Cinta Pada Istri Urakan - Bab 81 Dia Bahkan Tidak Ingat Namaku (2)

Manda menoleh kearah Laras, dia terlihat sedikit kecewa, "Dia bahkan tidak ingat namaku....."

"Kamu serius?"

"Apakah aku kelihatan sedang bercanda?"

Laras menggeleng, saat dia teringat akan saran dari Gavin, dia juga berusaha membujuk Manda dengan hati-hati, "Dia lebih tua belasan tahun darimu."

"Belasan tahun apaan, jelas-jelas hanya lebih tua 10 tahun saja, dia baru 30 tahun, masih sangat muda oke?"

"Beda 3 tahun sudah beda satu generasi, jika beda 10 tahun maka itu berbeda 4 generasi jika dibulatkan keatas, bahan pembicaraan kalian sudah berbeda, kalian bagaikan dibatasi sebuah sungai yang sangat lebar."

"Apakah matematikamu diajarkan oleh satpam penjaga kampus?"

"........" bercanda dia, matematikaku aku pelajari secara otodidak, jika aku bisa maka semuanya benar, jika aku tidak bisa maka aku akan melakukan tebak-tebak berhadiah.

"Kamu dan Gavin juga beda belasan tahun, bukankah kalian baik-baik saja?"

"Sembarangan saja, kami hanya beda 8 tahun."

"8 tahun, jika beda 3 tahun sudah berbeda 1 generasi, jika dibulatkan keatas maka kamu dan Gavin berbeda 3 generasi, sungai yang membatasi kalian juga tidak kecil."

"........" Laras menyadari kalau dirinya sama sekali tidak bisa meyakinkannya, benar juga, dulu saat dia masih belum mempunyai perasaan terhadap Gavin, dia juga selalu berkata kalau perbedaan umur mereka terlalu jauh, tetapi sekarang dia malah merasa hanya 8 tahun saja, bukan masalah.

Di saat seorang wanita sudah mencintai seorang pria, semua masalah yang kemungkinan akan menjadi masalah, akan tidak lagi menjadi sebuah masalah, jangankan sungai kecil, bahkan meskipun dibatasi oleh Samudra pasifik, dia juga akan mampu melewatinya, hanya dikarenakan--aku mencintaimu.

Laras mengerti perasaan seperti ini, dia dan Gavin juga memiliki banyak masalah, sampai saat ini, orang tua Gavin bahkan masih belum menerimanya, namun dia dan Gavin tidak pernah berpikir untuk berpisah, setidaknya saat ini tidak pernah, yang sudah lalu tidak bisa dihitung, kelak juga tidak akan pernah berpisah.

"Manda, memangnya kamu ingin mengejarnya?"

"Mau bagaimana lagi, memangnya kamu bisa membuatnya mengejarku?"

".......Hari ini kamu benar-benar bicaranya hebat sekali, aku tidak bisa mengalahkanmu."

"Omong kosong, kamu sudah menjadi bodoh karena terlalu lama berendam di dalam manisnya tangki cintamu itu, bahkan kamu tidak mampu menyerang balik Nadira, tidak seperti diriku, masih single, jadi hanya bisa berperang seorang diri."

"........"

Begitu membicarakan soal Nadira, Manda akan merasa sangat menyesal, "Bagaimana caranya aku membuktikan kepadanya kalau aku biasanya tidak pernah memukul orang lain? Jarang-jarang aku memukul orang, tetapi sekalinya aku memukul orang, malah kebetulan dilihat olehnya, menurutmu bukankah aku sial sekali?"

Laras juga tidak ingin membuatnya merasa terpukul, dia berkata dengan lirih : "Mungkin saja......dia sebenarnya sama sekali tidak peduli?"

Manda mengerucutkan bibirnya dan memelototinya dengan garang, "Bahkan kamu juga ingin membuatku merasa terpukul?"

"Uhuk uhuk, aku hanya ingin agar kamu lebih terbiasa saja, jika....." Laras menunjuk-nunjuk kedua pria disana, dia dengan ragu-ragu berkata, "Nanti mungkin masih ada lebih banyak lagi pukulan yang akan kamu terima."

Manda menerjang dan memiting lehernya, "Dasar mulut bau, jika apa yang kamu katakan tadi benar-benar terjadi, aku akan membuat perhitungan denganmu."

"........" OMG, dasar gadis iblis.

Manda melepaskannya lalu meregangkan tubuhnya dengan santai, kemudian dia berkata dengan malas : "Laras, kamu harus membantuku."

"Emm, iya, aku bantu, kamu ingin terus terang mengutarakan perasaanmu, sok pura-pura jual mahal sedikit, memberikan sinyal-sinyal yang tidak jelas atau sekalian saja mabuk lalu naik ranjang dengannya?"

"Apakah bisa sama seperti kalian, langsung menikah di catatan sipil?"

"......." dia benar-benar sudah gila!