Cinta Pada Istri Urakan - Bab 453 Barang Wasiat yang Hilang

"Bobi dan Nana, apakah mereka adalah anak Gavin?"

Pertanyaan Rendra ini, termasuk lebih baik, Laras tersenyum, bertanya balik kepada Manda, "Sebelum aku keluar negri apa kamu sudah melihatku hamil?"

Manda menggeleng, "Tidak, aku sudah bilang bukan, kalian masih tidak percaya, sebelum dia keluar negri masih masuk kelas, perutnya juga tidak membesar."

Laras diam-diam menghela nafas lega, wajah Rendra dan Aaron sangat kecewa, walaupun hati mereka sudah tau, tapi dari mulut Laras langsung mengakui kalau kedua anak ini tidak berhubungan dengan Gavin, mereka sangat menyayangkannya.

Manda: "Weh, apa maksud ekspresi kalian ini, jendral Pradipta sudah pergi 4 tahun lebih, apakah Laras tidak boleh mengejar kebahagiaannya sendiri? Apalagi keluarga Pradipta begitu kejam mengusirnya keluar dari kediaman Gavin, untuk apa dia menyimpan dirinya untuk orang yang sudah meninggal?"

Rendra langsung menjelaskan, "Kami tidak bermaksud seperti itu, kamu jangan marah ya?"

Manda sedikit marah, mood ibu hamil lebih tidak stabil, "Aku sudah bilang tidak perlu ditanya kamu ngotot mau bertanya, sekarang sudah dengar jelas, sudah puas?"

Laras dengan tenang tersenyum, dia berhenti menghibur Manda, "Tidak apa-apa, kamu jangan marah, kalau mama marah adik bayi akan sedih."

Rendra sangat gugup, begitu melihat Manda marah, dia sedikit tidak berdaya, "Iya, kamu jangan marah."

Laras melihat Rendra yang begitu gugup, dia tulus merasa senang untuk Manda, dia teringat dia sendirian hamil dan melahirkan di Amerika, dan juga sendirian membesarkan dua anak ini selama 4 tahun, dia sangat sedih untuk dirinya yang dulu.

Mengenai ayah dari anak, Laras tidak banyak berbicara, hanya mengatakan kalau ayah anaknya sedang tidak di dalam negri, mereka juga tidak ingin mengungkit kesedihannya, jadi tidak banyak bertanya lagi.

Lalu menceritakan Allan dan Anna, "Beberapa tahun ini paman kedua dan bibi kedua hanya tinggal di Hainan, tidak pernah kembali, mungkin takut sedih karena lingkungan sekitar. Lewat perawatan pemulihan, paman kedua bisa duduk, bisa berdiri, tapi tidak bisa berjalan, mau keluar harus dengan kursi roda, aku dan teman Gavin dulu, beberapa waktu sekali akan bergantian kesana mengunjungi mereka berdua, anggap menggantikan Gavin berbakti pada mereka berdua, berharap mereka bisa cepat keluar dari kesedihan."

Laras mendengar ini semua, wajahnya dari awal sampai sekarang hanya memasang senyum titipis, hanya sesekali keningnya berkerut mengungkapkan kalau hatinya masih sedih.

Kesedihan seperti ini, benar-benar sangat sulit untuk keluar dari sana.

Sampai saat ini, kedua anaknya masih bermain sendiri, penuh tawa, Laras memeberitahunya dalam hati kesulitan itu cukup sampai dia saja, dia tidak akan mengizinkan mereka melukai anaknya sendiri.

-----

Kakek sudah meninggal, Romo menyuruh bawahan membersihkan kamar kakek.

Laras yang mendengar suara keluar melihat, mengetahui kalau bawahan sedang mengosongkan kamar kakek, hatinya sedikit kecewa.

"Paman Li, barang kakek benar akan dipindahkan semuanya?"

"Bukan, tuan bilang kalau kamar kakek akan diganti menjadi ruangan penyimpanan, kaligrafi antik yang kakek sukai semasa hidupnya ditinggalkan, jadi kami memindahkan barangnya ketengah dulu, tunggu sudah direnovasi baru dimasukkan lagi."

"Begitu, apa aku boleh melihat?"

"Tentu saja boleh."

Laras masuk kedalam kamar, barang kakek semua ditumpuk di tempat tidur, perabot rumah lainnya, beberapa bawahan laki-laki bergantian memindahkannya keluar.

"Tidak bisa, pelan-pelan, aduh....." Terdengar suara hantaman, seorang pemindah barang tidak hati-hati, menjatuhkan sebuah rak keatas lantai.

Raknya terjatuh menghadap kebawah, beberapa laci terjatuh keluar, barang didalam laci pun berserakan.

Rak kayu seperti ini memang sudah berat, ditambah dengan barang lacinya, berat barang, akan menambah berat.

Mata Laras tajam, diantara tumpukan barang melihat catatan harian yang familiar, itu adalah catatan harian kakek.

Sebelum dia pergi, dia membungkuk mengambil catatan harian kakek, seperti barang berharga dipegang dengan tangannya, mungkin, ini adalah barang kenangan satu-satunya yang ditinggalkan kakek.

Diantara tumpukan baju, nampak sudut sebuah kantong ziplock, Laras mengeluarkannya dan melihat, didalamnya ada sebuat botol obat kecil.

"Ini obat kakek? Kenapa masih disembunyikan disini?"

"Aku juga tidak tau."

Laras mengangkat kantong plastik, dengan catatan hariannya dipeluknya, "Paman Li, barang ini boleh untukku sebagai kenang-kenangan tidak?"

"Tentu saja boleh."

Semasa hidup kakek sangat menyukai kaligrafi antik, mengumpulkan begitu banyak barang bagus dari berbagai tempat, beberapanya ada yang masih sangat berharga.

Mata Laras menyapu sekilas, tiba-tiba pandangannya terjatuh pada sebuah kotak brukat panjang, hatinya tiba-tiba sakit, bukankah ini adalah hadiah ulang tahun kakek dari Gavin?!

Dia masih ingat bahwa itu adalah sebuah lukisan asli Picasso, pada saat itu harganya bernilai 4 miliar, sekarang akan lebih mahal.

Sebuah gambar, membuatnya dalam waktu yang sama merindukan dua orang.

Dia dengan hati-hati membuka kotak brokat itu, tapi dalamnya kosong.

"Paman Li, dimana gambar yang ada didalamnya?"

Paman Li panik, "Aduh, aku tidak tau ini, tidak ada orang yang pernah membukanya, apa mungkin memang sudah kosong?"

Walaupun tidak menghilangkan kemungkinan kalau lukisannya ada ditempat lain, tapi Laras tetap sangat panik, "Kamu yakin tidak ada yang pernah membukanya?"

Paman Li menggeleng, "Sejak pindah kemari, barang kakek diletakkan di rak penyimpanan barang, kami sentuh saja tidak, juga kali ini mau direnovasi, rak barang lama harus dipindahkan, aku baru mengeluarkan barang dari dalam rak, tapi aku juga tidak pernah membukanya."

Paman Li tidak ada alasan untuk berbohong, karena dia dan juga semua bawahan di mansion Atmaja tidak tau kalau kakek ada hobby mengoleksi, tau darimana isi didalam kotak brokat itu apa.

Dan juga, barang ini hanya berharga bagi orang yang menyukainya, bagi orang yang tidak mengerti dan tidak menyukainya, hanya setumpul kertas sampah.

Laras membuka beberapa kota lainnya, semuanya kosong.

Semuanya, kosong!

Ini adalah barang yang paling kakek sayangi semasa hidup, lalu setelah sakit otaknya juga tidak jelas, selalu terletak di rak barang, dia tidak mungkin diam-diam menyembunyikannya ketempat lain, bawahan mansion Atmaja sama sekali tidak tau dalamnya ada apa, tentu saja tidak akan mempunyai niat aneh, jangan-jangan papa?

Memikirkan ini, Laras langsung mencari Romo, begitu bertanya, Romo juga terheran, "Bagaimana mungkin kosong? Kemana semua barangnya?"

Pekerja langsung berhenti memindahkan, Romo memanggil semua orang dirumah, harus bertanya alasannya.

Reni mendengar cerita ini, tersenyum dingin, berkata: "He, siapa yang tau dalamnya ada apa, barang kakek siapa yang berani sentuh? Kami di rumah begitu lama tidak pernah kehilangan barang, kenapa kamu begitu pulang langsung kehilangan barang? Jangan jadi maling malah berteriak maling, menggali kuburan untuk diri sendiri."

Begitu jelas bertuju pada Laras, Laras tentu saja harus membantah dan menjelaskan, "Setelah aku pulang hampir tidak ada waktu sendirian, bilang aku mencuri barang sama saja dengan omong kosong."

"Hanya kamu dan papa kamu tau barang itu apa, kamu bilang bukan kamu, jadi kamu sedang bilang kalau papamu yang mencuri?"

"Tante Reni, kamu jangan ngotot tidak melepaskanku, aku baru pulang beberapa hari, keluar masuk semua dibawah penglihatan semua orang, bagaimana aku mencuri?"

"Jadi malam hari? Malam hari semua sedang tidur, kamu masuk kedalam kamar kakekmu mencuri juga bukannya tidak mungkin."

“Kamu boleh masuk kekamarku periksa, kalau ada barangnya boleh melapor polisi tangkap aku."

"Cih, jangan pikir aku tidak berani."

Reni dan Laras saling berdebat, Lana duduk di sofa bermain handphone, memasang wajah yang tidak peduli.

Novel Terkait

1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
5 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
5 tahun yang lalu