Cinta Pada Istri Urakan - Bab 104 Masuk Ke Sarang Harimau

Malam sudah semakin larut, langit malam yang terlihat cerah dihiasi dengan bulan yang bulat sempurna dan dikelilingi oleh bintang-bintang, terlihat sangat indah.

Setelah keluar dari kedai minuman itu, Tuan Black membawa Nimo masuk ke dalam gang kecil yang tidak jauh dari kedai minuman.

Gangnya sangat sempit, lebarnya hanya bisa menampung 2 sampai 3 orang saja, namun sangat dalam, sebuah jalan kecil yang lurus dan juga panjang, angin yang sangat dingin menusuk ke dalam kulit bagaikan ditusuk oleh belati, membuat wajah terasa sakit.

Tuan Black dan Nimo mengenakan masker, topi dari jaket mereka juga dikenakan di atas kepala, mereka terlihat bagaikan dua orang pejalan kaki malam.

Setelah berjalan cukup lama, Nimo bertanya dengan bingung : "Tuan Black, masih berapa lama lagi baru bisa sampai? Di sini sangat dingin."

Karena terlalu sunyi, meskipun Nimo hanya berkata dengan sangat pelan, namun malah terdengar sangat nyaring, Tuan Black menoleh dan berkata, "Sssssttt, jangan keras-keras, kita akan segera sampai."

Nimo mengikutinya lalu mengamati sekeliling tempat itu dengan cermat, lalu perlahan-lahan muncul sebuah peta di dalam benaknya.

Dari kedai minuman belok kiri lalu lurus terus, jalannya tidak bercabang, sepertinya arah ini adalah arah menuju ke suatu tempat yang sejajar dengan kedai minuman itu.

Di sepanjang jalan ini ada bank, pertokoan, hotel dan juga kantor polisi, kantor polisi? Gavin tertegun, kebetulan ada sebuah kantor polisi cabang di jalan ini.

Tuan Black menghentikan langkahnya di depan sebuah pintu gelap yang kecil, "Sudah sampai."

Nimo mendongak dan melihatnya, tempat itu sangat gelap karena membelakangi cahaya bulan, selain langit dan dinding yang gelap gulita, dia tidak bisa melihat apapun lagi, "Di sini gelap sekali, tidak terlihat apapun, apakah ada lampu?"

"Tidak ada, kamu hati-hatilah saat berjalan, lewat sini."

Nimo dan Tuan Black berdiri berdampingan di atas satu anak tangga, Tuan Black mengetuk pintu lalu berkata : "Sudah mau hujan, pelangi sudah keluar."

Setelah terdiam selama 3 detik, tiba-tiba dari dalam terdengar suara "cklek", ada orang yang datang membukakan pintu.

Pintu terbuka sedikit, dari celah itu terlihat sebuah sinar, dengan bantuan sinar itu, Nimo melihat sebuah bayangan hitam yang tinggi besar dari balik pintu.

"Bos Navi, ini aku, aku membawa orang datang kemari."

"Masuk dan bicaralah."

Pintu terbuka lebar, Tuan Black masuk ke dalam, Nimo juga ikut masuk dengan tidak sabar, di saat dia masuk, dia menekan sesuatu di dinding samping pintu untuk meninggalkan sebuah tanda yang tersembunyi.

Setelah masuk ke dalam rumah, di dalam ada sebuah ruangan yang terlihat lebih pendek dibandingkan dengan ruangan pada umumnya, di dalamnya terdapat 1 ranjang, 1 lemari dan 1 meja, tidak besar, namun karena barangnya sedikit, maka ruangannya terlihat kosong.

Melihat bentuknya, sepertinya ini adalah sebuah ruangan kecil di samping tangga di sebuah villa bergaya kuno.

Lewat cahaya lampu yang terang, Nimo akhirnya dapat melihat jelas wajah orang itu, dia akhirnya juga sudah memastikan dugaannya selama ini kalau Lembu adalah Navi, Navi adalah Lembu.

Lembu yang sekarang ini terlihat lebih kurus dibandingkan dengan foto identitas yang dia lihat saat sedang melakukan pemeriksaan terhadapnya, wajahnya terlihat lebih jelas, terlihat lebih mirip dengan wajah Navi yang berada di dalam ingatannya.

Dia berdiri di tempatnya dan berusaha memastikannya berkali-kali, kemudian dia juga berkata, "Tuan Black, kenapa dia tidak sama dengan bos Navi di foto yang paman keempat perlihatkan kepadaku?"

Tuan Black mengerutkan keningnya lalu memarahinya : "Hei, apa maksudmu? Apakah kamu sedang mencurigaiku, atau sedang mencurigai bos Navi?"

Nimo berkata dengan hati-hati : "Aku hanya ingin memastikannya."

Bos Navi adalah orang yang penuh dengan kecurigaan, awalnya dia yang curiga terhadap Nimo, namun sebaliknya malah dia yang dicurigai terlebih dahulu olehnya, dia merasa pemuda itu sangat menarik dan membuatnya mengurangi kecurigaannya terhadap pemuda itu.

Tuan Black : "Bos Navi, ini adalah Nimo yang paman keempat tunjuk untuk diselamatkan, aku sudah berhubungan dengannya selama lebih dari setengah bulan, dia sudah disiksa oleh polisi, jadi otaknya tidak begitu baik."

"Menerima penyiksaan seperti itu saja sudah membuat otaknya tidak benar?" kecurigaan bos Navi seketika semakin menguat, dia menilai Nimo dari atas ke bawah, "Kamu sangat tinggi, pria tua itu sangat memandang penting dirimu bukan?"

Nimo tertawa dengan rendah hati, "Biasa saja, biasa saja, aku hanya seseorang yang bersedia mati untuk paman keempat."

Kalimat bersedia mati untuk paman keempat menunjukkan kesetiaannya kepada paman keempat, pantas saja paman keempat memberikan barang yang begitu penting kepadanya untuk dia simpan, pantas saja paman keempat berusaha untuk mengeluarkannya dengan segala macam cara.

"Pria tua itu saat ini ada dimana?"

Jawaban Nimo masih sama seperti apa yang dia katakan kepada Tuan Black : "Selama ini selalu hanya paman keempat yang menghubungiku, aku tidak bisa menghubungi paman keempat, mungkin dia tahu kalau aku sudah aman, jadi dia tidak pernah menghubungiku lagi."

Kecurigaan Bos Navi semakin bertambah, "Sudah begitu lama namun pria tua itu masih belum menghubungimu sekalipun?"

Nimo menggeleng.

Di saat ini, bos Navi tiba-tiba mengeluarkan pistolnya dan langsung menodongkannya ke pelipis Nimo, Nimo segera mengangkat kedua tangannya, matanya menyiratkan rasa takut, namun dia tetap mempertahankan sikap sopannya, "Bos Navi......bi bicara baik-baik, bicara baik-baik, jangan menodongku dengan pistol, hati-hati jangan sampai tidak sengaja menembaknya....."

"Pria tua itu makan dengan tangan kiri atau tangan kanan?"

"Tangan kanan, paman keempat tidak kidal."

"Apa makanan kesukaan pria tua itu?"

"Paman keempat tidak mempunyai makanan yang benar-benar dia sukai, dia tidak pilih-pilih makanan, dia hanya lebih suka makan ikan saja."

"Berapa minus mata kanannya?"

"Hampir buta, untung saja mata kirinya lebih baik, dia tidak memiliki minus dan juga tidak rabun jauh."

Akhirnya bos Navi menurunkan pistolnya perlahan-lahan, Tuan Black yang berada di samping menghela nafas lega.

Nimo menghela nafas lega, lalu dia tertawa kering dan bertanya : "Apakah bos Navi masih mempunyai pertanyaan yang ingin ditanyakan?"

Untung saja dia sudah memahami situasi paman keempat terlebih dahulu, jika tidak, maka dia akan benar-benar sulit melewati pertanyaan-pertanyaan ini, mengenai makanan apa yang disukai oleh paman keempat, itu benar-benar adalah tebakannya saja, dia bergantung kepada keberuntungannya.

Kelihatannya dia cukup beruntung.

Bos Navi hampir bisa dibilang tidak bertanya macam-macam lagi, hal-hal kecil yang merupakan kebiasaan pria tua itu tidak akan diketahui oleh orang yang tidak dekat dengannya, "Kalian tunggu sebentar." setelah berkata seperti itu, dia berbalik dan melangkah ke samping ranjang.

Tuan Black menatap Nimo lalu menunjuk dahinya sendiri dengan jarinya, terlihat sesuatu yang berkilau di bawah cahaya lampu, itu adalah keringatnya.

Tuan Black berkata tanpa suara : "Saudara Nimo, kamu hampir membuatku mati terkejut."

Nimo tertawa ke arahnya untuk menenangkannya.

Navi mengeluarkan sebuah kotak dari bawah bantal lalu membukanya, di dalamnya berisi sebuah pena laser yang lebar dan datar, ujung penanya juga lebar dan datar.

Dia berbalik dan berjalan menghampiri mereka sambil berkata : "Di mana chipnya? Aku mau memeriksanya sebentar."

Nimo sedikit ragu, "Periksa di sini?"

"Benar sekali, hanya dengan memeriksanya sebentar, aku bisa segera tahu apakah pria tua itu membohongiku atau tidak." Saat bos Navi melihatnya ragu-ragu, dia mulai curiga kembali, "Kenapa, kamu tidak berani? kamu bukan Nimo?"

Nimo menghela nafasnya dan berkata : "Demi keamanan chip itu, paman keempat menanamkan chip itu ke dalam kulit tanganku, aku tidak tahu apakah dapat diperiksa atau tidak."

"Dimana?"

Nimo menggulung lengan bajunya, di bawah lengannya yang berotot dan keras ternyata benar-benar ada sepotong benda yang keras, sebuah benda berbentuk persegi yang sangat kecil, jika tidak melihatnya dengan teliti, maka tidak akan terlihat, hanya jika dia menunjukkannya maka baru akan terlihat, "Disini."

Navi langsung menarik lengannya tanpa basi-basi dan menyinarinya dengan pena laser, benda kecil berbentuk persegi di dalam kulitnya ternyata benar-benar mengeluarkan cahaya berwarna ungu muda.

Saat ini, barulah Navi benar-benar percaya kepadanya.

Nimo menghela nafasnya diam-diam, jika dia tidak masuk ke sarang harimau, bagaimana dia bisa mendapatkan harimaunya, lalu jika ingin masuk ke dalam sarang harimau untuk mendapatkan harimaunya, bagaimana bisa jika dia tidak mempersiapkan dirinya?!"

Tuan Black tidak pernah melihat barang yang begitu aneh dan langka seperti ini, di bawah lengan seseorang ternyata bisa menyembunyikan sebuah barang, bahkan bisa mengeluarkan cahaya, "Barang apa?" dia juga menarik lengan Nimo untuk melihatnya dengan lebih jelas.

Namun setelah tidak disinari oleh pena lasernya, sama sekali tidak terlihat sesuatu yang aneh dengan lengan Nimo, apalagi bersinar.

Navi memarahinya dengan dingin, "Tidak usah menanyakan hal yang bukan urusanmu," dia melirik Nimo dan berkata, "Sembunyikan dengan baik, jangan biarkan orang lain melihatnya."

"Oh." Lalu Nimo bertanya sembari menurunkan lengan bajunya kembali, "Bos Navi, ini barang apa? saat paman keempat menanamkan chip ini kedalam lenganku, dia hanya berkata kalau ini adalah barang yang sangat penting, lalu tidak berkata apapun lagi."

"Bagaimana mungkin dia memberitahumu? yang jelas ini adalah barang yang sangat penting, karena barang ini, maka nyawamu juga sangat penting, jadi kamu harus benar-benar menjaga dirimu dengan baik, sekarang ini kamu sangat berharga."

Nimo berpura-pura tidak begitu mengerti lalu mengangguk dengan bingung, "Oh."

"Jika pria tua itu menghubungimu, maka langsung segera beritahu aku, saat ini aku juga tidak bisa menghubunginya."

"Oh."

"Kamu sampaikan kepadanya kalau aku saat ini benar-benar membutuhkan bantuannya, minta dia untuk sesegera mungkin datang menemuiku, aku sudah tidak tahan tinggal di tempat yang bobrok ini."

"Oh."

Saat Navi melihatnya hanya terus mengangguk dan tidak bisa mengatakan hal yang lain selain "oh", dia berkata dengan nada bicara yang terdengar mengejek : "Apakah kamu benar-benar sudah disiksa oleh para polisi sampai membuat otakmu bermasalah?"

Nimo tertawa dan merapikan rambutnya, "Tidak, mana mungkin!"

Navi mengisyaratkan sesuatu lewat matanya kepada Tuan Black lalu memerintahkan : "Layani saudara Nimo dengan baik, jangan sampai terjadi apapun terhadapnya, apakah kamu mengerti?"

Tuan Black terus mengangguk, hatinya diam-diam merasa gembira karena sudah bisa melindungi harta karun yang asli.

"Kalau begitu kalian pergi saja, tetap berhubungan denganku."

"Baiklah." Tuan Black kembali membawa Nimo pergi dari sana dengan tergesa-gesa, lalu kembali lewat jalan yang tadi.

Saat melaluinya sekali lagi, Nimo semakin yakin akan posisi tempat ini, tempat yang kira-kira berjarak 1 km dari kedai minuman itu adalah sebuah kompleks bangunan kuno, semuanya sudah dimiliki oleh pemerintah.

Maju sedikit lagi adalah sebuah kantor polisi cabang bagian timur kota, kedua bangunan ini hanya dibatasi oleh sebuah pagar pembatas.

Orang yang dapat menampung Navi jika bukan orang pemerintahan maka adalah orang dari kantor kepolisian.

Semakin dipikirkan semakin terasa sangat menakutkan.

Novel Terkait

Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
4 tahun yang lalu
Baby, You are so cute

Baby, You are so cute

Callie Wang
Romantis
4 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
5 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu