Cinta Pada Istri Urakan - Bab 355 Tidak Ada Yang Lebih Buruk Dari Sekarang

“Polisi di luar semuanya datang untuk menangkapku, jangan membuka pintu, tidak bisa!!”

Nagita dengan kencang memegang pergelangan tangan Manda, Manda merasa kesakitan seperti tulangnya diremukkan, “Ma, tenang sedikit, ma...”

Laras juga membujuknya, kenapa kalau bibi sedang emosi, agak mirip dengan Kak Maira, “bibi, kamu mencengkeram tangan Manda sampai berdarah, tolong lepaskan ya?”

Nagita tidak mengatakan apa-apa, langsung menampar Laras di wajahnya, “Kamu pembawa sial ini, kamu datang langsung membawa hal buruk, apakah kamu yang membawa polisi kemari?!”

Laras menutupi pipinya yang kesakitan, “100 persen bukan, tentu saja bukan, aku kesini untuk mencari Manda, aku juga tidak tau polisi datang kesini.”

Polisi di luar sudah sangat lama tidak berhasil membuka gerbang, memutuskan masuk secara paksa.

Begitu gerbang diledakkan kuncinya, perasaan Nagita bertambah tegang, dia melepaskan semua kecemasan dan kemarahannya ke Laras.

“Perempuan jalang,” Dia tiba-tiba mendorong Laras jatuh ke lantai, langsung menendang dia, dan masih berkata-kata kasar, Eli yang kejam, Romo yang tak tau terima kasih, melahirkan kamu seorang perempuan jalan yang tidak tahu malu.”

***(Eli=ibu kandung Laras)***

Nagita tiba-tiba melakukan kekerasan, menendang Laras yang sudah jatuh berkali-kali.

Laras bukannya tidak bisa melawan, hanya saja bibi yang semarah ini selain membuat dia marah, lebih membuat dia sakit hati.

Dia takut kalau dia melawan bibinya, bibinya akan menjadi tambah marah, maka akan sama seperti Maira.

Manda juga merasa ketakutan, memeluk pinggang Nagita dengan kencang, membuat dia tidak bisa menendang Laras.

Nagita tidak bisa menendang Laras, sehingga dia melepaskan amarah ke Manda, menarik kerah baju Manda, lalu menampar muka Manda.

“Kamu juga bukan seseorang yang baik, membuat kakak perempuanmu marah, dan menggoda suami kakakmu, iblis macam apa yang dibentuk keluarga Atmaja, sampai menyimpan 2 iblis di sisi kita.”

Akhirnya polisi berhasil masuk, membidik Nagita dengan senjata, “Jangan bergerak!”

Nagita langsung tidak bergerak dan jatuh melemas.

“Nyonya Nagita Wicaksono, ketika kami menginvestigasi kasus keluarga Atmaja, kami menemukan anda menyalahgunakan sejumlah besar uang secara ilegal. Sekarang pengadilan sudah membatalkan jaminan anda, sekarang silahkan ikut dengan saya.”

Mata bimbang Nagita memancarkan rasa ketakutan. Dia sejak lama sudah memikirkan akan ada hari seperti ini, tetapi tak disangka hari itu datang secepat ini.

Polisi dengan cepat memborgol Nagita.

Suara borgol itu menyatakan masa tahanannya secara resmi sudah dimulai.

“Manda, Manda”, Nagita menoleh ke belakang, dengan gelisah berkata, “Kamu harus menjaga baik-baik kakak perempuanmu, dengar tidak, ha?”

Situasi itu sangat mendadak, Manda hanya sempat mengangguk-angguk.

“Jaga baik-baik kakak perempuanmu, jaga baik-baik kakak perempuanmu...”

Nagita sudah dibawa ke mobil polisi, melihat sekilas rumah Keluarga Atmaja untuk yang terakhir kali, setelah jatuh bangkit selama satu dekade, penjara adalah rumah akhir mereka.

Perasaan Manda juga sudah hampir hancur, beberapa hari ini, keluarga Atmaja sudah hancur, kedua orang tuanya di penjara, Maira juga masih dirawat di rumah sakit.

Yang bisa dia lihat di depan matanya hanyalah kegelapan, dia sangat ketakutan, juga kesepian.

Keluarga ini, pada akhirnya, hanya tersisa dia seorang.

Yang lebih tragis lagi adalah baru saja gerombolan polisi pertama pergi, datang lagi gerombolan kedua, orang-orang ini adalah orang pengadilan, ingin menyegel rumah Keluarga Atmaja.

“Disegel? Mengapa rumah ini harus disegel?” Manda bertanya, “Rumah ini dibeli oleh paman keduaku, kenapa bahkan rumah saja juga perlu disegel?”

Seorang perwira polisi menjelaskan : “Rumah ini atas nama Rama, menurut prosedur, semua properti yang beratas namakan Rama adalah properti ilegal sampai kasus hukum ini terselesaikan, kami berhak menyegel, dan juga mengelolanya setelah kasus hukum ini terselesaikan. Lalu anda siapa? Mengapa anda berada disini?”

Manda : “Saya anak perempuannya Rama.”

Sang perwira polisi membolak-balikkan kertas informasinya, berkata : “Jadi anda adalah Maira, kebetulan sekali, tanda tanganlah disini.”

Manda menggeleng-geleng, “Saya adalah Manda, anak perempuan Rama yang kecil.”

Sang perwira polisi membolak-balikkan kertas informasinya lagi, memastikannya lagi dan lagi, “Di dalam kartu keluarga menunjukkan bahwa Rama dan Nagita hanya memiliki seorang anak perempuan tunggal, bernama Maira Atmaja.”

“...” Manda kehilangan pikirannya, hatinya seketika hancur.

Ternyata ayah dan ibunya sudah sejak lama menghilangkan namanya dari kartu keluarga, tidak peduli dalam hukum, atau dari orang-orang, mereka dari awal sudah tidak menerimanya sebagai anak perempuannya.

Dan dia benar-benar sudah menjadi anak yatim piatu.

Sang perwira polisi menyerahkan surat penyegelan ke Manda, lalu berkata : “Tolong serahkan surat penyegelan ini ke Nona Maira, jika dia ingin mengambil sesuatu, dia bisa masuk untuk mengambil barang pribadi dengan dampingan personil kami, terima kasih.”

Manda menerima surat itu dengan ragu-ragu, merasa linglung, “Baik.”

Kemudian, Laras membantu Manda kembali ke rumah untuk merapikan barang-barang pribadinya, begitu mereka keluar, juru sita berseragam sudah menempelkan kertas segel di pintu gerbang rumah.

Manda tidak memiliki tempat tujuan untuk pergi, hanya bisa tinggal untuk sementara di kota.

Angin di dalam kereta bawah tanah berhembus lewat, dinginnya menembus sampai tulang, seperti memotong jiwa dan raga.

Laras melihat Manda, sekarang dia baru sadar, Manda kehilangan berat badan sebanyak ini, tadinya mukanya masih berbentuk oval seperti bayi, sekarang ini dagunya sudah mengurus sampai lancip dan cekung ke dalam.

Dia tidak bersuara, hanya saja air matanya terus mengalir, angin-angin yang dingin ini tidak bisa mengusir kesedihannya.

Sebenarnya Laras tidak sabar untuk menanyakan banyak hal tentang Rendra kepada dia saat ini.

“Jangan khawatir, ada aku, kamu tidak akan tidak memiliki rumah, oke?”

Manda memejamkan matanya rapat-rapat, air matanya seperti menggantung ke bawah.

Laras tidak henti-hentinya bersedih, langsung memeluk dia, menenangkannya dengan berkata : “Semua pasti akan berlalu, tidak akan ada yang lebih buruk dari sekarang, setelah ini pasti lama-lama akan membaik.”

Manda bersender di bahunya, terbelenggu, berusaha menahan diri, mulai menangis tanpa bersuara.

Sesampainya di rumah, nenek sangat menyambut dengan senang hati ketika melihat Manda, dia bisa melihat tangisan di mata merah anak kecil itu, dia tidak menanyakan apapun yang berhubungan dengan masalah keluarga Atmaja.

“Nenek...”

“Jangan berbicara apapun Laras, seharusnya dari awal kamu membawa Manda kemari, pergi beristirahatlah, temani dia baik-baik.”

“Hmm.” Laras memberikan tatapan rasa berterima kasih kepada nenek, lalu langsung membawa Manda ke kamar tamu.

Di dalam kamar tamu, kakak beradik perempuan itu sama seperti masa-masa kecil mereka, berbaring di kasur saling mencurahkan isi hati.

Dahulu, orang yang selalu bersedih adalah Laras, karena dia bergantung pada orang lain, selalu harus menerima berbagai macam keluhan.

Tetapi sekarang, orang yang merasa hancur justru Manda, tidak peduli keluarga maupun pacarnya, semua meninggalkan dia dan pergi.

Mereka adalah kakak beradik yang hubungannya paling intim, saling berbagi dalam hal yang menyenangkan, dan saling membantu dalam hal yang menyedihkan, ketika Manda menangis, Laras langsung ikut menangis bersama-sama.

Tidak berselang lama, ponsel Manda mulai berdering, dia mengambil ponselnya dan melihat, yang menelpon adalah Tanu.

Tetapi Laras, juga sudah melihat nama Tanu.

“Untuk apa dia mencarimu?” Laras bertanya penasaran.

Manda juga tidak dapat menjelaskan, dia membuat gerakan “Shh” ke arahnya, lalu baru menerima telepon, “Halo? Ada masalah?”

“Aku dengar-dengar ibumu sudah ditangkap, rumah Atmaja juga sudah disegel, sekarang kamu ada dimana? Aku mencarimu.”

“Untuk apa kamu mencariku?!”

“Manda, kamu jangan terlalu memasukkannya dalam hati, kamu sekarang ada di mana?”

“Kamu itu yang jangan terlalu memasukkannya dalam hati, aku ada di mana bukan urusanmu, kamu bisa memenuhi janjimu pada kakakku sudah cukup.”

Janji Tanu pada Maira, hanyalah dukungan perawatan.

Novel Terkait

Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
4 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
5 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
4 tahun yang lalu