Cinta Pada Istri Urakan - Bab 46 Sudah Ketemu (1)

Laras mendorongnya, dalam kegelapan, tiba-tiba dia mengingat dirinya yang menghilang malam itu, orang tua jahat itu memiliki kekuatan dan menggunakan cara yang sama.

Meskipun dia tidak mau mengakuinya, tapi beberapa ingatan di otaknya membuatnya menghubungkannya pada kejadian malam itu.

Itu adalah malam dia yang paling menyakitkan dan pengalaman yang paling menyakitkan.

Dan sekarang, cara Gavin memperlakukannya, membuatnya semakin menderita dan tak tahan.

Yana menghilang tidak ada hubungannya dengannya, tapi menghadapi sekumpulan murid dan guru disekolah di siang hari, dan ditambah dengan tatapan penuh kecurigaan dari pihak kepolisian, membuatnya lebih menderita dan tidak dapat membela diri.

Dan perselisihan dengan Yana sebelumnya juga membuatnya sangat menyesal, entah kenapa menghilangnya Yana membuatnya merasa bersalah.

Merasa bersalah, merasa dirugikan, dan hatinya tidak nyaman.

Melihat Gavin pulang, sebenarnya dia sangat senang, seolah-olah hati yang berkeliaran akhirnya memiliki tempat untuk mendarat, dia bisa mengandalkannya sepenuh hati, meskipun dia masih marah karena Christian.

Pria ini, karena pria lain menciumnya, dia sangat marah bahkan keponakannya juga dipukul, pria pemarah seperti ini, bagaimana kalau tahu istrinya tidak sempurna, dia bisa apa?

Mengingat pertanyaan ini, Laras semakin menolak, bukannya dia yang tidak ingin sekamar dengannya, tapi, dia memang belum siap secara mental, dan——

“Apa ini?”Gavin menyentuh benda tak dikenal, kalau dipegang terasa seperti spons tebal penuh air, dan cairan lengket hangat mengalir keluar, mengalir di tangannya.

“……” Laras yang tidak mendapatkan kebebasan tidak bisa berkata apa-apa, dia marah dan kesal dua kata ini mengekspresikan semuanya, “Kamu tebak?”

Gavin menarik napas berat, tangan kirinya dengan enggan melepaskan pergelangan tangannya dan balik ke lampu di meja samping tempat tidur, lampu menyala terang, memancarkan cahaya kuning hangat yang tidak terlalu terang.

Dia mendorongnya dan mendekati lampu. “Sial!”, dia tidak tahan untuk tidak berkata kasar.

Sejujurnya, Gavin di bawah lampu sangat menawan, saat dia mengucapkan kata-kata kasar, dia juga tampak sangat mempesona, terutama saat dia dalam keadaan terangsang, hormon dia sebagai seorang pria meledak.

Laras berkata dengan polos dan canggung, “Kamu selalu tidak pernah memberiku kesempatan untuk berbicara."

Melihat otot-otot wajahnya yang kejang, Laras sangat sulit untuk mengatakan, “Hari pertama, kuat......”Dia menarik selimutnya dengan malu-malu dan menutupi kepalanya, benar-benar ingin menggali sebuah lubang untuk masuk kedalam.

Gavin juga sama, suaranya menjadi sangat tidak wajar. “Aku pergi ke kamar mandi.”

Laras mengintip dari selimut dengan sepasang matanya, dia hanya melihat pria telanjang, bahkan tidak memakai celana, dia lari, sambil memegang celananya.

“……”sangat bau, ingin marah, tapi juga ingin tertawa.

Terdengar suara air dari dalam kamar mandi, Gavin mandi sampai setengah, seperti mengingat sesuatu, tiba-tiba mengeluarkan kepala, dan bertanya padanya, “Kamu mau menggunakan kamar mandi?”

"Kamu duluan, nanti baru aku mandi.“

“Kalau mau buru-buru pakai saja duluan”

“Tidak buru-buru, kamu saja duluan.”

Kedua orang saling melempar kalimat, mereka merasa konyol, Gavin mengangguk, dan masuk kembali lanjut mandi.

Laras berbaring di kasur, sekarang dia tidak bisa tidur, ada udara panas yang berhembus di langit-langit, itu karena Gavin yang menyalakan AC utama.

Perlahan-lahan, seluruh ruangan terasa hangat, tubuhnya hangat, dan hatinya hangat.

Hal itu, tidak bisa lagi disembunyikan darinya, tiba waktunya diketahui dia, lebih baik diri sendiri yang jujur.

Gavin mandi pakai air dingin, lalu saat keluar di pinggangnya dibalut handuk, butiran-butiran air masih tertempel di otot-ototnya.