Cinta Pada Istri Urakan - Bab 1088 Tidak Bisa Menerima Kata-Katanya

Yuka langsung memakan setengah biji telur rebus dalam satu gigitan dan tersedak, dia tidak bisa menelannya, juga agak tidak sopan untuk memuntahkannya.

Dirga segera berdiri dan menyerahkan susu kedelai kepada dia, “Makan pelan-pelan, tidak ada yang merebut denganmu.”

Yuka tiba-tiba merasa sangat malu, dia meneguk sesuap demi sesuap, perlahan, susu kedelai menghanyutkan kuning telur dan perlahan mengalir ke lambungnya, akhirnya, dia bisa berbicara dengan normal.

“Terima kasih.”

Dirga tersenyum, dan mengehal napas lega.

“?” Yuka melemparkan tatapan bingung padanya, ”Mengapa menghela napas?”

"Tidak apa-apa, hanya merasa hidup ini tidak kekal."

Yuka bercanda, "Bukankah kamu sudah meganggap remeh tentang hidup dan mati sejak lama? Mengapa masih menyesali ketidakkekalan hidup?"

"Dulu aku hanya berpikir untuk balas dendam, sama sekali tidak peduli dengan hidup atau mati, sekarang aku punya saudara dan kekawathiran, aku ingin menghargai baik-baik nyawaku ini."

Mengatakan ini, Yuka juga merasa tersentuh, tadi malam, dia juga menghadapi hidup dan mati pasien untuk pertama kalinya, tidak bisa disangkal bahwa dia tidak bisa menanggung beban hidup ini, dia tidak cocok untuk menjadi dokter.

Pada saat yang sama, dia juga dengan tulus mengagumi staf medis garis depan yang menghadapi pasien.

"Iya, orang yang sehat-sehat, tiba-tiba mati, belum lagi keluarganya, aku sebagai orang luar saja sulit menerimanya."

Pada saat ini, kepala perawat gawat darurat juga sedang membeli sarapan, lewat, melihat Yuka dan datang untuk menyapa, "Yuka, apakah kamu dari bagian laboratorium?"

Yuka terkejut sejenak, lalu meletakkan sumpitnya kemudian berdiri mengangguk dan berkata dengan hormat, "Iya."

Kepala perawat tersenyum dan berkata, "Jangan cemas, aku hanya ingin mengucapkan terima kasih kepadamu, semalam aku terlalu sibuk dan tidak sempat berterimakasih kepadamu."

"Ini …… kepala perawat, ini memang kewajibanku."

"Kamu melakukannya dengan baik, lebih kuat dari pekerja magang di ruang gawat darurat kami, dan memiliki resistensi tekanan yang baik."

Yuka merasa tersanjung dan merasa bahwa yang dibicarakan oleh kepala perawat itu adalah orang lain.

"Kedepannya kamu transfer ke ruang gawat darurat untuk magang saja, aku akan membawamu."

“Ah?” Dia menolak dalam hatinya.

“Kenapa? Takut ya?”

“…… hehehe, aku tidak berani.”

"Baiklah, ini juga normal, kamu pikir baik-baik, beri aku jawaban setelah memikirkannya."

Yuka mengangguk seperti bebek yang ditangkap.

Kepala perawat menoleh untuk melihat pada Dirga yang duduk di seberangnya. "Pria muda ini juga bagus sekali, bekerja sama dengan baik, pacarmu ya?"

“Tentu saja bukan.” Yuka merasa malu hingga wajahnya pun memerah.

"Baik, kalau begitu kalian sambung makan, aku pergi dulu."

“Sampai jumpa kepala perawat.”

Setelah kepala perawat pergi cukup jauh, Yuka duduk dan hanya tertawa kaku, "ha ha ha, tidak sangka kepala perawat ruang gawat darurat akan begitu lucu, ha ha ha ha..."

Dirga tidak menanggapinya, tetapi hanya menatapnya dengan lekat, Yuka merasa dirinya seperti sedang duduk di atas jarum, sangat tidak nyaman.

Pada saat ini, langit di luar sudah terang, dan matahari yang hangat di awal musim semi telah naik sangat tinggi, menerangi bumi dan menghangatkan segalanya.

Hari ini, rumah sakit mengirim lebih banyak penjaga keamanan dan beberapa petugas polisi, supir truk juga berada di rumah sakit untuk perawatan, semua orang takut bahwa keluarga pasien akan terhasut secara emosional dan mengakibatkan masalah, terutama keluarga dari pasien yang telah meninggal yang datang untuk mengenali mayat mereka.

Tetapi masalah ini, Yuka tidak perlu lagi mengkhawatirkannya, dan juga tidak bisa ikut campur lagi.

"Kamu ingin terus bekerja, atau pulang dan istirahat?"

"Aku pulang kerja jam tujuh, dan akan berangkat kerja jam tujuh besok pagi."

"Bekerja terus menerus selama 24 jam?"

"Ya, ini bukan apa-apa jika bekerja di rumah sakit."

"Pekerjaan rumah sakit terlalu sulit."

"Ha ha, pekerjaan apa pun sulit."

Dirga tiba-tiba berhenti, dan menatapnya dengan heran.

“Kenapa? aku salah berkata?”

"Tidak, kamu benar, aku hanya merasa ……" Dia menatapnya dalam-dalam, dan tiba-tiba tidak bisa menemukan kata sifat yang tepat untuk mengungkapkannya, "Aku hanya merasa kamu sudah dewasa, tidak kekanak-kanakan lagi seperti dulu."

Dalam pandangan Dirga, kekanak-kanakan bukan istilah yang merendahkan, Yuka adalah bunga yang tumbuh di rumah kaca, dia adalah putri kecil yang tumbuh dalam keluarga yang bahagia dan dimanjakan oleh orang tuanya, dia bisa mendapatkan semua yang dia inginkan dari orang tuanya tanpa banyak usaha, Dirga merasa bahwa pengalaman yang rumit ini akan merusak kesederhanaan Yuka.

Karena itu, Dirga sebenarnya merendahkan dirinya di dalam hatinya, terutama di depan Yuka.

Yuka tidak bisa mengerti, apakah Dirga sedang memujinya atau menyindirnya, apa itu dewasa, apa itu kekanak-kanakan, dia tidak bisa membedakannya.

“Aku akan mengantarmu pulang setelah makan.” Dirga menawar.

"Aku tidak pulang rumah, aku akan kembali ke sekolah."

“Sekolah? Sekolah kedokteran?”

“Iya.”

“Baik, kalau begitu aku antar kamu pulang sekolah saja.”

“Tidak usah, sekolahnya tidak jauh.”

“Tidak apa-apa, biarkan aku mengantarmu saja.”

Yuka awalnya memang tidak terlalu menolak, melihat Dirga begitu bersikeras, jadi dia dengan diam menerima tawarannya.

Setelah sarapan, dia kembali ke laboratorium dan berganti pakaian, pakaian kerja yang penuh dengan darah yang barusan dia ganti harus dibawa pulang untuk dicuci. Di depan cermin ruang ganti, dia menghela napas dalam-dalam beberapa kali, bahkan bermimpi pun tidak akan sangka bahwa Dirga akan menunggunya di luar, jelas-jelas mereka seperti orang asing tadi malam.

Yuka menatap dirinya di cermin dan berkata, "Itu hanya kebetulan bahwa dia datang ke rumah sakit, dalam situasi itu, apakah dia harus berpura-pura tidak melihatnya? mengantarmu kembali ke sekolah juga merupakan tindakan wajib sebagai seorang pria, seandainya ini gadis lain, dia juga akan mengantarnya. "

Setelah berbicara, seolah-olah dia telah dituang dengan air dingin, dia seolah-olah ditampar, dan kepalanya tertunduk dengan kesal.

"Lupakan saja, jangan terlalu banyak berpikir, keluarlah, orang masih menunggumu di luar."

Dirga berdiri di dekat dinding aula inspeksi, masih pagi, selain beberapa paramedis yang mondar-mandir di lantai, dan lima atau enam orang berdiri dalam antrean di luar jendela untuk pengambilan darah, tidak ada orang lain lagi.

Setelah beberapa saat, Yuka keluar, mengenakan sweter kuning dan celana kodok, mengenakan sepasang sepatu putih kecil di kakinya, sebuah ransel di punggungnya, dan dua buku besar dan tebal di tangannya, ini adalah penampilan seorang siswa.

Dirga pergi untuk menjemputnya, "Aku membantu ambil?"

“Tidak usah, tidak usah.”

Tetapi Dirga sudah mengambilnya, menimbang berat di tangannya dan berkata, "Begitu berat?"

“Aku bisa mengambilnya sendiri.”

Dirga kemudian menjepit dua buku itu antara lengannya "Ayok."

“……”

Keluar dari rumah sakit, udara dingin membuat Yuka menjadi lebih bersemangat, dia menoleh menatap Dirga, sosok yang tinggi dan tampan berjalan di bawah sinar matahari, sepertinya dia adalah tipe pria sempurna yang dikejar oleh banyak gadis, keterampilan apa yang Yuka miliki untuk memenangkan hati pria ini?

Sesampai di samping mobil baru, Dirga pertama-tama membuka pintu kursi belakang, Yuka baru saja ingin masuk duduk, Dirga langsung meraih tas ranselnya dan membawa Yuka keluar langsung.

"Buku-buku dan tas dimasukkan kedalam mobil, kamu duduk di depan …… " setelah berkata Dirga melemparkan dua buku berat ke kursi belakang, dan pada saat yang sama Yuka juga melepaskan tasnya, "Ya Tuhan, tasmu begitu berat, kamu orangnya pun tidak tinggi, dan masih membawa tas yang begitu berat, tidak takut akan menjadi pendek? "

"……" Yuka tidak bisa menerima kata-katanya.

Novel Terkait

Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
3 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
3 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
3 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
3 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu