Cinta Pada Istri Urakan - Bab 1044 Pasangan Tua Yang Sedang Di Mabuk Asmara

Walaupun Laras ingin tertawa mendengar perkataan ibunya, akan tetapi ia tertawa dengan rasa haru, memiliki ibu rasanya benar-benar menyenangkan, ada orang yang dapat dijadikan sebagai penyokong, rasanya benar-benar nyaman.

“Ma,” ia memotong pembicaraan ibunya, “Kalian tidak perlu mencemaskan masalah ini, ibu mertuaku sekarang sangat baik, dia hanya mengomel di mulut saja, beberapa tahun ini apabila dia mengomel, juga mengomeli aku. Dulu ia tidak suka padaku, aku juga ada alasan tersendiri, sekarang aku berpikir apabilan kelak Bobi membawa seorang gadis yang tidak baik pulang ke rumah, aku juga tidak akan setuju. Setelah sekian lama, aku sudah mengetahui bagaimana isi hati mereka, ayah mertua dan ibu mertua membantuku menjaga anak, aku sangat berterima kasih kepada mereka.”

Eli menganggukkan kepala, “Baguslah kalau begitu, tubuh ayah mertuamu kurang sehat, kalau ibu mertuamu pasti ahli.”

Laras dengan sendirinya mengungkit, “Ma, aku ingin pergi melihat kak Maira.”

Eli terdiam, tidak menentang, akan tetapi juga tidak menyetujui, “Masalah ini tergantung pada ayahmu.”

Laras dapat melihat maksud tersirat dari perkataan ibunya, ayahnya pasti telah menghubungi paman dan bibinya, akan tetapi berdasarkan sifat dari bibinya, ayahnya pasti telah dimarahi olehnya.

“Ma, kamu sekarang membicarakan apa saja pasti menyebutkan papa, kelihatannya papaku sangat berarti di hatimu ya.”

Tiba-tiba diejek oleh anaknya, Eli merasa malu, akan tetapi, memang begitu kenyataannya, Romo dapat menangani segala hal, ia merawatnya juga merawat sekeluarganya, dan dia juga melakukan segala sesuatu dengan tindakan nyata, bukan hanya dengan omongan saja.

Saat sedang mengobrol, tiba-tiba Romo mengetuk pintu, “Kedua nona yang cantik, apakah saya boleh masuk?”

Sambil tertawa Laras menjawab, “Apabila saya bilang tidak boleh, apakah kamu akan tetap berdiri di luar?”

“Nakal!” Romo membuka pintu dan masuk, “Ayahmu juga berani kamu kerjain ya, tidak patut!”

Saat melihat surat nikah yang berada di tangan Laras, sambil tersenyum Romo berkata: “Ya, kedatangan kami adalah untuk memberitahumu kabar baik ini, tadi saat di bawah aku juga sudah memberitahukannya kepada ayah dan ibu mertuamu, besok kita akan makan bersama di Mansion Atmaja, sambil membicarakan hal lainnya."

“Benar hanya masalah makan?”

“Aku dan mamamu tidak ingin mengadakan resepsi besar, makan bersama keluarga saja, awalnya ingin memesan tempat di hotel, akan tetapi setelah memikirkan kamu sekarang tidak leluasa untuk keluar, lebih baik di rumah saja, leluasa dan bebas.”

“Kalau begitu apakah ada hal lain yang masih perlu dipersiapkan? Contohnya seperti apakah mau mengganti rumah? Apabila tidak mengganti rumah apakah perlu merenovasi kamar? Termasuk peralatan rumah tangga dan sejenisnya, apakah mau diganti?” Hal ini Laras menanyakannya dengan hati-hati, seperti yang diketahui, mantan selamanya akan menjadi duri di dalam hati istri yang sekarang, dekorasi di Mansion Atmaja adalah hasil dekorasi dari Reni saat itu, dan Reni juga pernah tinggal di sana selama beberapa tahun.

Saat Romo ingin berkata, akan tetapi Eli sudah berkata lebih dulu: “Banyak hal yang dipermasalahkan oleh generasi muda seperti kalian, kami tidak begitu mempermasalahkannya, barang di rumah akan diganti apabila sudah saatnya diganti, dipakai apabila masih bisa dipakai, apabila selalu mengingat masa lalu yang tidak baik, bagaimana bisa melanjutkan masa depan?”

Ayah dan anak tersebut saling memandang dan tertawa, seseorang yang dulunya mengidap depresi berkepanjangan ternyata dapat mengatakan perkataan seperti itu, benar-benar sulit dipercaya.

“Kalian jangan tertawa, aku sudah mendengar chicken soup selama dua puluh tahun lebih, sudah sangat familiar. Sungguh, tidak perlu sampai mengganti rumah, rumah tersebut lokasinya sangat bagus, juga dekat dengan tempat Laras, aku juga suka model dekorasinya, semuanya tidak ada masalah.”

Romo: “Apabila kamu merasa tidak masalah maka tidak masalah, semuanya mengikuti apa yang kamu sukai, segala urusan rumah kamu yang memutuskan.”

Di satu sisi Laras merasa seperti menjadi nyamuk, merasa sedikit cemburu melihat mereka yang sudah berumur namun masih terlihat begitu saling mencintai, apakah baik? Poin pentingnya adalah, sorotan mata mereka saat saling memandang satu sama lain penuh dengan rasa cinta, seperti pasangan yang sedang kasmaran, rasa manisnya jauh melebihi dia dan Gavin.

Akan tetapi, bingkai mata Laras memerah, apa yang ia lihat sekarang, tidak berani ia impikan dulunya.

Dia melihat ayahnya, ayahnya telah mencukur bersih jenggotnya, wajahnya sudah tidak kelihatan kering, kerah kemejanya juga kelihatan putih bersih, lalu ia melihat ibunya, wajahnya terlihat merah merona, raut wajahnya terlihat baik, sorotan matanya saat melihat ayahnya terlihat malu-malu.

Dia berpikir, ini baru bentuk dari cinta, karena ada cinta, dua orang yang tidak saling berkaitan membentuk sebuah keluarga, saling memaafkan kekurangan pasangan, saling menghormati, saling mendukung, tidak meninggalkan.

——

Investigasi kasus kebakaran terhenti, karena satu-satunya pegawai yang kemungkinan tahu akan kebenarannya sedang berada di dalam ruang ICU.

Yayasan Ariel Tatum sepenuhnya dimusnahkan.

Maira yang sedang berada dalam keadaan koma, hingga sekarang belum sadar, badannya terbungkus seperti mumi tidak bergerak sama sekali, hanya dengan bantuan alat-alat ia baru kelihatan masih memiliki nafas dan detak jantung yang lemah.

Pihak rumah sakit telah tiga kali mengirimkan surat pemberitahuan penyakit kritis, Rama dan Nagita sudah merasa putus asa.

Awal tahun baru, kedua suami istri tersebut melewati hari-harinya di depan kamar ICU, merasa khawatir apabila anaknya tiba-tiba mengalami kondisi yang tidak diinginkan.

Tidak ada kabar sama sekali dari ruang ICU, setelah tiga kali masa kritis, Rama dan Nagita juga sudah mempunyai persiapan mental, akan tetapi juga merasa sulit untuk menerimanya.

Saat sedih, Nagita sangat sadar, hal-hal seperti meminta pertanggung jawaban dan ganti rugi, dia sangatlah aktif, dia hanya takut apabila Maira tidak dapat tertolong, kematiannya akan menjadi tidak patut, hanya tersisa nafas, seperti lubang yang tidak ada dasarnya.

Ruang ICU telah dibuka, beberapa dokter berjalan keluar, dengan sangat cepat Nagita menarik dokter yang berada di tengah, dengan terengah-engah berlutut di lantai, “Dokter, dokter, Maira sudah dua hari tanpa kabar, aku benar-benar… benar benar..aku hanya memiliki satu anak perempuan saja, melihat kami yang menjadi orang tua ini, aku mohon kepada Anda untuk memberitahuku kondisinya sekarang.”

Dengan segera dokter memapahnya untuk berdiri, berkata dengan tidak berdaya: “Tidak ada kabar adalah kabar terbaik, kondisi Maira sekarang sudah lebih stabil dibandingkan dengan beberapa hari yang lalu, kalian boleh pulang ke rumah untuk beristirahat terlebih dahulu, tidak perlu menjaga disini.”

Di depan ruang ICU tidak hanya ada Rama dan Nagita saja, juga ada banyak keluarga dari pasien yang memasuki ICU, dan ada juga beberapa keluarga dari pasien yang mengalami kebakaran bersama Maira.

Sikap Nagita ini membuat anggota keluarga yang lainnya juga mengikutinya, dalam sekejap, di depan kamar ICU menjadi macet, sepanjang koridor dipenuhi dengan orang, para anggota keluarga kehilangan kendali, mereka mengelilingi para dokter untuk menanyakan kondisi keluarganya.

Akhirnya hanya bisa meminta pertolongan satpam untuk membubarkan para anggota keluarga.

Semakin dipikirkan Nagita merasa semakin tidak rela, semakin berpikir rencana di otaknya semakin jelas.

Kemudian, ia menarik tangan Rama dan berkata: “Walaupun kondisi Maira sekarang stabil, akan tetapi belum melewati masa kritis, kapan saja akan terjadi hal di luar dugaan, kita harus mencari Laras dan berdebat dengannya sekarang, serigala bermata putih ini, kalau aku tidak bersuara, dia masih menganggapku sebagai kucing sakit.”

Selama ini, Rama adalah orang yang tidak berinisiatif, dulu begitu sekarang juga begitu, akan tetapi berbeda dengan Nagita, ia ingin melakukan sesuatu namun tidak ingin melakukannya sendiri, dengan sedikit hasutan darinya, maka Rama akan dengan dungunya melakukannya.

“Akan tetapi, Laras sedang tinggal di kediaman Gavin, ada Keluarga Pradipta yang melindunginya, hanya ada kamu dan aku yang pergi berdebat, tidak akan ada untungnya bagi kita. Begini saja, kita pergi mencari beberapa wartawan, pergi bersama, keluarga besar seperti Keluarga Pradipta ini, paling takut kalau hal yang tidak baik tersebar keluar.”

Hati Rama merasa khawatir, “Hanya kita berdua saja?”

Nagita mengedipkan matanya, “Kamu lihat, bukannya disini terdapat banyak orang, saat bersatu di rumah sakit, dokter saja tidak berkutik, kita pergi ke kediaman Gavin bersama-sama, dan membawa wartawan, apakah masih perlu takut dengan Keluarga Pradipta? ……. Kamu lihat anakmu sekarang, begitu kasihan, apabila kita tidak membantunya untuk mendapatkan keadilan, siapa yang membantunya?”

Rama menyeka air matanya, menganggukkan kepala tanda setuju.

Novel Terkait

Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
4 tahun yang lalu
 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu