Cinta Pada Istri Urakan - Bab 383 Provokasi Terhadap Seluruh Pasukan Tentara

Malam itu, tidak ada yang dapat tidur dengan tenang.

Gavin membalikkan badan di atas tempat tidurnya, pikirannya terus dikelilingi oleh beberapa kata itu – disergap, semua tentara telah gugur.

Di depan masih belum dikirimkan informasi secara keseluruhan, tetapi beberapa kata tersebut sudah membuat seluruh pasukan mereka merasa sakit hingga ke hati paling dalam.

Polisi anti narkoba adalah pekerjaan yang sangat berbahaya, setiap tahun ada polisi anti narkoba yang berkorban, tetapi mereka tetap selalu maju ke depan, tidak pernah mundur ke belakang.

Kapten tim besar anti narkoba, Kapten Fu, adalah polisi berpengalaman yang telah berpengalaman belasan tahun menjadi mata-mata, pelaku narkoba yang telah dia tangkap telah mencapai ratusan orang, dia juga seorang atasan dan rekan yang sangat dihormati Gavin.

Di rumah Kapten Fu, ayah dan ibunya masih sehat, satu-satunya anak perempuannya sedang menjalani pendidikan SMAnya, juga tidak tahu bagaimana mereka akan menanggung berita mengenai kegugurannya.

Sekali berpikir sampai sini, Gavin merasa sangat sakit hati.

Laras tidak dapat tidur karena oleh suara Gavin yang terus membalikkan badannya, dengan penuh perhatian dia bertanya: “Ada apa? Boleh diberitahukan kepadaku?”

Di tengah kegelapan, suara Gavin tersedak, dengan suara yang rendah dia berkata: “Ada terima kabar, bahwa tim anti narkoba disergap saat beraksi, seluruh tim… seluruh tim berisikan lima belas polisi anti narkoba yang jujur, semuanya gugur…”

“…” Laras sangat lama tidak membalasnya, jangankan dia, dia yang hanya seorang warga biasa mendengar berita ini pun, sangat sakit hati.

Jino seorang telah membuat orang merasa sangat sedih, sekarang ada lima belas orang, lima belas kali lipat kesedihannya, itu adalah perasaan seperti apa?

“Yang menyebalkan adalah atasan tidak mengizinkanku untuk mengambil alih kasus ini, dia ingin mengikatku di markas ini, aku ingin mencoba bertarung dengan mereka, tetapi perintah militer bagaikan gunung.”

Laras memeluk Gavin, saat ini kata-kata apapun akan menjadi sia-sia, dia kira kesehari-harian terasa tenang, ternyata hanya ada orang yang menanggung bebanmu dan beraksi.

“Lima belas orang, di belakang ada lima belas keluarga, siapa yang bisa mempertanggungjawabkan hal ini? Siapa yang berani mempertanggungjawabkan hal ini? Siapapun tidak dapat menanggungnya… Malahan aku, bahkan kesempatan untuk mengeluarkan tenaga saja tidak ada, mengapa?”

Satu ucapan ‘perintah militer bagaikan gunung’ dari Komandan Reno Sutedja, telah menjadikan semua alasan tidak masuk akalnya menjadi masuk akal.

Hanya dengan ucapan ‘perintah militer bagaikan gunung’, dia hanya bisa diikat seperti orang bodoh di atas pulau ini yang dikucilkan dari dunia luar, apapun tidak dapat dilakukan.

……

Pada hari kedua, matahari loncat keluar dari permukaan laut, lalu perlahan-lahan terbit.

Bendera di depan barak, terlihat mencolok seperti biasanya, berkibar di langit pulau.

Di lapangan terdengar teriakan slogan yang rapi, itu perintah bagi para tentara untuk berkumpul.

Di dalam ruang rapat, Hendro sekali membuka video langsung meledak di tempat, dia yang selama ini diam dan tenang, pertama kali di depan banyak orang marah-marah.

“Binatang, Darius, kamu memang seekor binatang!”

Video tersebut, terekam gambaran lima belas orang polisi anti narkoba yang gugur, saat banyak orang berkumpul, dengan suara “Pang!” yang kuat, saat itu juga daging dan darah pun muncrat kemana-mana, darah mengalir bagaikan sungai.

Gambaran yang bergoyang-goyang telah menangkap momen yang sedih ini, dimana-mana hanya terlihat darah, dimana-mana hanya telihat tangan dan kaki yang cacat, ada juga tentara yang matanya terbuka lebar dan berkejang-kejang di tempat.

Saat ini, terdengar suara dari dalam video tersebut, “Haha, segerombolan orang bodoh, habis semuanya!”

Suara itu jelas pernah diedit, lebih mirip suara yang dikeluarkan robot, itu suara milik orang yang merekam video, terlebih suara dari neraka.

Orang itu sambil berjalan sambil merekam, gambaran yang menusuk mata dan hati, ditambah dengan suara tertawa setan, benar-benar membuat orang merasa emosi.

Saat mereka mengira video tersebut akhirnya sudah habis, suara dibalik video berkata dengan tiba-tiba – “Oh, iya, masih ada sesuatu yang hampir terlupakan.”

Setelah itu, gambaran sekali dipotong, berubah menjadi gambaran lain, Jino yang terbaring lurus di atas tanah, mukanya penuh dengan darah, nafasnya terlihat lemah.

“Jino!” Weiner berteriak dengan sedih.

Semua orang tanpa terkecuali pun menangis hingga mukanya bercucuran air mata, mereka bersedih, menangis, semuanya menuduh ketidakadilan Tuhan, mengapa memperbolehkan keberadaan setan seperti ini di dunia ini.

Jino yang berada di dalam gambaran belum mati, dia sedang berusaha keras mengambil pistol yang berada di depan matanya.

Gambaran itu sangat dekat, dengan jelas merekam tangan Jino.

Tangannya, dipenuhi darah segar, dengan mata telanjang terlihat banyak luka bakar akibat ledakan.

Tetapi, saat tangannya sudah hampir mencapai pistol, setan itu menendang jauh pistol tersebut.

Setan itu sedang bermain dengan Jino.

Siapapun tidak ingin percaya, setan ini dulu adalah rekan seperjuangan mereka Darius, beberapa tahun ini, mereka betapa merindukannya, namun saat ini hanya merasa sangat benci padanya.

Suara di dalam video – “Hahaha, seru sekali, tetapi, kakak tidak punya waktu untuk lanjut bermain denganmu, biarkan aku mengantarmu pergi.”

Selesai bicara, di dalam gambaran terlihat sebuah pistol, mengarah tepat ke kepala Jino, dengan suara “Pang!”

“Tidak!” Weiner dan yang lain berteriak dengan sakit, membiarkan mereka melihat gambaran ini, benar-benar sebuah penderitaan.

Jino tidak lagi bergerak, gambarannya seperti diletakkan di atas tanah, gambaran tidak lagi bergoyang, terlihat sedikit rendah, hanya tertangkap leher Jino.

Lalu, adegan yang lebih menyedihkan orang telah tiba, setan itu, menggunakan pisau yang berada di tangannya untuk sembarang menggores-gores muka Jino.

Walaupun bukan secara langsung ditayangkan gambaran tersebut, tetapi ada suara, “Cha..cha..cha..”. Itu adalah suara daging yang digores.

Di dalam gambaran, leher Jino semuanya darah, kerah bajunya semuanya darah.

Tidak ada yang dapat menahan gambaran ini, biarpun Gavin yang dingin juga tidak tahan, sebagian waktu dia melihat dengan menutup matanya dan hanya mendengar suara video.

Setiap goresan pisau, yang digoreskan di atas muka Jino itu, juga tergores di dalam hati mereka.

Orang jahat itu tidak hanya membunuh orang dengan taktik yang kejam, mereka masih merekam kejadian tersebut dan mengirimkannya kepada mereka, ini adalah semacam provokasi, juga semacam pengabaian, terlebih lagi sebuah ejekan.

Mereka tidak dapat duduk diam dan tunggu lagi.

Gavin bertanya dengan menggertakkan giginya: “Di pihak polisi sana ada tindakan apa?!”

Suara Hendro tersedak, “Saat ini tidak ada perintah apapun yang diberikan, kukira pasti sama seperti kita sudah mau gila.”

Gavin bertanya lagi: “Komandan Sutedja masih belum memberi perintah?”

Hendro menggelengkan kepala, “Belum.”

Gavin: “Dia adalah orang yang paling harus menanggung peristiwa ini, karena kesalahan perhitungannya maka terjadi hal seperti ini, dia adalah pembantu pembunuh, dia sedang membantu orang jahat melakukan hal kejam!”

Hendro memegang mouse komputer dengan tangan yang bergetaran, dia dengan tangan yang bergetar menutup layar video tersebut.

Para tentara sedang menangis tersedu-sedu sambil menutup wajah mereka, tidak ada satupun yang ingin melihat gambaran menjelang kematian rekannya, lebih tidak terpikirkan, melihat Jino untuk terakhir kalinya dengan cara seperti ini.

Jino mati dengan terlalu menderita, abaikan Darius, apakah Jenny tega melakukan hal ini?

Jenny dan Jino, bagaimanapun juga pernah bertahun-tahun bekerja sama, berlatih bersama, bertarung bersama, mereka juga adalah rekan seperjuangan yang maju dan mundur bersama, bagaimana mungkin dia tega melakukan hal ini?!

Yang bereaksi paling emosional adalah Jordan, seorang lelaki yang tinggi besar, langsung berlutut di atas tanah, sambil menangis sambil membenturkan kepalanya ke lantai.

Itu adalah adik perempuan kandungnya, dia lebih rela mereka membunuh dirinya sendiri, “Bos, aku ingin membunuh Jenny sendiri, membunuhnya sendiri!!!”

Weiner dan Sonny mengangkatnya dari sisi kiri dan kanan, dan menegurnya: “Jordan, berdirilah, ini bukan salahmu, jangan seperti ini.”

“Berdirilah, apa gunanya membenturkan kepalamu ke lantai, bisa menangkap baru yang paling penting!”

Novel Terkait

CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu