Cinta Pada Istri Urakan - Bab 251 Hubungan Percintaan Ini Juga Tidak Mudah Ya

Cuaca malam hari sangat dingin, lantai keras dan sedingin es, Rama berlutut di atas lantai, dengan tulus mengaku salah kepada istrinya.

Sekujur badan Nagita gemetaran, untungnya ada Manda yang menahannya.

"Nagita, aku salah, aku keterlaluan." Sambil berkata, Rama menampar pipinya sendiri.

"Aku terlalu obsesi, aku tak punya hati nurani, aku serakah, semuanya salahku, demi kedua anak perempuan kita, bisakah kamu memaafkanku kali ini?"

Nagita menegakkan tubuhnya, dengan kuat bertanya: "Bagaimana dengan artis itu?"

Rama menggelengkan kepalanya, "Setelah dia tau kondisiku, diam-diam menggugurkan kandungannya, entah kemana, dia hanya menginginkan uangku, bukan tulus ingin bersamaku."

"Kamu baru tau sekarang, sudah terlambat!" Nagita dengan tidak bertenaga tapi marah bertanya, "Dia sudah pergi, lalu bagaimana dengan rumah dan mobil kamu belikan untuknya?"

"Sudah dia kembalikan, semuanya kuminta kembali, tapi......uang itu aku masukkan ke perusahaan semuanya, sudah hilang......" Rama berkata dengan putus asa.

Nagita bertanya lagi, "Perusahaan kurang berapa lagi uangnya?"

Rama berlutut diatas lantai, kedua tangannya meremas rambutnya, "Tidak jelas......Perusahaan Atmaja sudah tidak ada harapan......"

"Bantu papa kamu berdiri, kita duduk, bicara baik-baik."

Manda segera membantu Rama berdiri, Rama yang duduk di sofa menangis, dia merasa sangat malu bertemu dengan anak istrinya.

Suami istri sudah begitu lama, Nagita sangat mengerti Rama, "Manda, buatkan teh untuk papa."

"Oh, oke."

"Heh, kamu jangan nangis terus, masa menangis didepan anakmu, kamu tidak malu?"

Rama mengusap wajahnya, "Memang malu bertemu dengan kalian."

Nagita berkata: "Aku sudah hitung, properti dan toko atas nama kita masih berharga, kalau dijual bisa menambah sedikit, ditambah lagi saham dan perhiasan milikku, ditambah-tambah bisa sampai 10 miliar rupiah."

Mulut Rama gagap, tidak mengerti maksud Nagita.

"Papa kamu juga ada koleksi kaligrafi antik, dia sudah bilang bersedia menjualnya, berdasarkan harga pasar sekarang, bisa dijual 5 miliar rupiah. Menurut kamu 15 miliar miliar cukup tidak?"

Rama sangat terkejut sampai tidak bisa berkata-kata, sampai Manda mengantarkan teh ke hadapannya, dia baru merespon, "Nagita, kamu...... Bukannya kamu sudah mengambil alih semua harta?"

"Kalau aku tidak ambil alih, apa mungkin aku membiarkanmu menghabiskannya untuk siluman rubah itu?"

"......Aku begitu jahat padamu, kamu masih bersedia membantuku?"

Air mata Nagita mengalir, berkata: "Aku juga tidak ingin keluarga kita terpecah belah......"

Rama begitu gembira, langsung memeluk Nagita, "Nagita, aku berjanji tidak akan menghianatimu lagi, aku bersumpah."

Nagita dengan kuat memukul pundaknya, sambil menangis sambil memarahi: "Kamu tidak punya hati nurani......"

Manda yang melihat disebelah juga menangis, gambaran seperti ini sangat bagus, setidaknya keluarga mereka tetap lengkap.

Waktu kembali ke kamar untuk tidur sudah tengah malam, sebelum tidur Manda melihat handphonenya, ada 2 panggilan tak terjawab dan sebuah pesan belum dibaca.

-----"Tidak peduli seberapa malam, kalau sudah baca telepon kembali."

Manda mengambil handphonenya, hanya membalas pesannya----"Sudah baca, tidurlah."

Tanpa berpikir, Rendra langsung meleponnya.

"Halo, kenapa sampai semalam ini? Keluargamu tidak apa-apa kan?" Awal telepon itu suara tanya panik Rendra.

Setelah mendengar suaranya, tidak peduli dia seberapa lelah, tenaganya seperti diisi kembali, "Tidak apa-apa, papa dan mamaku harusnya tidak akan bercerai, mamaku bahkan mengeluarkan simpanannya untuk membantu papaku."

"Baguslah kalau begitu, semalam ini tidak ada kabar, aku sangat panik sampai ingin mendatangi rumahmu."

Manda tertawa kecil, "Baiklah, aku keliru, keasikan menemani mamaku, sampai lupa meneleponmu."

"Perusahaan papamu butuh berapa banyak dana lagi? Kalau banyak aku tidak ada, tapi bisa membantu sedikit."

"Jangan, aku tidak mau diantara kita mempunyai kaitan dengan uang."

"Aku mengerti, tapi....."

"Pokoknya tidak boleh."

"Baik baik, aku tidak membicarakannya lagi, besok bisa bertemu tidak?"

Manda berbaring, dengan nyaman masuk kedalam selimutnya, "Kenapa? Sudah merindukanku?"

"Iya, siapa suruh kamu tidak mempedulikanku setelah mendapatkanku?"

"......" Jelas-jelas kamu yang menyatakan perasaanmu padaku, jelas-jelas kamu yang duluan mengatakannya.

"Manda, kamu begini tidak baik, pacar kamu sedang sakit, harusnya kamu lebih memperhatikan pacarmu, tidak boleh tidak memperdulikannya."

"......" Perubahan gaya seperti ini membuat Manda sangat tidak terbiasa.

"Sudahlah, tidak menggodamu lagi, kamu pasti malu."

"......"

"Ini serius, besok tim medis Gavin akan pergi ke rumah Gavin, kamu mau tidak langsung menanyakan tentang penyakit Maira?"

"Mau, tapi hal sepenting ini kenapa Laras tidak memberitahuku?"

Rendra dengan pelan berkata: “Gavin baru saja pulang, menurutmu Laras ada waktu? Kurasa waktunya untuk berjalan pun tidak ada."

"......"

"Kamu diam lagi?"

"Rendra, kamu orang yang begitu serius kenapa berkata seperti itu, kamu mau aku bilang apa bagusnya? Dulu merasa kamu dingin, sekarang merasa kalau dulu semuanya menipu orang."

"Iyakah? Kalau begitu aku mau mempertahankan sikap dinginku," Rendra mengatur suaranya, dengan rendah berkata, "Kalau tidak ada apa-apa lagi kututup."

"Halo!" Manda panik.

"Sudahlah, kamu cepat tidur, besok aku pergi jemput kamu, sekalian mengunjungi papa mama kamu."

"Jangan......" Manda sekejap gugup, jujur saja, dia masih belum bersiap untuk bertemu dengan orang tua, bercanda saja, baru pacaran 3 hari, "Bertemu orang tua, hehe, bukannya terlalu cepat?"

"Lihatlah kamu sampai begitu gugup, memang semuanya tidak berharga lagi jika sudah mendapatkannya."

"......" Aku benar-benar tidak bermaksud seperti itu sayang.

"Sudahlah, hanya bercanda, aku akan menunggu di tempat yang sedikit jauh dari pintu rumahmu, oke?"

"Hehe, oke oke, kamu sangat nakal ya."

"Cepat tidur, sudah jam berapa ini."

"Ehn, selamat malam, muah."

"Selamat malam."

Setelah memutuskan panggilan itu, dia melihat nama Rendra di handphone sampai melamun, dia mengejar Rendra begitu susah payah baru mendapatkannya, dia tidak ingin berakhir begitu saja karena masalah rumahnya.

Pelan-pelan, dia menutup matanya, lalu tertidur lelap.

------

Keesokan harinya, pagi hari, Rama dan Nagita bergandengan tangan pergi ke rumah sakit bersama, kedua orang ini tampak lebih bersemangat dari semalam.

"Nyonya, silahkan masuk mobil." Rama membukakan pintu mobil belakang, lalu menahan bagian atas mobil untuk Nagita.

Nagita dengan tersenyum masuk kedalam mobil, namun begitu memikirkan kondisi Maira, wajahnya murung lagi.

"Manda, kamu coba tanya dokter militer itu, paling bagus kalau dia mau pergi ke rumah sakit melihat kondisi Maira."

"Baik ma, kalian pergi tanya ahli rumah sakit dulu bagaimana pendapat mereka."

"Ya, kamu hati-hati ya."

"Baik."

Melambaikan tangannya mengantar orangtuanya pergi, Manda bersembunyi melihat jarak lebih jauh, mobil Rendra berhenti tidak jauh dari tempatnya.

----"Cepat kesini."

Rendra mengirimkan pesan wechat kepada Manda.

Manda melihat sekelilingnya beberapa kali, memastikan tidak ada orang baru dengan cepat berlari.

Aih, hubungan percintaan ini juga tidak mudah ya.

Novel Terkait

Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
3 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu