Cinta Pada Istri Urakan - Bab 514 Kemampuan Biasa-Biasa Saja, Ambisi Malah Besar

Pada saat bersamaan, pintu utama ruang rapat terbuka, semua orang menoleh dan melihat ke sana, hanya melihat Romo bersandar pada sebuah tongkat dan berjalan masuk, di samping Laras memapahnya.

Melihat pemandangan ini, semua orang sangat terkejut, raut wajah Reni dan Lana juga sangat kaku.

“Ini....bukankah mengatakan kalau direktur Atmaja sudah sekarat?”

“Bukankah itu terlihat baik-baik saja, siapa yang menyebarkan rumor ini?”

“Jangan-jangan direktur Bakri?”

“Sssttt....”

Semua orang yang berada dalam ruang rapat berbisik, bahkan Lana juga menatap ibunya penuh ketakutan dan kepanikan, “Ma, bukankah kamu mengatakan kalau papa sudah sekarat?”

“Bagaimana aku tahu, aku juga mendengarnya dari orang lain!”

Mendengarnya mendengarnya, semua hanya mendengarnya, tidak pernah ke rumah sakit untuk memastikannya, Reni sangat kesal, gara-gara pikiran Romo dan Laras yang sulit ditebak, juga salah dirinya sendiri terlalu ceroboh.

Romo selangkah demi selangkah jalan ke dalam, tidak ada orang yang berani menghadangnya.

Langkah kakinya tidak terlalu stabil, terlihat sangat lelah, juga sangat lambat, tapi malah bertambah sebuah rasa tenang dan tegas, seolah-olah bangkit kembali dari keterpurukan dan penderitaan, terdapat aura seorang pemenang yang kembali.

Ketika semua masih tenggelam dalam kepanikan, Reni sangat cepat menyadarinya, secara diam-diam menarik Lana sejenak.

“Romo, kenapa kamu datang?” Reni tergesa-gesa menyambutnya, terdapat senyuman menyanjung di mulut, “Aku sudah mengatakannya rapat dewan direksi berjalan dengan lancar, apalagi yang membuatmu tidak tenang?! Jalan jalan, aku papah kamu ke ruang kantor untuk istirahat.”

Romo berdiri kokoh, sekuat tenaga menyingkirkan tangannya, dia menggunakan tongkat yang ada di tangannya membuat sebuah garis horizontal diantara dirinya dan Reni, mulai saat ini, jalani jalan masing-masing, tidak ada hubungan apa-apa lagi, bagai batas dua kekuatan sama sekali tidak ada hubungan lagi.

“Suamiku, apa yang sedang kamu lakukan? Kamu koma begitu lama, baik-baik istirahat saja, di perusahaan ada aku.” Reni pura-pura tenang dan berkata, “Lana, cepat papah ayahmu pergi ke kantorku.”

Setidaknya, harus mengakhiri rapat dewan direksi ini.

Setidaknya, tidak boleh dipermalukan di hadapan orang banyak.

Setidaknya, dia harus menstabilkan situasi yang diperoleh dengan susah payah.

Lana baru saja ke depan ingin memapah Romo, Romo langsung menggunakan tongkat untuk mendorongnya, “Aku tidak mempunyai putri yang berhati keji sepertimu,” Dia juga mengatakan pada Reni, “Dan tidak mempunyai istri yang jahat dan kejam sepertimu.”

Lana: “.....”

Reni: “........”

Reni mengalihkan perhatiannya ke Laras, memarahi dan mengutuknya dengan suara keras: “Laras, papamu sudah sadar kenapa tidak menghubungi kami, kamu punya niat apa? Kamu kira dengan mengendalikan ayahmu sudah bisa berbuat sesuka hati? Kamu hanya memiliki 10% saham, kamu tidak berhak mengambil alih kekuasaan utama, hilangkan saja niatmu ini.”

Laras tahu Reni sudah tidak ada jalan mundur jadi mengambil tindakan nekat, berusaha keras melemparkan kesalahan pada dirinya, namun, siapapun yang bisa berpikiran jernih, tidak akan mempercayai kata-katanya, karena hari ini dia baru pertama kali melangkahkan kaki ke perusahaan, bagaimana bisa mengambil alih kekuasaan utama?

Fitnahan Reni ini, sama seperti, tersedak air saat minum malah menyalahkan air, sama sekali tidak berdasar.

Laras tidak perlu melakukan penjelasan lainnya, dia hanya sedikit membela diri, “Tante Reni, apakah aku tidak memberitahumu saat papa kristis? Tapi apa yang kamu katakan, kamu bilang tidak ada hubungannya denganmu.”

“Fitnah, kamu sedang menfitnah aku, Romo, kamu jangan sampai dibohongi gadis ini.”

Laras dari awal sudah tahu dia akan berdalih, “Tante Reni, jujur saja aku memang sudah ada kewaspadaan padamu, jadi setiap kali kita berbicara aku pasti akan merekamnya.”

“........” Reni melototkan kedua matanya, panik dan ketakutan sampai tersedak sejenak, “Kamu.....kamu.....” Suaranya mulai gemetaran.

“Cukup, apakah sudah selesai ributnya?” Romo menegur, dia melewati Reni dan Lana, selangkah demi selangkah dengan realistis berjalan ke tempat duduk direktur utama.

Yang ada di sana kebanyakan orang keluarga Bakri, tapi orang-orang keluarga Bakri juga takut pada Romo.

Keluarga Bakri adalah sebuah keluarga besar, banyak anggota keluarganya dibimbing dan dibawa langsung oleh Romo, Romo membawa mereka sampai sukses, baru kembali dalam negeri untuk mengembangkan bisnis.

Tapi tak pernah terpikir, dia mengajari semua keterampilan dan pengetahuannya pada keluarga Bakri, sekarang malah dibalas oleh keluarga Bakri dengan perlakuan seperti ini.

Dalam tubuh orang-orang keluarga Bakri mengalir darah yang sama, di tubuh mereka mempunyai gen yang serupa, dari dulu Romo sudah tahu orang keluarga Bakri sangat egois, arogan dan terlalu sombong, pada saat bersamaan, mereka juga tumbuh dalam lingkungan nyaman sejak dari kecil, kemampuan biasa-biasa saja.

Kemampuan biasa-biasa saja, ambisi malah besar, jelas-jelas hanya punya kemampuan melakukan hal kecil, tapi malah ingin melakukan hal besar.

Beberapa pemimpin keluarga Bakri sekarang, juga dipilih yang agak baik dari yang buruk.

Dalam lima belas tahun terakhir, dibawah kepimpinan Romo keluarga Bakri baru bisa menyebut dirinya pemimpin dalam komunitas orang China di Australia, sudah menghabiskan tenaga selama lima belas tahun, Romo merasa dirinya sudah tidak sanggup membimbing orang-orang tidak berguna ini.

Sekarang, hanya enam tahun Romo kembali dalam negeri mengembangkan bisnis, kekayaan yang dihasilkan lebih banyak daripada lima belas tahun di Australia, lingkungan luas dalam negeri menjadi salah satu faktornya, namun yang paling penting adalah kemampuan dalam tim.

Sekarang, para junior yang dibimbingnya secara langsung, bekerja sama dengan Reni untuk menghadapinya.

Tentu saja Reni membuatnya sakit hati, dan seluruh keluarga Bakri, membuatnya putus asa.

Akhirnya Romo berjalan sampai tempat duduk direktur utama, dia memberikan tongkat pada Laras, mengandalkan diri sendiri untuk berdiri.

“Asalkan aku masih bernafas, direktur utama Real Estate Podomoro, tidak perlu Reni yang ambil alih!”

Reni: “.....”

Tidak ada satu orang pun yang berani bersuara, saling menatap, semua berharap ada yang memulai pembicaraan.

Romo tersenyum mengejek, bukan dia merendahkan keluarga Bakri, selama bertahun-tahun, dia terlalu paham dengan gaya mereka dalam mengurus masalah, hanya tahu duduk dan menikmati hasil, malah tidak tahu berusaha sendiri.

“Menurutmu kamu bisa mendudukinya?” Romo langsung bertanya pada Reni, “Dalam tiga bulan ini, kamu sudah merasakan jadi pemimpin keluarga, apakah menurutmu kamu memenuhi syarat? Bisa kompeten?”

Ekspresi Reni kaku sekali, raut wajah pucat pasi, sangat tidak sepandan dengan setelan jas wanita mewah dan anggun yang dipakainya.

Seluruh tubuhnya bergetar, suara juga gemetaran, “Lumayan, kamu koma dan tinggal di rumah sakit, aku hanya bisa mengambil alih pekerjaanmu untuk sementara waktu.”

“Sementara waktu mengambil alih pekerjaanku, kamu sudah membubarkan timku, sungguh hebat kamu.”

“........” Reni terdiam, tidak berani sembarangan menjawab lagi.

“Aku bisa koma bukankah semua itu berkat kamu?”

“Romo!” Reni menghentikan pembicaraannya.

Dinda Bakri mendadak berdiri dan membela adik sepupunya, “Adik ipar, kamu koma dan tinggal di rumah sakit, perusahaan sebesar ini tidak bisa jika tidak ada yang mengurusnya, adikku bersusah payah membantumu mengelola perusahaan, harusnya kamu tahu berterima kasih.”

Dinda orang yang sedang berbicara ini adalah kakak sepupu Reni, Dinda termasuk orang yang paling hebat dalam keluarga Bakri, setelah diangkat naik oleh Romo, mengelola Grup Perusahaan Bakri di Australia, tapi beberapa tahun ini, tanpa ada Romo Grup Perusahaan Bakri telah menyusut banyak, pengaruhnya di Australia sejak lama sudah tertinggal jauh dengan perusahaan cabang Group Gumaya yang ada di Australia.

Ada satu orang yang mulai berbicara, yang lainnya juga ikut bersuara.

“Romo, kamu tidak boleh jadi kacang lupa kulitnya, keluarga Bakri yang sudah melatihmu, tidak ada keluarga Bakri, apakah ada kamu yang sekarang ini?”

“Reni sepenuh hati demi dirimu, dia merendahkan diri untuk memohon kami datang membantumu mendukung Real Estate Podomoro, kamu jangan terhasut dengan orang yang berniat buruk dan salah menyalahkan orang.”

“Saat Ayah Bakri masih hidup menganggapmu sebagai putra sendiri, setelah dia sudah meninggal kamu tidak bisa langsung tak berperasaan seperti ini, jika begini kamu adalah orang yang melupakan budi.

Orang dari keluarga Bakri satu per satu menyerang Romo, hati panik Reni baru bisa sedikit lebih tenang, setidaknya, dia masih mempunyai dukungan kuat dari tim pihak keluarganya.

Novel Terkait

Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
4 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
4 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
5 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
4 tahun yang lalu