Cinta Pada Istri Urakan - Bab 411 Seumur Hidup Kamu Berhutang Padaku

Tamparan ini, tidak hanya membuat Manda terdiam, Tanu juga terdiam.

"Bagus sekali kamu ya Manda, mulai kapan menyembunyikan dariku kalau sudah bersama dengan Rendra? Aku mengira kamu polos sekali, rupanya juga orang haram yang kemana-mana menggait pria."

Mulut Nagita, memang sangat jahat, sambil menunjuk hidung Manda dan memarahinya, "Keluarga Atmaja terkena musibah, kamu tidak bisa membantu tidak apa-apa, jelas-jelas kamu bisa mencari Rendra untuk membantu keluarga Atmaja, kamu malah tidak mau melakukannya, kamu begini apa bedanya dengan Laras si tidak tau berterimakasih itu?"

"Bagus sekali, bagus, tidak ungkit masalah yang dulu, jadi sekarang kamu sudah bersama dengan Tanu, dengan tenang menjadi nyonya Dibyo apa tidak bagus? Harus membuat ide lain untuk apa? Kamu tidak teguh begini, apa sedang pamer padaku? Semua orang mencintaimu, menginginkanmu, semua orang tidak menginginkan Maira, kamu ini sedang pamer padaku, benar kan?!"

"Dasar orang haram, kalau dari awal tau kamu adalah wanita yang tidak tulus dalam hubungan cinta, harusnya 21 tahun yang lalu aku langsung mencekikmu sampai mati, aku sungguh berdosa memungutmu dan membesarkanmu. Kalau tidak ada aku, kamu sudah mati kelaparan mati kedinginan di luar sana, kamu bisa hidup sampai hari ini, akulah yang memberimu nyawa, hidupmu harus digunakan untuk membalas budi padaku, balas budi kamu dengar tidak? Kamu sekarang malah ingin membuatku dan Maira mati tidak bisa hidup, jahat sekali hatimu!"

Nagita terus memarahi, setiap kata-katanya kotor, kejam, sungguh sangat ingin mengupas kulit Manda.

Manda dari sakit hati menjadi resah, sekarang sudah mati rasa, membiarkan Nagita bagaimanapun memarahinya, dia tidak membantah.

Karena dia tau, kalau dia membantah satu kata saja, Nagita akan menggunakan sepuluh kata yang lebih menyakitkan menyerangnya.

Bagaimana mugkin juga dia tidak tau kalau Nagita terpaksa mengakui lagi putrinya ini karena di rumahnya tidak ada orang yang bisa diandalkan lagi, sedangkan dia masih termasuk ada sedikit harga untuk digunakan.

Dia sendirilah yang selalu tidak mau mengakui kalau keluarga Atmaja sudah tidak menginginkannya lagi.

Sekarang, perkataan Nagita hanya mengingatkannya lagi, mamanya ini, seberapa besar cintanya pada putri kandungnya, maka seberapa besar bencinya padanya yang sebagai putri angkat.

"Manda, dasar kamu manusia haram, manusia licik, kamu matipun tetap tidak akan tenang, kamu......"

"Diam!" Tanu berteriak kuat, "Wanitaku, apa boleh kamu marahi?"

Wanitanya, hanya dia yang boleh marahi, orang lain, malah tidak boleh.

Dalam sekejap Nagita terdiam, semua kemarahan di sumbat ke dalam tenggorokannya, hanya bisa melihat Manda dengan tajam.

Tanu dengan jelas berteriak: "Bangun!"

Badan Nagita bergetar, tanpa banyak bicara, langsung mundur berdiri ke sebelah.

Tanu membantu Manda berdiri, melihat wajahnya yang merah dan bengkak, dan juga ada 3 luka yang berdarah, dia tidak tega untuk berkata yang jahat lagi.

Dia menarik tisu, dengan pelan menghapus darah di wajahnya, dengan suara pelan menghiburnya, "Hentikan, aku tau hatimu akan berubah, tidak apa-apa, ribut main-main saja tidak apa-apa."

"Aku bukan sedang ribut main-main, aku serius." Kata Manda dengan yakin.

"Manda, aku bagaimana padamu kamu sudah tau, alasanku mengeluarkan uang dan tenaga untuk keluarga Atmaja, bukankah semua karenamu? Sebenarnya kamu mau aku bagaimana agar kamu bisa percaya kalau aku tulus padamu?"

"Tanu, terimakasih, aku sangat berterimakasih semua yang sudah kamu lakukan untukku, tapi, apa kamu bahagia seperti ini? Aku tidak mencintaimu."

"Nantinya pasti bisa."

"Tidak akan."

"BIsa!"

"Selamanya tidak bisa."

"........Manda, ku peringatkan, kamu jangan ribut lagi, barang yang kuinginkan, aku tidak akan melepaskannya."

Manda dengan tulus memohon: "Aku sungguh sangat berterimakasih semua bantuanmu kepada keluarga Atmaja, tapi mohon maaf, aku tidak bisa menikah denganmu, aku bisa mengembalikan semua uang padamu, kalau kamu bersedia memberiku waktu untuk mengembalikan uang, maka simpanlah surat utang, kalau tidak bersedia, aku juga bisa langsung mengembalikan padamu."

Tanu tidak bodoh, sebentar saja langsung mengerti, "Rendra yang membantumu bayar kan?"

Manda tidak berbicara, membenarkannya, kalau hanya ada satu jalan ini, dia akan memberikan surat utang pada Rendra."

Tanu menarik nafas dalam-dalam membuat keadaannya menjadi lebih tenang, "Kalau kamu memang begitu mencintainya, kenapa saat itu mau putus dengannya?"

Mata Manda sedikit berair, "Karena.......Karena aku takut membebaninya......"

Ini adalah jawaban yang membuat orang khawatir, untuk pertama kalinya Tanu merasa dirinya sangat kasihan, dia berjuang semampunya demi Manda melakukan sesuatu, tapi masih tidak bisa lebih dari Redra yang tidak melakukan apa-apa.

Dia membuat dirinya sendiri tersentuh, tapi malah tidak bisa membuat Manda tersentuh.

Tanu sudah melakukan maka tidak akan berhenti, membuka kancing kemejanya, menarik kerahnya kesamping, memperlihatkan kepada Manda bekas luka pisau didadanya, dia berkata: "Kalau kamu bisa membuat luka ini menghilang, maka aku akan menyetujui kamu menolak menikah."

Pada saat ini, Maira pulang, dia melihat mobil Tanu yang berhenti di pintu depan, langsung menepis tangan suster, dengan bahagia masuk ke dalam rumah.

"Tanu, Tanu......" Tapi waktu dia masuk ke dalam melihat Tanu memperlihatkan dadanya di hadapan Manda, ada ingatan yang tiba-tiba muncul di otaknya.

Dalam waktu bersamaan muncul juga ada rasa marah pada saat ini.

Kedua mata Maira dengan tajam melihat Manda, dengan jelas berkata: "Manda, kamu datang menggoda Tanu lagi, aku mau membuatmu mati pun tidak akan tenang!"

Maira dengan marah berlari kedepan, di atas teh meja ada sepiring buah, di dalam piring buah ada pisau buah, Maira mengambil pisau buah menusuk ke arah Manda, dia ingin Manda mati.

Nagita yang paling dekat dengan pintu masuk, dan juga waktu Maira mengambil pisau buah harus melewatinya, tapi, dia malah tidak menghentikannya, membiarkan Maira mengarahkan pisau ke Manda.

Manda langsung mundur, dalam kepanikannya, lututnya menabrak sofa, langsung terduduk di atas sofa.

Maira mendekat, pisaunya menunjuk ke arah jantung Manda.

Keadaan sangat mendesak, tangan Tanu menahan pisau buah, "Ergh......."

Pisau itu melewati telapak tangannya, darah merah mengalir di sepanjang pisau.

"Tanu......."

Saat itu, Manda lebih memilih pisau Maira itu mengenai dirinya sendiri.

Tanu menahan rasa sakit dengan kuat, tangannya yang terluka tiba-tiba langsung melepaskan pisau buah, dan juga langsung menahan tangan Maira.

"Ah!!!" Maira berteriak, dia menarik tangannya dari genggaman Tanu dalam waktu bersamaan juga melepaskan pisau buah.

Pisau buah terjatuh, dimana-mana ada darah.

"Darah, darah, darah!" Maira berteriak, sekujur badannya gemetaran, memeluk kepalanya, dengan pelan terduduk ke atas lantai, "Darah, ada banyak sekali darah, Tanu sudah mati, Tanu sudah mau mati! Ah!!!"

Nagita yang melihat, langsung memeluk Maira, "Maira, sudah tidak apa-apa, sudah tidak apa-apa, jangan takut, mama disini."

Tanu tidak tega marah kepada Manda, bukan berarti dia tidak marah, dia menggeram kepada Nagita sepasang ibu anak itu, "Orang gila, keluar untuk menambah keributan apa?! Cepat bawa dia masuk!"

Maira ketakutan sampai menutup telinganya, bersembunyi didalam pelukan Nagita dan gemetaran.

Sedangkan Nagita, menggigit bibirnya, menahan suaranya, berani marah tapi tidak berani bersuara.

Tanu membuka lebar telapak tangannya yang sakit, seluruh telapak tangannya dipenuhi darah.

Manda maju dan menahan telapak tangannya, sambil menangis berkata: "Kamu tahan apa, siapa yang menyuruhmu menanahannya?!"

Tanu malah tertawa, dengan kuat menahan tangan Manda, "Aku menolongmu sekali lagi, jangan berpikir untuk lari dariku, ini utangmu padaku."

"Manda, seumur hidup ini kamu terus berutang padaku, berutang padaku!"

Manda melihat mama dan kakaknya yang berpelukan, merasakan rasa sakit dan benci mereka dengan dalam, juga melihat Tanu yang tulus sampai gila, dengan dalam merasakan kebodohan cinta Tanu pada Manda, hatinya sangat berkonflik dan sakit.

Tiba-tiba, dia membungkuk mengambil pisau buah, menggunakan tangannya menahan tangan Tanu, dengan kuat menusuk ke arah dadanya.

"Manda......."

Novel Terkait

Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
5 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
5 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
5 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
5 tahun yang lalu