Cinta Pada Istri Urakan - Bab 459 Nikah Satu Dapat Dua

Bobi tidak seperti Nana begitu ramah dan ceroboh, dia bengong berdiri di depan mamanya, berkata dengan buru-buru, “mama, aku pergi ke sekolah.”

Siapapun yang mau berniat jahat terhadap mamanya, dia akan menolak untuk mendekatinya.

Laras sangat bersyukur kepada anaknya atas penyelamatanya, cepat berkata, “Kalian bicara, aku bawa anak pergi dulu, ayah ….” Dia memberikan kode mata ke Romo.

Romo tahu, “Chris, masalah kerjasama yang barusan kamu bilang, mari kita bicarakan ke ruangan kerja saja. ”

Christian: “…….” Dia melihat Laras dan dua anaknya meninggalkan pandangannya, dalam hati terus khawatir, siapakah itu Paman Uno ?

Didalam ruang kerja lantai dua, melalui jendela, dia melihat sebuah mobil datang untuk menjemput mereka bertiga, orang yang turun buka pintu, ternyata seorang pria muda.

Paman Uno ? Setelah Randi menjemput mereka tiga dan menuju kearah Pohon Kecil, selama perjalanan, dia dan Laras tidak banyak bicara, tapi dia berbicara dengan tertawa bersama Nana, sungguh menyenangkan.

Tentunya, Nana dan siapa saja berbicara dan tertawa, jika seorang memberi dia sebiji permen, dia bisa pergi bersama orang itu, tidak pernah peduli atas peringatan mama.

Dengan adanya Randi, Laras membawa dua anak kecil masuk kedalam taman tanpa terhalang dan masih dapat belajar di berbagai kelas hobi dengan bebas biaya, ketika anak mengelengkan kepala, berarti tandanya sudah oke.

Akhirnya, Bobi memilih menggambar dan lego, Nana memilih menggambar dan menari, setiap hari Sabtu dan Minggu satu pelajaran, terutamanya main, juga ada belajar dan mereka yang memilih sendiri, jadi mereka lebih bisa menerima.

Hal minat belajar yang membingungkan Laras selama ini, atas ada bantuan Randi dalam satu hari sudah selesai, terktir makan ini, berapapun tidak akan cukup.

Dan kedua anak Laras, sepertinya sangat suka dengan Randi.

Terutama Nana, setiap berkata pastinya Paman Uno.

Terkadang Bobi juga mengeluarkan senyuman yang segan ketika Randi dan Nana berbicara.

Dan ini, juga Randi yange membuka pertama kali.

Ketika malam, dua anak kecil sudah tidur, Romo mengetuk pintu pelahan-lahan, “mari keluar untuk merundingkan. ”

Laras bangkit berdiri, berjalan hati-hati menuju keluar pintu kamar.

“ Apa yang terjadi hari ini, biasa tidak datang, sekali datang dua orang.”

“ aku juga tidak tahu kenapa Christian tiba-tiba datang untuk mengunjungi, apakah dia datang untuk mengunjung Lana ? “

“Tidak, Lana mengajak dia makan, dia tidak berkata apa-apa langsung menolak, dia datang bukan karena Lana, tapi karena kamu. ”

“Ayah, aku dan Christian itu tidak mungkin, hanya karena dia keponakan Gavin, aku tidak akan pernah ada perasaaa cinta padanya.” ketika lihat Christian akan teringat Gavin, ketika teringat Gavin perasaan dia sangat sakit menyayat hati, apakah kedepannya dia masih mau hidup lagi ?!

“ Satunya lagi bernama Randi, mantan rekan kerja Fanny saat di Perusahaan Sekuritas, kalau dia lebih kebetulan, kakak kandungnya kepala sekolah Pohon Kecil, makanya ini, baru saja daftarkan kelas minat dua anak ini. “

“ Kalau begitu, dia pasti tidak akan keberatan jika kamu membawa dua anak, Laras, tidak perlu mikir lagi tentang latar belakang keluarganya, yang penting baik sama kamu dan anakmu, ayah akan mendukung. ”

Laras menjelaskan dengan cepat, “ ayah, kamu salah paham, kami baru saja kenal, tidak ada hal seperti itu.

” Tidak ada, atau kamu menolaknya ?” “……” “Laras, kamu masih muda, tidak mugkin kamu seumur hidup tidak ingin menikah lagi ? walaupun bukan demi kamu sendiri, tapi juga harus demi anakmu berpikir, kalau bisa, lebih bagus anak harus mempunyai seorang ayah. ”

“Ayah, kamu mikir terlalu jauh ….”

“Kamu lihat diri sendiri, baru saja umur 26 tahun, masih awal, masih masa muda, harusnya menikmati rasa cinta dengan baik. Kalau anak, Bobi dan Nana kita begitu lucu, siapa yang menjadi ayahnya adalah berkah orang itu, nikah satu dapat dua, dia yang akan merasa beruntung karena hal ini. “

Laras melihat ekspresi Romo yang bahagia, tidak bisa menahan dan tertawa, ini mungkin cinta ayah kepada anak perempuan, anak sendiri, segalanya adalah yang terunggul.

Kalau bisa, dia berharap anaknya juga memiliki ayah, dia juga berharap anaknya bisa tumbuh dalam keluarga yang sehat dan sukses.

Hari itu, setelah mengantar anak-anak ke Taman Kanak-Kanak, dia tidak pergi ke perusahaan, tetapi ganti arah pergi ke Pemakaman Pahlawan.

Di perjalanan, dia merasa sangat gelisah, dia tidak tau apa yang ingin bilang kepada Gavin, hanya sangat rindu kepadanya.

Dulu saat diluar negeri, ketika merindukannya dia hanya bisa diam-diam menangis tanpa ketahuan anaknya, sekarang dia sudah pulang, berdiri ditempat dulu dia tinggal dan tempat beristirahatnya, ketika dia merindunnya dan pergi untuk melihatnya.

Tetapi, saat Laras membawa sebuket bunga didepan pemakaman, dia kaget dan menemukan, ternyata batu nisa Gavin dan Jino telah dipindahkan, hanya tersisa rumput baru yang tertutup diatas.

Apa yang terjadi ? Dia sangat panik.

Dia segera menemukan admin pemakaman dan bertanya.

“ Sudah pindah.”

“Ini juga bisa dipindahkan ? Siapa yang memindahnya ?”

“Kondisi seperti ini kebanyakan keluarganya, yang peting atasan pemimpin sudah menyetujui. “

Laras sangat kanget dan tidak bisa berkata, tidak heran kenapa Allan dan Anna yang tingal di Hainan pulang mendadak, apakah mereka pulang untuk memindahkan batu nisan ? Di mana mereka memindahkan Gavin ?

“ Pak, bolehkah kamu beritahu ke aku dimana mereka memindahkannya ?”

“ aku juga tidak tau.”

“…...” Laras menatap kosong melihat pada pemakaman yang damai ini, langit biru, awan putih, angin sepoi-sepoi, taman hijau, dimana dia harus pergi untuk menemukan Gavin ?

Bahkan kuburuan dia, bagaimana dia bisa menemukannya ?

Laras menahan keinginan memangis, menggertakan gigi, membanting energinya, segera pergi ke rumah lama Pradipta

rumah lama Pradipta masih seperti semula, penggurus rumah tangga melihat kedatagan dia, terkejut dan, bersemangat, “Nyo….. Nona Laras, kenapa kamu datang ?

“ Apakah Tuan Besar Pradipta ada ? “

”Ada.”

“ aku ingin bertemu dengan dia. ”

“Ini ……”

“aku pasti harus bertemu dengan dia hari ini.” mengatakanya, Laras tidak peduli kesulitan penggurus rumah tangga, bergegas langsung masuk ke dalam.

Di halaman, Anna mendorong Allan berjalan di luar dan berjemur di bawah sinar matahari, Laras bergegas ke kedua orang tua tanpa mengucapkan sekata, buru-buru bertanya: “Kalian memindahkan batu nisan Gavin kemana ?”

Anna muka cemberut , dengan muka tidak senang, “gegabah, terburu-buru, Laras, kamu masih saja tidak ada kemajuan. ”

Laras seberapa tau juga sifatnya Anna, kalau dia tidak ingin bilang, menggunakan sopan santun memohon atau dengan tegas saja tidak berguna, jadi, dia berbalik mohon kepada Allan, “Tuan Besar Pradipta, mohon kamu harus beritahu aku, dimanakah makam Gavin sekarang ? Mengapa kalian memidahnya ?

Allan melihat penampilan kasihan dia, mendesah dalam-dalam, baru saja ingin berkata, Anna tiba-tiba membelokkan kursi roda, biarkan dia membelakangi kearah Laras, tidak mau dia mengatakan.

Anna sangat serius melihat kepada Laras, mengatakan: “ Bukannya kamu tidak suka pergi ke Pemakaman Pahlawan, saat pemakaman kamu tidak pergi, sekarang pergi untuk apa ? Apa urusan keluarga Pradipta kami dengan kamu ?

“……”

Novel Terkait

Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
4 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
3 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
3 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
3 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
4 tahun yang lalu