Cinta Pada Istri Urakan - Bab 181 Istriku Sudah Mengkhianatiku?

Tanu menggunakan lidahnya untuk menjilat bagian dalam pipinya yang sakit, meskipun dia diam-diam mengagumi Laras, namun biar bagaimanapun juga dia sudah ditampar oleh wanita, jadi dia harus menunjukkan kejantanannya dengan sedikit menakutinya.

"Laras, kamu tidak berhak untuk mencampuri urusanku." teriakannya ini membuat seluruh lorong bergema.

Meskipun demikian, Laras tidak merasa takut sedikitpun, "Iya, aku memang tidak perlu mengurus urusanmu, tapi aku harus mengurus urusan Maira, kalian berdua sudah bersalah kepada kakakku, jadi aku harus mengurusnya."

Saat Yunar melihat sikap Tanu, dia memaki Laras dengan sangat kasar, "Laras, kamu jangan sok suci dengan mencoba untuk menyalahkanku, siapa yang tahu bagaimana caramu memanjat ke atas ranjang Gavin, dengar-dengar gosip mengenai dirimu di kampus sangat banyak sekali, saat kamu mengkhianati Gavin apakah kamu pernah menanyakan persetujuannya?"

Laras melambaikan tangannya untuk menamparnya sekali lagi, Yunar sangat takut sampai-sampai langsung memeluk kepalanya dan duduk di atas lantai sambil terus mundur ke belakang, dia benar-benar terlihat menyedihkan.

Akan tetapi dia merasa tidak terima, karena dia merasa mempunyai dukungan dari Tanu, dia segera bangkit berdiri dari atas lantai.

Setengah tubuhnya bersembunyi di belakang Tanu, mulutnya masih sangat berbisa, dia memaki Laras : "Laras, kamu bertindak begitu sombong seperti ini juga karena ada keluarga Pradipta di belakangmu bukan, kamu tunggu saja, keluarga Pradipta sudah hampir jatuh, jika hal itu sudah terjadi, aku mau lihat apakah kamu masih bisa bersikap sesombong ini!"

Laras mengancamnya : "Coba saja jika kamu berani mengatakan omong kosong lagi?"

"Huh, Maira saja tidak keberatan akan hal ini, apa hakmu untuk ikut campur urusan kami, lebih baik kamu kembali dan menikmati kehidupan nyonya mudamu yang sudah tidak lama lagi itu."

Pada saat ini, Gavin melangkah keluar dari belokan dan menatap Yunar dengan garang.

Dia dari tadi sudah berada di belakang, hanya saja tidak secepat Laras, selain itu sebenarnya dia tidak mau ikut campur sama sekali.

Tapi dia tidak menyangka kalau telinganya akan mendengar perkataan-perkataan kotor seperti ini.

Dia mencecarnya : "Siapa yang memberitahumu kalau keluarga Pradipta akan segera jatuh?"

Suara yang tiba-tiba datang ini bagaikan suara yang keluar dari dewa neraka, suram dan mengerikan, dingin dan tidak berperasaan.

Koridor yang dari awal memang sudah dingin dalam seketika suhunya terasa semakin turun beberapa derajat, begitu dingin sampai membuat orang menggigil.

Kaki Yunar terasa lemas, dia berseru terkejut lalu langsung bersembunyi di belakang Tanu.

Tatapan mata Gavin menusuknya, dia kembali bertanya : "Lalu siapa yang memberitahumu kalau istriku sudah mengkhianatiku?"

Tanu juga merasa sangat takut, dia bagaikan terlihat lebih pendek satu kepala, dia tidak tahu dirinya yang sedang gemetar atau Yunar yang sedang mencengkram lengan bajunyalah yang sedang gemetar.

Tanu benar-benar tidak tahan ditatap seperti itu, biar bagaimanapun Gavin adalah tentara dan pernah bertempur membunuh musuhnya, suaranya terdengar lebih lembut, "Hehehehe, adik ipar......eh bukan, Jenderal Pradipta, aaaaaku tidak pernah berkata seperti itu, dia yang mengatakannya."

Yunar didorong keluar oleh Tanu, dia bahkan tidak berani mendongakkan kepalanya.

Menghadapi satu orang Laras saja Yunar sudah tidak tahan, apalagi ditambah dengan Gavin, dia langsung berlutut di lantai karena takutnya, "Jejeje....Jenderal Pradipta, bukan, aku tidak bermaksud berkata seperti itu."

Gavin juga malas untuk meladeni orang tidak berguna seperti ini, dia menoleh dan berkata kepada Laras : "Telepon ke keluarga Atmaja, suruh mereka datang untuk mengatasinya sendiri."

Tidak lama kemudian Maira bergegas datang ke president suite hotel.

Benar sekali, dia datang sendirian, Rama dan Nagita tidak datang.

Tunangan putrinya berselingkuh dengan teman baik putrinya di hari pertunangan mereka, hal yang sangat keterlaluan seperti ini, tidak disangka-sangka pasangan suami istri Atmaja yang selama ini menyayangi putrinya bagaikan permata itu ternyata tidak datang.

Maira berdandan dengan memukau seperti biasanya, namun foundation yang tebal itu tetap tidak dapat menutupi lingkaran hitam di bawah matanya.

Begitu dia sampai, dia langsung melihat Gavin yang sedang duduk di atas sofa dan menonton berita dengan santai, dia terlihat tidak ingin ikut campur, Laras melipat kedua tangannya di depan dada dan menatap kedua orang yang di hadapannya.

Sedangkan Tanu tetap menunjukkan wajah tidak peduli, karena dia tahu kalau Gavin tidak akan mungkin ikut campur urusan seperti ini.

Hanya Yunar yang menundukkan kepalanya dan berdiri jauh di belakang Tanu, seolah-olah dengan berbuat seperti itu dapat menghapuskan hubungannya dengan Tanu.

Begitu Maira masuk ke dalam, dia langsung melangkah ke hadapan Gavin dan meminta maaf : "Jenderal Pradipta, maaf karena sudah membuat anda melihat hal ini, tapi ini adalah persoalan keluarga kami, aku berharap anda membiarkanku untuk mengatasinya sendiri."

Gavin tidak bereaksi sama sekali, tatapan matanya sama sekali tidak berpindah dari berita di televisi.

Saat Laras mendengarnya, dia melangkah maju dan berkata : "Kak Maira, kamu harus memikirkan kembali soal pernikahan ini, mereka....."

"Laras”, Maira memotong perkataannya, "Bisakah kamu membiarkanku untuk mengurusnya sendiri?"

".......Kak!!"

"Aku berterima kasih padamu, tapi biarkan aku yang mengurusnya, bisakah?"

Laras menghirup nafas dalam-dalam beberapa kali, setelah itu barulah dia menenangkan emosinya, dia menoleh menatap Gavin, namun ekspresi Gavin terlihat bagaikan sedang berkata "Sudah kubilang bukan", jadi dia sudah pasti tidak mau mengurusnya.

"Baiklah, aku tidak akan mengurusnya.....kak, jika perlu sesuatu telepon saja, kapanpun itu, aku akan langsung datang."

Pada saat itu mata Maira tiba-tiba memanas, adik yang dari kecil sampai besar sudah ditindas olehnya ini, tidak disangka-sangka malah menjadi satu satunya orang yang membelanya.

Pantas saja Manda selalu berkata, kalian semua tidak ada yang memiliki hati selapang Laras.

Dia mengangguk : "Ok."

Laras menggandeng Gavin dan pergi dari sana.

Di kamar yang besar itu hanya tersisa 3 orang yang terlibat di dalamnya, Maira berdiri di samping jendela, dia merasa kalau cahaya matahari hari ini sangat menusuk mata.

Dia sedikit menyipitkan matanya, tatapan matanya terfokus kepada bayangan pasangan tidak tahu malu yang sedang saling mendorong lewat pantulan jendela.

Karena mereka tidak mengatakan apapun, maka dia yang akan berkata terlebih dahulu.

"Yunar, bagaimana sikapku terhadapmu?"

"........" Yunar menggigit bibirnya dan diam tidak mengatakan apapun, biar bagaimanapun dia yang salah dalam hal ini, mau berkata seperti apa juga tetap saja dia yang salah.

Namun siapa yang menyangka kalau Tanu langsung berkata : "Maira, itu dia, dialah yang sudah menggodaku."

Yunar tiba-tiba membelalakkan kedua matanya dan menatap pria ini dengan tatapan tidak percaya.

"Aku terlalu banyak minum kemarin, setelah kalian pergi, aku muntah cukup lama di depan pintu hotel, aku duduk di sana karena tidak bisa berdiri, kemudian aku sama sekali tidak ingat kejadian setelah itu, sampai pagi ini aku terbangun dan menemukan wanita ini di atas ranjangku."

"Maira, kamu tahu bukan kalau kemarin aku minum begitu banyak, aku sendiri sudah tidak begitu ingat apa yang sudah terjadi kemarin malam."

"Pagi ini begitu aku terbangun dan melihat wanita ini, aku sudah berpikir kalau habislah aku, jadi aku terpikir untuk sesegera mungkin menyuruhnya pergi, aku berbuat seperti itu juga karena takut dia mengatakan sesuatu kepadamu, aku sudah melihat banyak sekali trik-trik yang dilakukan untuk mendapatkan sesuatu seperti ini, karena itu aku tidak ingin membiarkannya berhasil."

"Maira, aku benar-benar sangat takut kehilanganmu.......tapi, bagus juga jika kamu sudah mengetahuinya, jadi aku tidak perlu lagi menyembunyikannya dengan susah payah."

Setelah Tanu menyelesaikan ucapannya, Yunar bereaksi dengan lebih keras dibandingkan dengan Maira.

Dia bergegas ke depan dan menarik tangan Maira, lalu berkata dengan panik : "Maira, dia berbohong, hubungan persaudaraan kita selama bertahun-tahun kamu yang paling mengerti diriku, bagaimana mungkin aku bisa berinisiatif untuk menggodanya? Iya, aku memang sudah bersalah kepadamu, tapi aku sama sekali tidak berinisiatif untuk menggodanya, dia duluan yang menggodaku."

Seluruh tubuh Maira bergetar karena sangat emosi, dia mengibaskan tangan Yunar dengan sekuat tenaga, kemudian dia langsung memukulkan tas yang ada di tangannya ke kepala Yunar.

"Akhhh...." bagian luar tas itu dipenuhi dengan hiasan paku-paku yang cukup tajam, Yunar segera menggunakan tangannya untuk menutupi wajahnya, namun sudah terlambat, darah segar yang berwarna merah perlahan-lahan mengalir keluar dari sela-sela jarinya, melewati lengannya lalu terus mengalir ke bawah.

"Tidak perlu mengatakan apapun lagi, hubungan persaudaraan kita berakhir sampai disini." Maira berbalik dan menatap Tanu lalu bertanya, "Dia atau aku, kamu pilih salah satu."

"Tentu saja kamu, asalkan kamu bersedia memberikanku kesempatan sekali lagi, aku pasti akan mencintaimu dan memanjakanmu seumur hidupmu."

"Baiklah, kalau begitu ayo kita pergi." setelah itu Maira menggandeng lengan Tanu dan melangkah keluar dari dalam kamar tanpa menoleh sama sekali.

Dahi Yunar terluka, meskipun darahnya mengalir keluar memenuhi lantai, tidak ada orang yang mempedulikannya, dia hanya bisa melihat punggung 2 orang yang berjalan menjauh dengan acuh tak acuh itu menghilang dari pandangannya.

Maira, Tanu dan juga Laras, kita lihat saja nanti, aku pasti akan membuat kalian semua membayar segala penderitaan yang aku alami hari ini.

Novel Terkait

Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
3 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
4 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu