Cinta Pada Istri Urakan - Bab 947 Canggung Huruf Besar

Laras dengan cepat berlari ke depan pintu, di depan pintu juga berbaris antrian yang panjang.

Yuka memakai baju rajut warna putih, tampak jelas diantara kerumunan orang, Laras sekilas langsung bisa melihatnya, "Aku mengira kamu tidak datang, kami sudah selesai makan."

Yuka memang sangat ragu, terus bertengkar dengan otaknya, sebentar ingin datang, sebentar lagi tidak ingin datang.

Dia dan Dirga pulang ke dalam negri dengan pesawat yang sama, di dalam pesawat, dia melihat dengan matanya sendiri pergerakan Dirga dan Amanda, mereka dekat sekali seperti keluarga, tidak ada yang tidak bisa dibicarakan, terlebih dia bisa melihat, tatapan Amanda melihatnya, adalah tatapan wanita menyukai pria.

Dia mengaku dirinya menyukainya, dan juga sangat meyukainya, tapi ajaran dari kecil membuatnya sadar, meskipun suka sekali, juga tidak boleh menjadi orang ketiga.

"Kenapa?" Laras bisa melihat keraguannya.

Yuka diam, ada sedikit sulit berbicara.

Laras menggandeng lengannya, sambil membawanya kedalam, sambil berkata, "Kuberitahu padamu, aku pernah menanyainya, dia dengan Amanda hanya teman, dia menganggapnya sebagai adik perempuan, bukan kekasih."

".......Aku juga tidak ingin tau hubungan mereka."

"Kamu tidak ingin? Kalau begitu aku yan kepo?"

"......."

"Aku bisa melihat kalau kamu menyukainya, tatapanmu itu, masih ingin membohongi siapa?"

"......"

"Tentu saja, laki-laki tidak tentu, apalagi seperti dia yang tidak terbuka di hubungan pria dan wanita, kalau tidak, dia mana mungkin bodoh sekali sampai menganggap Amanda sebagai adik perempuan? Amanda begitu menyukainya."

Yuka menundukkan kepalanya, dengan pelan berkata: "Meskipun mereka sekarang bukan sepasang kekasih, dengan hubungan mereka, cepat lambat pasti akan. Asalkan Amanda tidak menyerah, Dirga tidak akan membiarkannya pergi, siapa yang bisa menerima pacarnya sendiri mempunyai seorang wanita yang ingin memangsa, pacarnya malah memaksanya untuk tinggal? Yang penting aku tidak bisa menerimanya."

Laras berpikir, keraguan Yuka masuk akal juga, dua orang itu dari kecil sama-sama besar, kehidupan mereka, dunia di dalam hati mereka, kontak batin mereka, harusnya tidak ada orang yang bisa sampai di tahap ini, merekalah orang yang berada di dunia yang sama.

Tapi, siapa yang bisa merencanakan cinta? Ketika dia menikahi Gavin, juga mengejutkan semua orang, merasa kalau mereka berdua bukan orang yang berada di dunia yang sama.

Laras juga tidak memaksanya, hanya menanyainya, "Kalau begitu apakah kamu sudah memikirkannya? Bahkan coba juga tidak coba?"

Yuka tidak menjawab, dalam hatinya dilema sekali.

"Coba dulu masih ada setengah kesempatan, kalau tidak coba, sedikit kesempatan pun tidak ada."

Melihatnya tidak bergerak, Laras mencari tau sekali lagi, "Kalau begitu, kamu juga jangan terus bertanya padaku tentang keadaannya, untuk apa membuat dirimu hidup begitu sulit? Suka diam-diam juga boleh bebas sedikit, tidak perlu begitu merendahkan."

Yuka menundukkan kepalanya, hatinya sedih sekali.

"Kalau begitu apakah sekarang kamu mau pulang? Aku bantu kamu cari taxi?"

"......" Otak Yuka kosong, apa ini sudah mau pergi?

Di saat ini, Dirga keluar dari ruangan makan, melihat Yuka, dia juga tercengang, rupanya Laras keluar menjemputnya.

Dia pertama kali melihat dia yang sudah berdandan serius, dibandingkan dengan dia yang waktu di Miami, tidak begitu sama.

Cahaya di dalam restoran terang, Yuka memakai baju rajut putih dan celana jeans biru muda, rambutnya tergerai bebas, atasnya kebetulan ada lampu yang menerangi, kulitnya seperti tembus pandang, putih kemerahan, dan kemerahannya juga sedikit lembab, cantik sekali, dia melihat sampai sedikit terbodoh.

Laras tertawa diam-diam, datang di saat yang sangat tepat, "Abang sepupu, kenapa keluar?"

"Kamu lama sekali tidak kembali, suamimu tidak tenang, tapi ada yang meneleponnya, jadi hanya bisa aku yang keluar melihat."

Yuka masih sempat membenarkan, "Aku tidak pergi, bercanda, sudah datang kesini, mana mungkin pergi?"

Laras menyentuh dagunya, "Bagus kalau tidak pergi, kalau begitu masuklah, masih ada tersisa sedikit sup dingin, kamu tidak keberatan kan? Siapa suruh kamu datangnya malam sekali?"

Sambil berbicara, sambil masuk ke dalam ruangan, Gavin melihat Laras, hatinya juga sudah tenang, "Mengerti, tinggalkan dulu, besok aku kembali mengurusinya."

Laras duduk di sebelahnya, mengangkat tangannya ke sebelah telinganya, mengikuti gaya Gavin sedang menelepon, tanpa suara berkata: "Mengerti, tinggalkan dulu, besok aku kembali mengurusinya.......pai, sudah diputuskan, sampai tidak mengatakan bye kepadanya, pasti itu Damar, dia ini tidak sopan sekali dengan bawahannya, pura-pura dalam, pura-pura serius, pura-pura galak, biar tampak berkarisma.......aiyayayayayayaya!"

Gavin langsung menarik telinganya, "Membicarakan kejelekanku di hadapanku, apa ada yang seperti kamu ini?"

"Sakit, lepaskan tanganmu, kalau membicarakan kejelekanmu di belakangmu kamu baru harus hati-hati, kalau mengatakannya di hadapanmu, pasti bercanda, kamu ini, bercanda pun tidak bisa ya?"

Gavin dengan tak berdaya melepaskan tangannya, mana mungkin benar-benar menjewer telinganya dengan kuat, melihat ekspresinya yang berlebihan, pintar sekali berpura-pura lemah.

Laras menggosok telinganya, sambil memberi kode kepada Dirga , "Abang sepupu, kamu lihat mau tidak pesan beberapa sayur lagi?"

"Tidak perlu," Yuka memotong, "Aku juga tidak bisa makan banyak, pesan terlalu banyak boros."

"Baiklah, kalau begitu hari ini tidak pesan, lain hari baru traktir kamu makan." Laras berputar kesana kemari tetap saja berputar ke Dirga , "Abang sepupu, nanti kamu antar dia pulang saja, seorang gadis pulang malam-malam tidak aman."

Gavin diam-diam meliriknya, tadi baru bilang hukum kota Jakarta bagus, sekarang kenapa berubah menjadi tidak aman? Darimana begitu banyak tidak aman? Sebisa mungkin bersikap sedikit pandai, kamu kira abang sepupumu tidak bisa melihatnya?

Siapa menyangka, abang sepupunya benar-benar tidak bisa melihatnya.

Dirga dengan cepat menyetujuinya, "Baik, sudah seharusnya."

Laras tertawa diam-diam, dibawah meja menendang Gavin, dia menaikkan alisnya, dengan senang tersenyum kepada Gavin.

Gavin: "......" Kamu ini suka sekali jadi mak comblang, jangan asal menggandeng jodoh orang bisa tidak?!

Makan malam ini cukup canggung, apalagi Yuka, mereka bertiga sudah selesai makan sedang bercerita, hanya dia diam-diam menunduk sambil makan, dia makan beberapa suap saja langsung meletakkan sumpitnya.

Di dalam otaknya sudah ada beberapa kali, akhirnya memberanikan diri ingin mengatakan kepada Dirga , tapi tidak menyangka, pintu ruangan makan terbuka.

"Ah, kalian cepat sekali kembali?" Laras juga canggung sekali, "Kenapa tidak berjalan-jalan lagi? Jalanan ini panjangan sekali, ada sangat banyak barang yang bisa dilihat."

Yuka merapatkan bibirnya, memunculkan senyuman canggung, membalikkan kepala menyapa mereka, "Hai, kita berjumpa lagi."

Sebaliknya Amanda juga dermawan sekali, "Halo, kenapa tidak datang lebih cepat?"

Yuka: "Aku jauh dari sini, jalanan juga macet, lalu lintas kota Jakarta seperti ini, kalian kalau sudah lama tinggal disini akan tau."

Canggung Ya!

Novel Terkait

Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
4 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
4 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
4 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
5 tahun yang lalu