Cinta Pada Istri Urakan - Bab 472 Mansion Atmaja Ganti Pemilik

Setelah Laras mendapatkan kabar dia langsung pulang ke Mansion Atmaja, tapi, disaat dia buru-buru pulang kerumah, menemukan di depan pintu Mansion Atmaja ada sebuah ambulans berhenti.

Apa yang terjadi?

Laras langsung turun dari mobil dan berlari kedalam, melihat anggota medis membawa tandu dan berlari keluar, yang berbaring di atas tandu adalah Romo。

Di belakang, Reni dan Lana ikut berlari keluar, mereka keluar sambil menangis.

"Pa," Hati Laras bergetar, terlalu tiba-tiba, "Papa......"

Dia ikut berjalan kesana, melihat kepala ayahnya dipenuhi dengan darah, matanya terpejam sedikitpun tidak bergerak berbaring di atas tandu, baju yang dia pakai dan selimut di bagian bawah badannya semuanya terkena darah.

Anggota medis mendorong Romo masuk kedalam ambulans, dan menghentikan keluarga dan berkata: "Tidak bisa naik begitu banyak orang, paling banyak 2 orang."

Reni langsung menarik Lana naik ke mobil, "Kami adalah anak istrinya."

Laras terkunci dari luar pintu, ambulans tanpa menunda langsung berjalan pergi.

Sirine polisi yang berbunyi menggedor jantung Laras, dia memaksakan dirinya untuk tenang, memutarkan kepalanya dan bertanya pelayan rumah, "Paman Fan, apa yang terjadi pada papaku?"

"Tuan jatuh dari tangga, mengenai kepalanya."

"......" Laras menarik nafas dalam untuk menenangkan hatinya yang kacau, dengan hati-hati bertanya, "Pada saat itu tante Reni ada dimana?"

Pelayan mengingat-ngingat, lalu berkata: "Aku mendengar nyonya meneriaki tuan, tuan terjatuh dari atas ke bawah, nyonya berlari turun kebawah."

"Apakah dia yang mendorong papaku?"

"Ini.......Aku tidak melihatnya."

"Orang yang lain? Bibi Li,Adik Shen, apa kalian melihatnya?"

Semua bawahan menggeleng kepala, sudah hampir jam makan, tuan tiba-tiba lebih cepat pulang ke rumah, semua orang sedang sibuk di dapur ataupun di ruang makan, siapapun tidak memperhatikan kejadian yang terjadi di lantai dua.

Laras menahan detakan jantung yang berpacu cepat didadanya, dengan tenang berkata: "Paman Fan, Nana Bobi jam 4 pulang sekolah, jangan lupa jemput mereka, aku pergi ke rumah sakit lihat dulu."

"Baik."

Rumah sakit, Unit Gawat Darurat.

Ketika Laras sampai, Romo sudah didorong masuk kedalam untuk ditolong, Reni dan Lana yang di depan pintu menunggu dengan panik.

Begitu melihat Laras, Reni langsung memarahinya, "Ini semua karena kamu si pembawa sial, baru pulang tidak lama sudah membuat papamu seperti ini, kamu masih tidak cepat pergi, apa sungguh mau melihat papamu mati kamu baru senang?"

Fitnah semacam ini, Laras tidak mengakuinya, "Tolong kata-katamu yang sopan sedikit, jangan sembarangan memarahi."

"He, apa kamu tidak berpikir karenamu? Kamu ada di rumah yang mana, rumah itu pasti akan terjadi sesuatu."

"Tante Reni, kakekku bagaimana meninggal apa hatimu sedikitpun tidak tau?"

"......" Sesaat Reni membatu, dengan kuat menjelaskan, "Kakek sakit, papamu yang melepaskan untuk menolong, tidak ingin membuat kakek lebih menderita."

"Benarkah, kalau begitu siapa yang mengganti obat pengobatan kakek menjadi tablet vitamin yang tidak berefek?"

"......." Tiba-tiba wajah Reni menjadi pucat.

"Biasanya saat seperti ini papaku masih di perusahaan, kenapa hari ini tiba-tiba pulang ke rumah, bukan karena pulang untuk menanyaimu?"

"Kamu, kamu berbicara sembarangan."

"Tuhan itu adil, apa kamu sungguh mengira perbuatan kamu tidak akan terbongkar? Kakek di langit mendoakan, tidak akan memaafkanmu. Hari ini kalau papaku terjadi sesuatu, aku lebih tidak akan melepaskanmu!"

"Laras," Lana keluar berteriak, "Papa tidak hati-hati menginjak mainan anakmu makanya bisa terjatuh, kamu dan putra putrimu, semuanya adalah siluman pembunuh!"

Memang benar, Bobi sering bermain mobil-mobilan di lorong jalan, karena lorong jalan sangat panjang.

Dia juga beberapa kali mengatakan kepada Bobi, tapi Romo lebih memanjakan anak-anak, anak-anak suka, maka dia tidak akan melarangnya, dan juga memasang sebuah pintu keamanan di depan tangga.

Pintu keamanan ini melindungi anak-anak untuk tidak terjatuh dari tangga, setelah anak-anak naik ke atas akan ditutup, ketika anak-anak turun akan dibuka.

Tapi pintu ini malah tidak melindungi Romo.

"Kamu malah bagus sekali, karena lembur tidak pulang ke rumah, kedua anak-anak juga sangat menempel kepada papa, papa beberapa hari ini bermain dengan mereka sampai punggung sakit, malam hari tidak tidur nyenyak, pagi hari juga kurang semangat, malah menginjak mobil anakmu lagi."

"Laras, apakah mainan anak-anak boleh sembarangan letak? Anak-anak tidak mengerti, kamu sebagai ibu apakah juga tidak mengerti?"

Menghadapi keluhan Lana, Laras tidak membantah sedikitpun, saat itu dia juga sedang tidak di tempat, kondisinya seperti apa dia juga tidak tau.

Tapi, perkataan ibu anak ini, dia tidak akan mempercayai semuanya.

Laras: "Sudahlah, ribut disini tidak ada gunanya, tunggu papa keluar baru dibicarakan!"

Lana: "He, pembawa sial yang membunuh suami membunuh papa dan membunuh mama, yang dikatakan adalah kamu!"

Laras: "Kamu......"

Reni: "Sudahlah, tunggu saja! Tuhan memberkati, Romo harus selamat, Tuhan memberkati......."

Operasi berjalan selama 6 jam lebih, sampai langit sudah gelap, dokter baru keluar.

Selama itu, Reni diam-diam menangis, dan Lana berdua sebentar-sebentar yang memarahi Laras dan para anak-anaknya.

Dokter keluar, wajahnya kusam, tidak tau apakah kabar bagus, atau kabar buruk.

Semua orang menghampirinya.

"Dokter, bagaimana suamiku?" Reni menangis sampai sudah serak, suaranya terdengar sangat kasihan.

Dokter berkata: "Luka di kepala tuan Atmaja sangat parah, tulang tengkoraknya patah, otaknya juga mengalami pendarahan, untungnya sempat ditolong jadi sementara nyawanya dapat diselamatkan, tapi, kondisinya tetap tidak baik, jadi tidak bisa dipastikan......"

Lana langsung bertanya: "Jadi dokter, apa kami boleh menemuinya?"

Dokter menggeleng, "Sekarang dia masih belum lewat dari masa kritis, lukanya masih mudah terinfeksi, lebih baik jangan dikunjungi dulu, kalau ada kondisi terbaru akan menghubungi kalian."

Setelah dokter memberitahu mereka langsung pergi, operasi yang sangat lama, dia juga sangat lelah.

Romo tinggal di unit perawatan intensif, beberapa hari berturut-turut koma tak tersadarkan.

Real estate Podomoro sudah tidak ada Romo, Reni langsung memanggil kerabatnya dari Australia, mengambil alih.

Mansion Atmaja sudah tidak ada Romo, Reni dirumah menjadi kepala, semua yang ada di Mansion Atmaja harus menuruti perkataan Reni.

Hal pertama yang dia katakan adalah, mengusir Laras dan anaknya bertiga dari rumah.

Saat 6 orang pria kuat berdiri di hadapan Laras dan anak-anak, saat puluhan bawahan di rumah tidak ada satu orang pun yang keluar membantunya berbicara, Laras tidak membantah, tangannya masing-masing satu menggandeng anak, langsung menyetujui: "Baik, kami pindah, langsung pindah."

Mansion Atmaja memang daerah otoritas Reni, Laras sama sekali tidak suka tinggal disini, Romo lah yang memaksa kalau sekeluarga harus tinggal bersama, dia baru membawa anaknya tinggal disini.

Empat tahun yang lalu, dia sendirian diusir dari keluarga Pradipta, dia masih mencoba menolak dan memperjuangkan.

Sekarang, dia ada dua orang anak, dia tidak ingin membiarkan anaknya melihat dunia niat jahat para orang tua, oleh karena itu sebelum terjadi perang, dia langsung membawa anaknya menjauh dari medan perang.

Tapi, dia pindah tidak berarti dia mengaku kalah, Reni berbuat seperti ini hanya karena dia merasa bersalah, dia tidak akan memaafkan Reni dengan mudah.

Nana dan Bobi masih tidak mengerti, disaat Laras membawa mereka keluar dari pintu Mansion Atmaja, Nana masih membalikkan kepalanya, melambaikan tangan kearah Reni dan Lana, dengan baik berkata: "Nenek, tante, kami pergi dulu ya, Nana akan merindukanmu, sampai jumpa."

Novel Terkait

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
4 tahun yang lalu