Cinta Pada Istri Urakan - Bab 410 Kecewa

Manda tahu dengan jelas Nagita sengaja mempersulitnya, dia tidak berani tidak menjawab, “Kalau begitu aku ke kantor polisi untuk bertanya.”

“Kamu tanya memang ada gunanya? Kamu tanya, mereka bisa kasihan? Kata-katamu bisa punya pengaruh sebesar apa?! Kamu suruh Tanu saja, setidaknya dia masih punya kenalan.

“……”

Nagita melihat dia yang gugup, bertanya: “Kenapa? Tidak bersedia membantu kami? …… benar juga, kamu akan menjadi nyonya Dibyo, lebih baik menghindari permasalahan, jangan sampai pernikahan hanya menjadi impian saja.”

“Ma, aku tidak bermaksud begitu,” Manda dengan cepat menjelaskan, “Sebenarnya aku datang lebih awal kesini untuk menjelaskan sesuatu, aku ingin membatalkan pertunangan dengan Tanu.”

“Apa?”

“Aku…… aku ingin membatalkan pertunangan dengan Tanu.”

Nagita menatapnya dengan serius, “Kamu mengerti keadaan kita sekarang tidak? Saham kakak perempuanmu adalah milik Blue City Internasional, biaya untuk orangtua kakakmu dan biaya pengobatan, villa ini juga, bahkan pengeluaran untuk makan dan pakaian kita, semua adalah milik Tanu.”

“Aku tahu aku tahu, tapi polisi hanya memeriksa rumah Atmaja, hartamu dan papa, beberapa rumah atas nama kakak perempuanku bukannya tidak diperiksa? Sekarang harga rumah sangat mahal, kenapa tidak jual satu saja……”

“Bagaimana kamu bisa tahu kakak perempuanmu punya rumah atas namanya?”

Manda terkejut, “Kan polisi yang memeriksanya.”

Nagita dengan suara lantang berkata: “Bagus Manda, niat burukmu sudah terlihat, kamu sudah merebut suami kakak perempuanmu, masih ingin mengambil rumah-rumah kakak perempuanmu?”

“……” Manda kecewa, dia bersikeras berusaha menjelaskan, “Ma, aku tidak merebut!”

Nagita melihat tatapan matanya yang teguh menjadi merasa bersalah, nada bicaranya jadi lebih tenang, “Baiklah, sampingkan dulu masalah kakak perempuanmu, aku sekarang tidak punya kebebasan, kalau kamu membatalkan pertunangan, dia marah, aku bagaimana? Ayahmu bagaimana? Bukan hanya uang jaminan, 20 miliar yang dia berikan pada pemerintah, kamu bisa kembalikan?”

“Karena itu aku berpikir apakah bisa jual dulu 1 rumah untuk menyelamatkan keadaan, kakak perempuan punya rumah mewah di Shenzhen, sekarang rumah di kota harganya bisa sampai 40 miliar, kalau dijual bisa dapat uang yang diperlukan.”

“Setelah dijual, lalu kamu mau membelinya lagi untuk kakak perempuanmu?”

“……”

Manda tidak bisa berkata-kata, mungkin dulu, Manda hanya berpikir mama pilih kasih saat melihatnya berbuat begitu, tetapi setelah memilih hubungan ini, dia merasa Nagita tidak melihatnya sebagai anak.

Ternyata, ada beberapa hubungan yang setelah pecah, benar-benar tidak bisa kembali seperti semula.

Dia dengan mereka tidak ada hubungan darah, maka dari itu, bahkan jika dia mati-matian membayar mereka, mereka semua berpikir itu memang sudah seharusnya.

Mereka merasa, itu adalah balas budi, memang sudah seharusnya begitu.

Saat bulan Mei kota Jakarta hangat dan nyaman, tetapi Manda malah seperti di musim dingin, seluruh tubuh dingin.

Ia kecewa, sampai tidak tahu harus bilang apa, kalau Nagita tidak setuju, bagaimana caranya dia bisa melepaskan diri dari Tanu? Jangan-jangan benar-benar mau mengambil uang Rendra? kalau gitu apa bedanya dengan menikahi Tanu?

Nagita mengerti karakter Manda, dia takut kalau dia benar-benar mau membatalkan pertunangan, walaupun dia memandang rendah kebersamaan mereka, tapi kalau mereka benar-benar mau membatalkan pertunangan, dia dan Maira jadi bukan lagi keluarga Dibyo?

Sekarang hanya keluarga Dibyo yang mau membantu keluarga Atmaja, dia tidak ingin menyakiti hati keluarga Dibyo.

“Manda, kamu jangan tergesa-gesa, pikirkan kakak perempuanmu, pikirkan ayahmu, kakak perempuanmu terkejut juga karena kamu, apakah kamu tidak bisa berkorban sedikit untuknya? Tanu baik terhadapmu, kita semua bisa melihatnya, kamu jangan sampai tidak merasakan kebahagiaan itu.”

Saat berbincang, terdengar suara mobil di pekarangan rumah, mobil Tanu.

“Baiklah, jangan bicarakan ini lagi, jalan ini kamu pilih sendiri, walaupun harus berlutut juga harus tetap dijalani.”

Nagita begitu selesai berbicara, langsung keluar menyambut Tanu.

Terlihat jelas hari ini Tanu berdandan, terlihat sangat bahagia, ditangannya ada 2 tangkai bunga, 1 tangkai lili untuk Nagita, 1 tangkai lagi adalah bunga mawar.

Dia memeluk bunga mawar dan langsung masuk kedalam.

Hati Manda berantakan, daripada menyuruh Rendra maju, dia lebih berharap menyelesaikannya sendiri.

Kalau Nagita tidak setuju, dia akan mengunakan cara lain.

“Manda, kenapa tidak tunggu aku, lalu kita pergi bersama?”

“Aku naik MRT lebih mudah, jadi kamu tidak perlu jemput ke sekolah dulu.”

Tanu melihatnya dengan penuh kebahagiaan, bahkan sekejap pun tidak bisa mengalihkan pandangan, “Ini bunga untukmu, aku harap kamu suka.”

“Terima kasih.” Manda memaksakan untuk tersenyum.

Dia memiliki rasa benci, rasa bersalah, juga perasaan bersyukur, tapi jelas bukan cinta terhadap Tanu.

Lebih baik membuatnya sadar daripada terus melakukan kesalahan, memaksakan juga tidak akan mendapatkan kebahagiaan.

Manda melihat sebentar Nagita yang ada di belakang, Nagita mengedipkan sebelah mata kepadanya.

“Tanu,” Manda menghadap keatas, menatap langsung matanya, “Hari ini aku minta kamu kesini, untuk membicarakan satu hal, yaitu ……”

“Untuk memintamu lebih sering menemani Maira.” Nagita memotong pembicaraan.

Dengan cepat ia menarik tangan Manda, diam-diam menariknya dengan tenaga, “Maira tidak bisa ketemu kamu, kamu pergi ke taman belakang aja denganku. Tanu, Maira di depan, kamu pergi cari dia dulu, temani dia sebentar.”

Ketidakpuasan terlihat di wajah Tanu, dengan cepat mencegah, “Ma, jangan tarik Manda, aku datang untuk melihatnya, bukan untuk melihat Maira.”

“……” Nagita tidak bisa berkata apa-apa, menatap Manda dengan kejam, seperti sedang berbicara—kalau kamu berani bicara macam-macam, kurobek mulutmu.

Manda kecewa juga takut sampai kebas, dia melepaskan genggaman Nagita, menaruh bunga mawar di atas meja teh dan mengeluarkan catatan hutang yang sudah disiapkan dan memberikannya pada Tanu.

Ia bicara dengan tenang: “Tanu, aku sudah tanda tangan diatas kertas itu, semua uang yang kamu keluarkan demi keluarga Atmaja, sampai sekarang jumlahnya adalah 240 miliar, kalau ada yang salah, kamu boleh perbaiki. Aku mau pertunangan kita dibatalkan.”

“Apa?” Tanu tercengang, datang dengan senang, dudukpun belum, air juga belum diminum setegukpun, tiba-tiba diberitahu, pertunangan dibatalkan.

Apa-apaan?

“Manda, kamu sedang membicarakan apa? Catatan hutang?” dia melihat kertas yang ada di tangannya, “Apa kamu bercanda? Secarik kertas hutang saja sudah bisa membatalkan pertunangan? kamu pikir aku bodoh?”

Kata-kata yang diucapkan, seperti panah yang meluncur, sudah tidak bisa ditarik kembali, ia juga tidak bisa menarik kembali ucapannya, ia berpikir untuk memberanikan diri, bertarung untuk diri sendiri.

“Tanu, aku sudah tidak ingin berkompromi, kamu bersikeras membuatku berada di sisimu, untukmu dan untukku semua hanya luka, haruskah?”

“Apa, kamu ingin kembali ke sisi Rendra?”

Ini adalah respon pertama Tanu, yang juga membuat Nagita terkejut.

“Dimata Rendra, kamu hanya seorang wanita yang angkuh, kamu pikir dia masih menginginkanmu?” Tanu balik bertanya.

Manda tidak bersuara, masalah ia dan Rendra, tidak perlu lebih banyak lagi orang tahu.

Suasana hati Nagita berubah menjadi marah, tidak banyak bicara, menampar wajah Manda, bunyi “Pak”, jelas dan keras.

Novel Terkait

Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
4 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
5 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
5 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
5 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
4 tahun yang lalu