Cinta Pada Istri Urakan - Bab 366 Kamu Harus Mengganti Pekerjaanmu

Gavin memegang tangannya di bawah meja, menggambarkan lingkaran-lingkaran di telapak tangannya, dia berkata dengan tenang: “Aku paling berharap dia mencari sampai ke pintu, takutnya dia malah tidak mencariku.”

Sekali teringat kejadian Jino, Laras tidak dapat menenangkan hati, “Kamu berada di bawah cahaya, dia di dalam kegelapan, bagaimana kamu bertarung dengannya? Lagipula, kamu selamanya jangan pernah meremehkan kekejaman hati dan tangan seorang wanita.”

“Aku akan berhati-hati, kamu tenang saja.” Selesai berbicara, dia mengisyaratkan dengan matanya untuk tidak melanjutkan pembicaraan ini.

Di atas meja makan, di hadapan semua bawahannya, Laras hanya bisa menyerah.

Sonny mengangkat gelas anggurnya, memimpin persulangan, “Bos, Kak ipar, di hari yang gembira tidak membicarakan yang mengecilkan hati, aku bersulang untuk kalian, semoga kalian dapat bersama-sama hingga tua berambut putih, dan cepat melahirkan anak.”

Yang lain pun mengangkat gelas anggur mereka, “Bersulang!”

Weiner dengan cepat mengangkat kepalanya dan menghabiskan anggur di dalam gelasnya, lalu menuangkan segelas lagi dan berkata: “Satu gelas ini, aku menggantikan Jino untuk menghormati Bos dan Kak ipar, bersulang, semoga Bos dan Kak ipar sehat selamat, selalu tertawa.”

Sekali Jino disebutkan, suasana hati semuanya pun sedikit tergoyah, Gavin juga sama.

“Baik, terima kasih banyak semuanya, aku juga berharap semuanya, dalam pekerjaan di waktu ke depan, keluar dengan selamat, pulang dengan semangat, bersulang.”

“Bersulang!”

……

Layanan peringatan Jino sangat mewah, dia diberikan gelar pahlawan, dimakamkan di taman pemakaman pahlawan.

Dalam waktu yang sangat panjang, langit di kota Jakarta pun kelabu dan kabur, sama seperti suasana hati semua orang.

Tahun Baru akan tiba, para perantau dalam pasukan mulai balik kampung untuk bertahun baru, dulunya jalan besar yang ramai dan sempit dalam sekejap menjadi sepi, ada tempat lain yang bahkan orangpun tidak ada, kota Jakarta dalam sekejap seperti kota kosong.

Suasana tahun baru lebih menambah rasa rindu semua orang terhadap orang yang telah pergi, Weiner dan kawan-kawan sering mengikuti Gavin ke kediamannya, minum besar-besaran, mabuk besar-besaran, lalu langsung tidur di kediaman Gavin.

Nenek mengasihani segerombolan anak ini, sudah berjanji dengan semuanya, pada malam tahun baru pergi ke kediaman Gavin, semuanya beramai-ramai merayakan tahun baru.

——

Setelah Sonny dan Vero kembali bersatu, hubungan mereka berkembang pesat, sudah sampai tahap membahas pernikahan.

Sebenarnya tetua keluarga tidak menyetujui Vero untuk menikahi seorang tentara, namun Vero yang beberapa tahun ini bersikap pasrah dan hidup lajang ini benar-benar telah menakuti mereka.

Hari itu, Sonny baru saja keluar dari Apa Hayo, yang menyambutnya di hadapan adalah kakak Vero , Hatta .

Beberapa tahun lalu, dua orang tersebut pernah bertemu sekali, sekarang bertemu kembali, Sonny selain merasa canggung, dia lebih merasa tidak tahu harus bersembunyi di mana.

Bagaimanapun, tahun itu adalah dia sendiri yang berjanji pada Hatta akan meninggalkan Vero , dia telah makan janjinya sendiri.

Hatta melihat Sonny, kemudian melihat ke dalam, dan bertanya: “Apakah Vero ada?”

“Ada, Di dalam.”

“Apakah kamu sibuk?”

“Hah?”

“Apakah kamu ada waktu untuk duduk lebih lama lagi?”

Sonny sangat gugup, dia mengangguk-angguk kepalanya dengan bingung, “Ada.”

“Kalau begitu duduklah lebih lama.” Sambil berkata, Hatta melangkah besar ke dalam.

Vero melihat kakaknya dan Sonny masuk ke dalam bersama, dalam hatinya juga sangat gugup, ada perasaan seperti telah ditangkap basah kakaknya, tetapi, hatinya telah bertekad bulat, apapun yang dikatakan atau dilakukan kakaknya, dia dan Sonny tidak akan berpisah.

Walaupun Hatta adalah kakak Vero, tetapi umurnya lebih tua belasan tahun dari Vero, juga lebih tua belasan tahun dari Sonny, jadi kelihatan lebih mirip ayah Vero.

kakak tertua bagaikan ayah, mengatakan dia sebagai ayah, juga tidak salah.

Dia duduk dengan pakaian rapi dan tegap, melihat Sonny, melihat Vero, lalu akhirnya menghela nafas dalam-dalam: “Baik, urusan kalian aku tidak lagi membantah.”

Sonny dan Vero menghembuskan nafas pada waktu yang sama, Vero terlebih merasa hatinya berbunga-bunga, menarik tangan kakaknya, berterima kasih hingga menangis, “Terima kasih kakak.”

“Tetapi aku mempunyai satu syarat.” Hatta tiba-tiba memutar pembicaraan, “Kamu harus mengganti pekerjaanmu.”

Sonny: “….”

Senyuman Vero dalam sesaat langsung membeku di wajahnya, melepas kembali tangannya, wajahnya tidak senang, “kakak, kamu jangan memaksakan dan menyusahkan orang.”

Hatta: “Semua titik permulaanku adalah demi kamu, kalau kamu bersikeras berkata aku memaksakan dan menyusahkan orang lain, begitupun tidak apa. Sonny, pasukan kalian baru saja mengorbankan seorang tentara muda, bukan?”

Sonny: “…”

Hatta: “Aku sangat mengagumi semangat rela berkorban kalian, tetapi izinkan aku untuk menyimpan perasaan egois ini, aku benar-benar tidak tega membiarkan adik perempuanku untuk menanggung ketakutan traumatik seperti itu.”

Vero: “kakak, aku mengerti semua maksudmu, tetapi, siapapun tidak bisa tahu besok dan kecelakaan yang mana akan datang duluan, aku tidak keberatan dengan pekerjaannya, sebaliknya, aku merasa bangga terhadap pekerjaannya.”

Hatta: “Terus apakah dia masih dapat bekerja seumur hidup? Harus selalu berencana demi kehidupan di masa depan. Vero, kamu jangan nekat, dengarkan kata kakak, kakak tidak akan membahayakanmu.”

Vero ingin berbicara lagi, namun dihentikan oleh Sonny, “Vero, kamu jangan berbicara lagi,yang dikatakan kakakmu ada masuk akalnya.”

“Tapi…”

Sonny menatapnya dengan mendalam, menggelengkan kepalanya, menyuruhnya untuk tidak memulai konflik dengan kakaknya.

Vero pun menyerah berdebat, duduk di sampingnya dengan patuh.

Hatta menghela nafas, memang perempuan kalau sudah besar tidak dapat ditahan, apapun yang dikatakan pada adik perempuannya tidak didengar, seorang bocah kecil hanya dengan sebuah tatapan mata sudah membuat adik perempuannya terdiam.

Hatta: “Sonny, aku berharap kamu dapat memikirkan saran aku. Kamu sudah banyak tahun menjadi seorang tentara, umurmu sedang bertambah, fisik dan segi lainnya juga sedang menurun, pasti ada suatu hari saat kamu ingin mengundurkan diri atau mengganti pekerjaan, ini adalah masalah yang nyata, bukan dapat terjadi hanya dengan semangat yang bergairah.”

Sonny mengangguk kepalanya dengan diam, sebagai seorang tentara tua, dia memang harus memikirkan jalan keluarnya di masa depan berada di mana.

Hatta: “Permintaanku sangat mudah, asalkan kamu meninggalkan posisi pekerjaanmu yang sekarang ini, maka aku tidak akan menentang pernikahan kalian, Ayah dan Ibu sana juga tidak akan menentang.”

Sonny: “Aku akan mempertimbangkannya.”

Selesai membicarakan hal ini, Hatta melihat ke arah Vero lagi, menjelaskan tujuan kedatangannya, “Kamu selalu tidak pulang ke rumah, ayah dan ibu merindukanmu, makan malam reuni pada malam tahun baru seharusnya pulang ke rumah kan?”

Vero: “Ya, pulang.”

Hatta: “Kamu ya, juga seseorang yang sudah berumur 30 tahun, mengapa sedikitpun tidak dewasa? Ayah dan ibu umurnya sudah tua, kamu jangan selalu membuat mereka khawatir.”

Vero mendengarnya dan merasa berat kepala, “Ya, sudah tahu sudah tahu, malam tahun baru aku pasti pulang, aku masih menunggu mengambil uang tahun baru.”

Hatta melototinya, memasang muka yang tegas, “Kata-kata seperti itu pun bisa kamu katakan? Malu tidak?”

Vero tiba-tiba tertawa, bagaikan telah kembali ke masa kecil saat beradu mulut dengan kakak, dia paling suka melihat tampang kakaknya yang sedang marah tetapi tidak dapat berbuat apa-apa padanya, “kakak, aku masih belum berkeluarga, aku masih bayi, tentunya mau uang tahun baru dong.”

Hatta: “Heh, Christian saja sudah tidak mengambil uang tahun baru, kamu malu?”

Vero: “Dia segan menerima, kalau begitu aku yang membantu dia ambil saja, haha, ingat berikan aku dua porsi ya.”

Hatta menghela nafas dengan suara "Ck", lalu berbalik tersenyum lebar, “Kamu ya, benar-benar tidak tahu harus diapakan.”

Vero bertanya lagi: “Christian kapan pulang?”

Hatta: “Sudah pulang, kamu kira sepertimu, di kota Jakarta saja tidak ingin pulang ke rumah.”

Vero menggaruk-garuk kepala, tertawa dengan gelisah: “Ya ya ya, sudah tahu, kamu jangan mengomel lagi, tidak menyebalkan kah?”

Hatta: “…”

Sonny melihat interaksi kakak beradik itu, walaupun tidak dapat memotong pembicaraan, tetapi dia tetap merasa penuh kasih sayang, ini baru kehidupan dan interaksi normal Vero, tidak seharusnya ada perubahan karena dirinya.

Mengenai saran Hatta, sepertinya dia ada suatu pemikiran.

Novel Terkait

Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
5 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
4 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
5 tahun yang lalu