayah kandung Bobi dan Nana?”

“??” Laras diam-diam menghela nafasnya, dia tau kalau akan menghindari pertanyaan ini.

"Kalau memang anaknya sudah dilahirkan, kenapa kalian tidak menikah? Dimana orangnya? Kenapa tidak pulang bersamamu?"

Pandangan Laras melihat kiri kanan, dengan serius berkata: "Dua pria bersembunyi, membiarkan seorang ibu hamil mencari tau, kalian tidak malu?"

Manda: "??"

Rendra dan Aaron yang bersembunyi dibelakang jendela: "??"

Kedua orang itu berjalan keluar, wajahnya terpasang senyum garing.

Bukannya mereka sengaja, hanya takut kalau Laras melihat mereka, hanya akan lebih kesulitan, mereka sungguh hanya khawatir padanya.

Manda sedikit bersalah, dengan curiga bertanya: "Kenapa kamu bisa tau?"

"Kebetulan sekali, mobilku diparkir diantara mobil kedua tuan muda Pradipta ini."

Ketiga orang itu :“??" Sungguh kebetulan sekali.

Gen keluarga Pradipta benar-benar bagus sekali, 4 tahun tidak bertemu, kedua kakak adik ini semakin luar biasa.

Semua orang berkata kalau pria semakin tua akan semakin jantan, kata-kata ini sangat tepat untuk Rendra.

Aaron juga jauh lebih tenang daripada dulu, sudut matanya juga tampak lebih jelas.

Keempat orang itu duduk, Rendra dan Aaron duduk dihadapan mereka, Aaron memulai: "Lama tidak berjumpa, kakak ipar kedua."

Rendra: "Maaf, kami hanya tidak tau bagaimana menghadapimu, bagaimana juga disaat kamu paling kesulitan kami tidak membantumu apa-apa."

Aaron menuangkan teh dan meminta maaf, "Kakak ipar kedua, maaf."

Laras juga tidak memikirkannya, dengan nada bicara bercanda berkata: "Panggil namaku saja, aku lebih nyaman."

Aaron: "Baik, Laras, bersulang."

Keempat orang itu mengangkat gelas tehnya dan bersulang, hal yang membuat canggung, membuat orang kesulitan, kata-kata yang sulit dibicarakan, semuanya mengikuti teh ini, masuk kedalam perut masing-masing.

Sebenarnya Laras tidak pernah menyalahkan mereka, Gavin sudah meninggal, mereka sebagai saudara juga sangat sedih, ditambah Anna ingin mengusirnya, orang luar sulit untuk mnghakimi urusan keluarga orang, mereka mana bisa ikut campur.

Tapi, sekarang juga tidak perlu dibicarakan begitu banyak, semua orang mengerti.

Jadi, kejadian dulu boleh tidak diungkit, tapi hal yang di depan mata, mereka hanya ingin tau.

Laras kembali ke Jakarta, dan juga membawa sepasang anak kembar, kabar ini sudah tersebar luas, bahkan saat perkumpulan keluarga Pradipta, akan curiga ke arah sana.

Rendra memberi kode pada Aaron, tapi Aaron malah sengaja memalingkan tatapannya, pertanyaan seperti ini, dia tidak bisa menjawabnya.

Rendra hanya bisa menebalkan mukanya bertanya, "Laras, aku bertanya langsung padamu, tapi kami tidak punya maksud jahat, kami hanya perhatian padamu."

Novel Terkait

Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
5 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
4 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
5 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
4 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu