Cinta Pada Istri Urakan - Bab 603 Kamu Memang Dewi di Lingkaran Sosial Hiburan

Tidak menunggu Suli bergerak, Mona langsung mengambil gelas kosong dan menuangkan wine sampai penuh, lalu dengan sopan memberikan ke hadapan Suli, "Ini, kak Suli, bersulang dari presdir Zhu harus di minum," Dia seperti mengingatkan, berkata pelan di sebelah telinga Suli, "Dia adalah investor paling besar, membuatnya senang adalah paling penting."

Ekspresi wajah Suli sudah berubah, dia datang untuk mencoba akting, bukan untuk menyenangkan orang.

Semua orang disini, banyak sedikitnya pernah mendengar kesucian Suli, dia tidak pernah ikut makan malam bisnis, komunikasi di dalam lingkaran sosial tidak pernah ada dia, dia adalah orang yang tidak mau tunduk untuk keuntungan.

Tapi, itu pada saat dia masih terkenal, tidak kekurangan popularitas, tidak kekurangan sumber daya, setiap film yang mempunyai investor besar tinggal dipilih olehnya.

Tapi sekarang sudah berbeda, kehilangan Aaron andalannya ini, dia harus berusaha sendiri keluar mencari film, juga harus sendiri mengikuti makan malam bisnis.

Ini adalah hal sudi atau tidak, semua orang melihat apa yang akan dilakukan Suli.

Suli juga tau kalau sekarang dia tidak seperti dulu lagi, di tahun dimana Ayahnya meninggal dia sudah merasakan bagaimana rasanya keangkuhan sosial, lagipula, memuja-muja yang berstatus tinggi, menghina yang berstatus rendah adalah masalah biasa dalam lingkaran sosial hiburan, dia tidak terkejut.

Dia hanya belum terbiasa.

"Kak Suli, minum saja, kalau bir presdir Zhu tidak diminum, berarti tidak menghargai presdir Zhu." Mona di samping terus memprovokasi.

Suli tidak bisa melakukan apa-apa, hanya segelas bir saja, dia masih bisa meminumnya.

"Terimakasih presdir Zhu, kalau begitu kita bersulang."

Suli dengan cepat meminumnya sampai habis.

"Bagus!" Semua orang bersorak dan bertepuk tangan, presdir Zhu juga bangga, sangat senang.

Suli tidak ingin berlama-lama disini, langsung bertanya sutradara Zhang, "Sutradara Zhang, kapan aku bisa coba berakting?"

Orang disebelah mendengar, tidak bisa menahan tawanya, sutradara Zhang sudah mabuk, merasa lucu tertawa, "Suli, kamu memang benar dewi di lingkaran sosial hiburan."

Suli tidak mengerti maksudnya, tapi dilihat dari reaksi semua orang, ini bukan perkataan yang bagus.

"Kenapa? Apa kamu tidak tahu julukanmu di lingkaran sosial ini?"

Suli menjadi was-was, tapi masih menggelengkan kepalanya dengan rendah hati.

"Suli, pertama kali datang keluar makan bersama?"

"Ehn."

"Kalau begitu sudah benar, dulu selalu tidak bisa membuat janji denganmu, presdir Pradipta menyayangimu seperti apa, kami mau berteman denganmu saja pun tidak bisa."

Suli tersenyum tipis,sudut bibirnya terlintas kesedihan singkat.

Memang benar, Aaron dulu tidak pernah memintanya ikut acara makan bersama manapun, acara makan bersama yang harus didatangi, juga Aaron yang akan mendatanginya.

Bukan karena dia sombong dia tidak mau ikut, tapi Aaron yang tidak mengizinkannya, Aaron tidak ingin Suli menampakkan wajahnya selain dari pekerjaannya.

"Dulu kami semua mengira kamu tidak perlu makan, menghirup udara saja sudah kenyang, lambaikan tangan saja langsung bisa mendapatkan uang, lambaikan lengan baju semuanya adalah giro, sekarang baru tahu, rupanya kamu juga harus makan nasi, hahaha."

Ejekan jelas sutradara Zhang ini membuat semua orang tertawa.

Suli baru mengerti, dia hanyalah bahan tawaan mereka, kemunculannya hanya untuk menambahkan candaan untuk acara makan bersama mereka, coba akting apanya, pergi saja!

Selanjutnya, presdir Hirawan langsung mengambil botol bir kemari, wajahnya sangat merah, bahkan lehernya juga merah, dia sudah mabuk, begitu mendekat bisa tercium bau tidak enak, begitu membuka mulutnya semuanya adalah berbau alkohol.

"Nona Suli, kamu sudah bersulang dengan presdir Zhu untuk menghargainya, kalau begitu aku juga harus bukan?" Dia sengaja menyandarkan badannya, sikunya diletakkan di bahu Suli, "Sini, sini, aku tuangkan sampai penuh, kamu habiskan seberapa kamu bisa."

Mona di sebelah menambah ribut, "Presdir Hirawan, kemampuan minum sama juga dengan kualitas orangnya, mana boleh sembarangan?"

Semua orang beramai-ramai membalas, "Benar, apakah presdir Hirawan adalah orang yang sembarangan?"

Presdir Hirawan sengaja bersandar ke badan Suli, "Baik, baik, aku habiskan, nona Suli habiskan semampumu."

Setelah mengatakannya, dia mengangkat kepalanya menegukkan anggur merah sampai habis, setelahnya membalikkan gelasnya, dan menggoyangkannya dua kali.

Sisa tetesan anggur merah semuanya menetes ke celana Suli, celana Suli yang berwarna beige ternodai dengan anggur merah, tampak sangat jelas.

"Nona Suli, aku sudah habis, bagaimana denganmu?"

"......" Suli benar-benar ingin marah, kalau tahu seperti ini, dia tidak akan datang.

Saat ini, Mona keluar memprovokasi lagi, "Kak Suli, presdir Hirawan sudah menunjukkan ketulusannya, sekarang giliranmu, setidaknya juga harus formalitas."

Suli tidak melakukan sesuatu setengah-setengah, langsung berdiri, mengambil gelas yang berisi bir, mengarah ke sutradara, berkata: "Sutradara Zhang, kamu yang bilang boleh coba akting makanya aku kemari, kalau memang kamu tidak bisa sekarang, aku pergi dulu, bir ini aku bersulang dengan semua orang, maaf."

Setelah selesai berbicara, dia juga mengangkat kepalanya meneguk habis, setelahnya langsung meletakkannya di atas meja, bersiap untuk pergi.

Tapi, dia baru saja mau pergi, presdir Hirawan yang wajahnya sudah merah sekali tiba-tiba menghentikannya, "Nona Suli, apa maksudmu? Aku bersulang denganmu, kamu malah bersulang dengan semua orang, apakah kamu tidak tahu kamu melakukan ini berarti tidak senang denganku?"

Nada bicara presdir Hirawan tidak sesopan sebelumnya, ditengah tawanya ada membawa sedikit nada bertanya, terlebih juga menampilkan ketidaksenangannya, matanya juga melotot.

Suli tidak berencana untuk mempedulikannya, berputar balik dan pergi.

Presdir Hirawan melihatnya seperti itu, langsung membanting gelas,menarik lengannya, dan memaki: "Wanita sialan, hanya menyuruhmu minum saja kamu begitu tidak menghargaiku, apa statusmu lebih tinggi daripada mereka?"

Nada bicara presdir Hirawan sangat jelas membawa hinaan, tidak hanya kepada Suli, tapi juga kepada selebriti wanita lainnya yang ada di tempat, tapi, selain Suli, selebriti wanita yang lain masih tetap bersikap sopan dan mencari muka.

"Kamu dewi kan? Semua orang memanggilmu dewi, kamu sungguh menganggapmu sebagai dewi?" Presdir Hirawan tiba-tiba menaikkan intonasinya, "Hari ini kalau kamu tidak minum bir yang aku tuangkan untukmu, lain kali tidak usah berpikir untuk bekerja di bidang ini."

Semua orang kaget sampai tidak berani berbicara, sutradara Zhang awalnya ingin menyudahinya, tapi dihentikan oleh suara teriakannya.

Mona ketakutan sampai gemetaran, dengan cepat menuangkan segelas bir dan membawakannya kepada Suli, dengan pelan mengingatkan: "Kak Suli, lebih baik kamu minum saja, minta maaf kepada presdir Hirawan sudah tidak apa-apa lagi, presdir Hirawan adalah orang yang dermawan."

Mona memaksa meletakkan gelas ke tangan Suli, Suli memegang gelas tersebut, cairan yang berwarna merah tua tampaknya lebih kotor daripada darah.

Presdir Hirawan dengan tegas memarahinya: "Kamu kira kamu siapa, kamu kira kamu baris berapa? Di lingkaran sosial ini, aku sudah bertemu berbagai selebriti wanita, tapi tidak pernah bertemu yang seperti kamu, tidak tahu memohon. Suli, kamu tanpa Aaron kamu itu bukan siapa-siapa, lebih baik kamu sedikit sadar diri."

Suli tanpa berpikir, mengangkat tangan yang berisi bir dan membuangnya ke arah wajah presdir Hirawan. singkat tapi jelas, dengan tidak disangka cairan merah tua itu sudah tersiram di wajah presdir Hirawan.

Semua orang di tempat melihat sampai tercengang.

Sutradara Zhang berdiri, menunjuk Suli dan memarahinya: "Suli, ini kamu yang salah, kamu......"

"Sutradara Zhang, aku menghormatimu, mempercayaimu, makanya datang kemari, rupanya aku yang salah paham, rupanya kalian adalah jenis orang yang sama."

Wajah sutradara Zhang pucat.

Suli adalah orang yang tidak akan tunduk untuk menaikkan statusnya, karena dia tidak pernah kekurangan status, dia hanya ingin berakting karena murni dia suka berakting, bukan untuk nama status dan uang.

Dia tidak memikirkan semuanya langsung pergi, siapapun tidak bisa menghentikannya.

"Suli, kamu keterlaluan sekali, kamu jangan menyesal!" Sutradara Zhang mengancam.

"Suli, kamu berhenti!" Presdir Hirawan yang tersadar setelahnya, mengikuti bayangan Suli keluar.

Novel Terkait

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
4 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
3 tahun yang lalu