Cinta Pada Istri Urakan - Bab 157 Ini Adalah Musimnya Mencari Cinta

Setelah Anna kembali ke rumah, dia langsung mengeluh kepada suaminya, namun kemudian dia berkata lagi : "Kepala pelayan Dewa bukanlah orang yang bodoh, dia sudah bekerja di keluarga Pradipta selama puluhan tahun, aku juga bisa mempercayainya, dia adalah orang yang melihat Gavin tumbuh besar, jika gadis itu benar-benar tidak mempunyai kelebihan apapun, Dewa juga tidak akan melindunginya sampai seperti itu. Kamu tidak tahu saja, tadi begitu aku masuk, semua orang menganggapku sebagai orang jahat yang menerobos masuk ke sana, mereka semua bersatu untuk melindungi nyonya mereka, aku malah menjadi orang jahat di mata mereka."

Allan sedang menscroll ipadnya untuk melihat berita hari ini, meskipun dia masih sedikit belum terbiasa, namun dia mau tidak mau harus mengakui kalau menggunakan ipad terasa lebih mudah dan juga lebih jelas dibandingkan dengan membaca koran secara tradisional.

Dia berkata dengan santai : "Aku sudah bilang padamu untuk tidak mengurus urusan Gavin lagi, tapi kamu tetap saja ingin mengurusnya, putra kita sudah sebesar itu, dia juga sudah mempunyai keluarganya sendiri, kita sudah tidak bisa ikut campur urusannya lagi."

Anna menghela nafas berat, "Huff, iya, putra kita melindungi gadis itu seperti melindungi jantungnya sendiri, jika ada yang berani menyentuh seujung kukunya saja dia segera menggigit orang itu seperti iblis gila yang sedang melindungi istrinya, bahkan aku yang ibunya saja juga mau digigitnya."

Mata Allan masih terus terpaku kepada ipadnya, namun dia mengulurkan satu tangannya lalu menggenggam tangan istrinya dengan erat sambil berkata : "Putra kita mirip denganku, iblis gila yang melindungi istrinya."

Anna yang sudah marah seharian tiba-tiba tertawa kencang, begitu dia tertawa, segala yang membuatnya kesal serasa menghilang, "Sudahlah, kita tidak usah ikut campur urusan pasangan suami istri muda itu, nanti setelah Laras melahirkan cucu buat kita, aku sendiri yang harus mengajarinya, tidak boleh seperti Laras yang suka bersikap kurang ajar itu."

Mata Allan seketika berbinar, dia mendongak dan menatap istrinya, "Boleh juga, kamu sering-seringlah mendesak mereka untuk cepat-cepat punya anak, jika mereka sibuk tidak apa-apa, cucu-cucu kita biarkan kita saja yang mengurusnya."

"Baiklah."

-------

Musim semi di Jakarta penuh dengan bunga yang bermerkaran, kucing-kucing kecil berjalan-jalan di tengah-tengah semak-semak bunga, miau miau, mereka mengeong mencari pasangannya.

Ini adalah musimnya semua orang mencari cinta.

Kucing bahkan seperti itu, maka manusia juga sama.

Setelah menahan diri begitu lama, akhirnya Manda tidak bisa menahan dirinya lagi, menunggu korbannya jatuh ke tangannya dengan sendirinya bukan merupakan gayanya.

Hari itu, begitu dia menerima "laporan" dari Laras, Manda langsung memutuskan untuk menyusulnya ke rumah Gavin

"Orangnya mana?" begitu sampai di sana, Manda langsung melihat ke segala arah, namun saat dia tidak melihat keberadaan Rendra, dia merasa sedikit kecewa.

"Sedang di ruang baca membicarakan masalah pekerjaan dengan suamiku." saat Laras melihat dandanannya yang terlihat begitu dewasa, matanya langsung terbelalak, "Kenapa kamu berpakaian seperti ini?"

"Kenapa, tidak bagus yah?"

Manda sengaja meminjam gaun dari lemari pakaian kakaknya, sebuah mini dress berwarna hitam bermodel kemben pas badan, model yang paling sederhana namun juga paling menonjolkan lekuk tubuhnya, untuk luarannya, dia mengenakan jaket kulit lengan panjang berwarna merah.

Kakinya mengenakan sepasang sepatu hitam berhak tinggi, itu juga kepunyaan kakaknya, dia dan Laras yang awalnya sama tinggi, sekarang malah terlihat lebih tinggi setengah kepala daripada Laras, benar-benar terlihat bedanya.

Tubuh gadis-gadis di keluarga Atmaja memang sangat proposional, meskipun Manda tidak semenakjubkan kakaknya, namun tubuhnya juga sangat indah dengan lekukan-lekukan di tempat yang seharusnya.

Yang terutama adalah dia membuat rambutnya menjadi bergelombang, bahkan dia juga memakai make-up, bibir merahnya yang penuh terlihat sangat seksi dan menggoda.

Laras tidak bisa mengatakan itu bagus atau tidak, hanya saja dia merasa Manda yang seperti ini benar-benar bagaikan orang yang berbeda dengan Manda yang biasanya.

"Bagus atau tidak?" Manda mencecarnya dengan pertanyaan itu, "Jawab sejujurnya."

"Bagus sih bagus, tapi kamu yakin kalau dia menyukai tipe wanita yang seperti ini?"

Tatapan Manda terlihat memberat, dia cemberut dan berkata dengan muram : "Yang jelas dia tidak menyukai tipeku yang seperti biasanya."

"Bagaimana kamu bisa tahu?"

"Waktu itu dia bahkan tidak ingat namaku."

"Baiklah."

"Coba kamu lihat apakah mereka sudah keluar."

Laras merasa sedikit kesulitan, "Ini....sepertinya tidak terlalu baik ya...."

"Kebahagiaan kakakmu ini aku serahkan ke dalam tanganmu, memangnya kamu tega aku sendirian sampai tua nanti? Kamu sendiri sudah menemukan pasangan hidupmu, masak kamu tega kakakmu ini kesepian seumur hidupnya? Aku......"

"Stop!" Laras merasa tidak berdaya karena terus didesak oleh Manda, "Ya sudah aku pergi, ok?"

"Iya, iya, ayo cepat pergi." setelah itu Manda segera mengeluarkan peralatan make upnya dari dalam tas.

Laras menggeleng melihatnya, lalu berbalik dan melangkah ke atas.

Baru saja sampai di lantai atas, pintu ruang baca tiba-tiba terbuka, Rendra dan Gavin keluar dari sana, saat Laras bertemu dengan mereka, dia tertawa dengan canggung lalu berkata : "Sudah selesai bicaranya? Hehehe, kakak pertama tinggal untuk makan siang yah, sekarang sudah hampir waktunya untuk makan siang."

Rendra menolaknya dengan halus : "Terima kasih, tapi aku masih ada urusan lain yang harus dikerjakan, lain kali baru ikut makan."

"Oh oh, hehehe."

Gavin melangkah maju dan merangkul bahu Laras, kemudian dia melihatnya dengan teliti, setelah itu dia bertanya dengan pelan : "Ada apa? Kamu bersikap aneh."

Laras tidak enak untuk mengatakannya, jadi dia hanya menggunakan tatapan matanya dan juga dagunya untuk mengisyaratkan ruang tamu bawah.

Gavin menoleh dan melihat ke bawah, dia terlihat terkejut, "Itu siapa?"

"Manda."

"........" Gavin benar-benar tidak mampu berkata-kata, dia memasang wajah yang datar sambil memelototinya, tatapan matanya bagaikan sedang mengatakan--"Benar-benar tidak masuk akal."

Laras hanya bisa menatapnya dengan tatapan meminta maaf.

Rendra yang berada di depan sudah turun selangkah terlebih dahulu, saat dia melihat wanita yang ada di bawah, pada awalnya dia mengira kalau itu adalah tamu Gavin, namun saat dia menatapnya dengan lebih teliti, semakin dilihat dia semakin merasa familiar dengan wajahnya, hanya saja dia tidak berani memastikannya, sampai Manda menyapanya terlebih dahulu, barulah dia menyadarinya--ini adalah Manda.

"Kak Rendra, kebetulan sekali kamu juga berada disini."

Rendra : "........"

Gavin : "........"

Laras : "........" Manda, kamu bisa berpura-pura dengan lebih alami sedikit tidak!

Manda tersenyum cerah dan menatap Rendra, alam bawah sadar Rendra tanpa sadar menolaknya, dia turun ke bawah sambil berkata dengan tenang : "Emm, kebetulan sekali, aku sudah mau pergi, kamu duduk saja disini."

Manda segera melangkah ke depan dan bertanya : "Kamu mau pergi ke mana?"

".......kembali ke kantor." akhirnya Rendra sudah sampai di bawah dan bertatapan dengan Manda, dia benar-benar salut sama gadis kecil ini, meskipun sekarang sudah masuk musim semi, namun tetap tidak panas sampai bisa memakai rok sependek ini bukan? Hais, anak muda zaman sekarang, hanya memperhatikan penampilan saja, tidak memperhatikan kesehatannya sendiri.

Manda mengerutkan keningnya lalu segera berkata : "Benar-benar kebetulan sekali, aku kebetulan juga mau pergi ke perpustakaan yang ada di sebelah gedung pemerintahan, kak Rendra, apakah aku boleh menumpang di mobilmu? .......hehe, mobilku sedang di service, hari ini aku tidak membawa mobil kemari."

Laras tiba-tiba menyadari sesuatu, pantas saja dia naik taksi kemari.

Karena Manda sudah berkata seperti itu, Rendra juga tidak enak menolaknya, "Kamu tidak berada disini sedikit lebih lama lagi? Sudah hampir waktunya makan, kamu tidak makan dulu baru pergi?"

"Tidak, kapan-kapan aku masih bisa makan, tapi jarang-jarang aku bisa menumpang di mobil kak Rendra."

"Oh, baiklah, kalau begitu.....ayo kita pergi."

Manda diam-diam merasa sangat gembira, matanya terlihat bersinar dan mengikuti kemana Rendra pergi sambil mengulurkan tangan melambai ke belakang, "Bye-bye Laras, sampai jumpa adik ipar, aku pergi dulu, tidak usah mengantarku."

Rendra yang berjalan di depan : "......."

Gavin yang berdiri di belakang : "......."

Dan juga Laras : "......." benar-benar tidak menyangka kalau Manda sama tidak tahu malunya denganku.

Setelah mereka sudah berjalan menjauh, Gavin bertanya dengan muram : "Apa yang sedang kalian lakukan?"

Laras mengangkat bahunya lalu menatap Gavin dengan ekspresi "Seperti yang kamu lihat barusan" sambil berkata : "Aku sudah pernah membujuknya, tapi dia tidak mau mendengarkanku, sama seperti dirimu, bukankah kamu tidak mau mendengarkan orang-orang yang menentang kita menikah dan memaksa untuk tetap menikahiku?"

"......." Gavin tidak bisa berkata apapun untuk menyangkalnya.

Laras seperti anak kucing yang menempelkan tubuhnya kepada tubuh Gavin lalu bertanya dengan lirih : "Kamu merasa dandanan Manda hari ini bisa memenangkan hati kakak pertama tidak?"

"Aku tidak tahu mengenai hal ini, aku hanya tahu kalau kamu berani keluar dengan mengenakan pakaian seperti itu, aku pasti akan mematahkan kakimu."

"........."

Novel Terkait

Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
4 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
3 tahun yang lalu
Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
3 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
3 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
4 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu