Cinta Pada Istri Urakan - Bab 1086 Naluri Untuk Menyelamatkan Nyawa

UGD menjadi kacau, ranjang pasien didalam tidak cukup, banyak sekali pasien hanya bisa di lobby UGD.

Pasien yang kritis dibawa masuk kedalam UGD, pasien yang sementara tidak ada bahaya nyawa hanya bisa antri menunggu diobati.

Diantara mereka, ada luka pada bagian kepala, seluruh wajahnya dipenuhi dengan darah, ada yang luka pada bagian kaki, seluruh kakinya menjadi berubah bentuk, lantai dipenuhi dengan darah.

Lantai lobby UGD dimana-mana ada jejak darah telapak kaki, sangat mengejutkan.

Rifanda sedikit takut, menarik tangan Yuka, dengan pelan berkata: "Kenapa kita sial sekali, piket pertama kalinya langsung berhadapan dengan masalah seperti ini."

Yuka berdiri di posisinya, dia juga sangat takut, ketakutan sampai seluruh tubuhnya gemetaran, ketakutan sampai ingin kabur pulang kerumah, tapi naluri membantu dan menyelematkan seorang dokter tiba-tiba muncul, membuat kakinya tenggelam dalam besi timah, ingin kabur, tapi tidak bisa.

Kalau memang tidak bisa kabur, maka hanya bisa maju terus.

Yuka yang awalnya lebih membantah, malah menggenggam tangan Rifanda, menyemangati: "Karena memang sudah ketemu, maka hanya bisa kita kerjakan."

"Bagaimana.......bagaimana caranya?" Suara Rifanda masih bergetar, pasien terlalu banyak, darah terlalu banyak, suara erangan kesakitan terlalu banyak, situasi dihadapannya melebihi batas kemampuannya untuk menerima.

"Bagaimana, bagaimana," Yuka sambil berbicara sambil menarik Rifanda ke stasiun suster, "Tanya kepala suster, ambil yodium, bola kapas, gunting, kain kasa, plester, dan juga, dan juga jarum penghilang sakit, dan juga......itu saja dulu, kita obati yang luka ringan dulu."

Rifanda dengan tidak ingin melihat luka daging pasien itu, begitu lihat, dia langsung menutup matanya, di dalam hatinya ada 10 ribu tidak ingin.

"Kamu kamu kamu.......aku aku aku.......aku tidak bisa mengobatinya......"

Yuka dengan yakin berkata: "Aku bisa, aku saja, kamu bantu aku."

Di stasiun suster sudah tidak ada orang, semua orang di lobby sedang menolong pasien, Yuka mengambil sebuah kotak plastik transparan yang kosong, lalu mengambil barang yang dibutuhkan, langsung kembali ke lobby.

Ada beberapa mobil ambulans yang sampai di depan pintu departemen darurat lagi, menurunkan beberapa pasien yang berbaring diatas tandu, langsung mendorong mereka masuk ke dalam UGD.

Di dalam lobby dimana-mana terdapat suara tangisan ataupun suara permintaan tolong dari pasien yang menderita, ada juga suara teriakan tolong dari keluarga yang kepanikan.

Dokter yang memakai jubah putih dan suster berpencar ke setiap sudut, Yuka tidak tau mau mulai dari mana, tiba-tiba terdengar suara yang naif, "Mama, aku sakit sekali......"

Dia memutarkan badannya, melihat seorang anak laki-laki digendong mamanya duduk di atas kursi, ataupun mungkin ada di genggaman ibunya, anak laki-laki itu tidak ada ekspresi panik, malah sedikit ngantuk, sebelah kanan badannya semuanya kotor, sebelah kanan wajahnya jelas sekali ada luka gores.

Anak laki-laki ini sekitar umur 4 atau 5 tahun, luka gores di wajahnya para sekali, terus berteriak kesakitan.

Mamanya panik sekali, wajahnya pucat.

Yuka buru-buru berlari kesana, meletakkan kotak barangnya, langsung berlutut di lantai, bertanya, "Adik kecil hanya ada luka gores di wajah ya? Apa ada luka ditempat ainnya?"

Mama dari anak menggeleng, "Kaki tangan semuanya bisa digerakkan, tulang harusnya tidak ada masalah, hanya saja wajahnya terus berdarag, takutnya nanti akan rusak."

"Jangan panik tante, aku lihat dulu."

Yuka sambil memakaikan sarung tangan, sambil berpesan pada Rifanda, "Kamu bantu tante peluk adik kecil ini, jangan biarkan dia bergerak."

Cepat sekali, dia membersihkan wajah anak laki-laki itu dengan disinfektan, berusaha membungkus lukanya dengan pelan, juga tidak berhenti menghibur dan menyemangati anak kecil itu.

"Nona suster, boleh tidak kamu bantu aku tanyakan kondisi suamiku? Namanya adalah Abisal, tadi barusan didorong masuk ke dalam UGD."

Hati Yuka tidak enak, pantas saja wajah tante ini pucat sekali.

Rupanya saat kejadian, mereka sekeluarga baru pulang liburan dari luar, ada lewat lapak makanan di pasar malam, papa dari anak ingin turun membeli makanan, baru saja kembali ke mobil, truk besar yang kehilangan kendali itu menerjang ke arah mereka.

Disaat kritis itu, papa dari anak tidak kabur, malah pergi ke depan mobil membuka pintu menarik istri anaknya keluar.

Papa si anak melindungi istri anak kabur, truk besar itu menggesek mobil mereka, menggesek sebelah badan papanya.

Papanya langsung melempar anaknya keluar, dirinya malah tersangkut oleh truk besar itu, tertarik masuk ke dalam lapak pasar malam.

Bilang tidak beruntung, sangat tidak beruntung, mereka sebenarnya bisa menjauh dari bencana ini, bilang beruntung, juga beruntung sekali, papa dari si anak ditolong saat gelombang pertama, pada saat ditolong keluar masih ada nafas, luka berat dan tidak sadarkan diri.

"Nona suster, kamu bantu aku tanyakan ya? Aku......aku sekarang juga tidak bisa pergi kemana-mana......"

Hati Yuka sedih sekali, dia dengan tenang berkata: "Tante, apakah handphonemu masih ada?"

"Ada."

"Tante telepon orang lain di rumah dulu, tante dan anak butuh dijaga orang lain, mengenai papa dari anak, begitu ada kabar dari dalam pasti akan memberitahu kemari, tolong tante sabar sedikit ya. Dan juga, tidak pasti anak tante masih ada luka dimana, lebih baik tunggu dokter kemari mendiagnosa, sudah yakin tidak ada masalah lagi baru tenang. Bagian papa si anak sana tante tidak bisa membantu apa-apa, tapi anak tante sedang membutuhkan tante."

Meskipun mama si anak sangat mengkhawatirkan suaminya, tapi dia juga melihat kekacauan dihadapan matanya, mendengar bujukan dari Yuka, lalu melihat anaknya yang masih kecil, dia menenangkan dirinya, mengangguk, "Baik, terimakasih."

"Sama-sama."

Yuka memeluk kotak barangnya pindah kesebalh lagi, dia adalah seorang pria dewasa berbaring diatas tandu, kedua tangannya mencubit kuat lengannya, wajahnya pucat sekali karena kehilangan banyak darah.

Kaki kirinya terluka, di atas pahanya ada segumpal darah, jeans luarnya sudah dirobek, celan abu-abu didalamnya juga robek, dan juga tembus oleh darah, darahnya tidak berhenti mengalir keluar, diatas tandu bahkan sampai di bawah lantai ada darah berceceran.

Yuka dengan tenang bertanya: "Apakah bisa menggerakkan kakinya?"

Tampak sekali kakak ini sangat menderita, tapi dia menggertakkan gigirnya menahan, "Sudah patah, tidak bisa digerakkan."

Yuka memutarkan kepalanya berkata kepada Rifanda : "Dokter Zhang departemen tulang, suruh dia cepat kemari."

"Dimana dokter Zhang?"

"Aku tadi lihat dia masuk ke dalam UGD, harusnya masih didalam, cepat."

"Baik."

Yuka melihat kaki kiri kakak ini, dengan tenang berkata: "Kak, sekarang aku mau potong celanamu, kamu tidak takut dingin kan?"

Kakak ini tersenyum, "Tidak takut, gunting saja."

"Baik, kamu tahan sedikit.:

Tante yang menggendong anaknya disebelah menolehkan kepala kesana, Yuka menukar sarung tangannya, mengambil gunting, dengan berhati-hati menggunting celana kakak ini.

Lukanya rapi sekali, kira-kira 3 centimeter di atas lutut, terlihat tulang yang patah.

Tulang paha sudah patah, rasa sakit patah tulang begini siapa yang bisa tahan?!

Untuk mengalihkan perhatian kakak ini, Yuka mulai mengobrol dengannya, "Kak, kenapa bisa terluka?"

Kakak ini tersenyum pahit, "Untungnya aku berlari cepat, kalau lambat sedikit saja, pisau itu sudah menancap kepalaku."

"Tidak mati saat dilanda kecelakaan besar, nantinya pasti akan ada keberuntungan, kakak pasti akan panjang umur."

"Hehe, terimakasih, nona kecil."

"Kakak sudah hubungi keluarga belum? Apakah mereka sudah kemari?" Yuka tidak bisa mengobati tulang yang patah, hanya bisa menghentikan darah dulu.

"Sedang menuju kemari."

Novel Terkait

Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
3 tahun yang lalu
The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
3 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
3 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu