Cinta Pada Istri Urakan - Bab 688 Ini Sama Saja Sebuah Jebakan

Laras tersenyum kecil, "Waktu itu aku memang sangat konyol, sekarang aku berpikir, kalau nanti Bobi membawa seorang gadis nakal seperti itu, aku juga pasti akan marah."

Tatapan Allan menjadi lebih lega, menghela nafas: "Baguslah kalau kamu bisa mengerti kami."

"Sudah menjadi orang tua, baru tau kesulitan orang tua membesarkan kita, beberapa tahun ini aku sudah melewati banyak hal, membawa Nana dan Bobi, aku juga tau menjadi orang tua tidaklah muda, pa, sekarang seperti ini aku sudah sangat sangat puas."

"Baik, baik." Allan lega sekali.

Gavin datang saat hari sudah malam, begitu datang langsung dipanggil Allan ke ruang kerja, berbicara dalam waktu yang sangat lama, Anna yang terus mendesak mereka makan malam, mereka baru keluar.

Allan berjalan lambat, Gavin dengan sabar selangkah demi selangkah memapahnya jalan, dulu kedua papa dan anak ini begitu bertemu pasti bertengkar, bahkan jumlah mereka makan bersama atau minum teh bersama sedikit sekali, sekarang hubungan mereka semakin membaik, saling bergandengan tangan juga tidak merasa bosan.

Di ruang tamu, Laras sedang membersihkan wajah dan tangan anak-anak, bermain sampai seluruh tubuh mereka bau keringat, telapak tangan mereka juga hitam sekali.

"Menyuruh kalian menggali ikan loach di teras pot bunga, apa kalian mendapatkannya? Sampai kotor seperti ini, lihat nanti bagaimana papa kalian memarahi kalian."

Nana tertawa terkikik, mengoreksi: "Mama, yang didalam kolam baru namanya ikan loach, yang di teras pot bunga namanya cacing tanah."

"......Apa tidak boleh salah berbicara sebentar? Kamu menggali cacing tangan kamu masih punya alasan?" Laras membilas handuk, lalu membersihkan wajah putrinya, "Kamu lihat wajahmu, sudah seperti wajah kucing, hitam sekali seperti pengemis kecil."

Nana sama dengan Laras, adalah gadis yang berterus terang, begitu tidak hati-hati langsung membocorkan, "Kemarin kakek membawa kami pergi ke kolam menggali akar teratai dan menangkap ikan loach, badan kami sampai penuh lumpur, kakek saja tidak ada memarahi kami."

"Kamu......" Laras baru saja mau memarahi, melihat Allan sedang dibantu Gavin pelan-pelan turun dari tangga, perkataannya yang sudah di ujung tenggorokan, dengan begitu ditelan lagi, "Kemarin adalah kemarin, sekarang adalah sekarang, semua bunga di teras pot bunga kalian gali sampai akarnya keluar, apa ini benar?"

Nana melihat mama sudah marah, dengan menurut diam.

Bobi malah dengan pelan berkata: "Mama, yang kami gali adalah bunga narsis, kami ingin menggali beberapa lalu menanamnya di dalam pot, untuk dirawat di dalam, ini adalah tugas yang diberika guru."

"......" Anak kusayang, apa aku tidak mau malu lagi? "Kalian bermain sampai sekotor ini, masih ada alasan?"

Nana dan Bobi bersamaan menjawab: "Kakek yang mengizinkan menggali di teras pot bunga."

Laras: "......"

Anna baru keluar dari dapur, sengaja melototi Allan yang baru turun dari atas, seperti mengadu berkata: "Menggali lumpur masih bukan apa-apa, kakek tua ini malah membawa dua anak ini pergi memegang ikan, dia duduk di tepi laut memancing, badannya bersih, menyuruh supir membawa mereka turun ke dalam air, badan mereka basah kuyup semua, membuatku marah setengah mati."

"Ini masih belum cukup, dia juga mendirikan kandang ayam di pagar halaman belakang, mempelihara 2 ekor ayam betina, menyuruh kedua anak ini jongkok di sebelah kandang menunggu ayam betina bertelur, ya Tuhan, kedua anak itu pergi ke kandang sekali saja, sudah mandi pun masih tetap bau, anak orang lain begitu harumnya, anak rumah kita malah sekujur badan bau kotoran ayam."

"Gavin, Laras, kalian beritahu kakek kuno ini baik-baik, apa itu permainan anak-anak?"

Laras mengangguk dengan cepat, akhirnya ada sekali dia dan mertuanya berdiri di pihak yang sama.

Dia menggunakan pandangan menyiratkan sesuatu kepada Gavin, kamu bilang dulu, aku tidak berani mengatakan papa kamu.

Gavin tersenyum tipis, sudah tidak menyalahkan Allan, malah mengeluh kepada Anna, "Ma, usia mereka ini memang suka bermain, tunggu nanti mereka sudah lebih besar, menyuruh mereka turun ke kolam pun tidak berani. Lagipula, sekarang ada berapa anak yang tau ikan loach dan cacing tanah? Anak rumah kita kan tau."

Anna dengan tidak senang membantah: "Kamu juga senang? Kolam itu kotor sekali, dua bayi putih bersih yang cantik begitu masuk kedalam langsung menjadi manusia lumpur kecil, dan juga kandang ayam itu, begitu berjalan ke pintu belakang langsung bisa mencium bau kotoran ayam."

Gavin dan Allan sudah turun dari tangga, Gavin menggendong Nana, mencium tangan kecilnya dan berkata: "Tidak bau kok, harum sekali, Nana, beritau papa, sudah berapa kali mencuri telur ayam?"

Anna: "......"

Laras: "......"

Nana berbalik melihat nenek, berkata: "Nenek, ketika nenek makan telur, nenek masih bilang, ehn, telur hari ini harum sekali."

Anna: "......"

Laras: "......"

Nenek dengan senang mendengar mereka berdebat, mendengar perkataan Nana, sungguh tidak bisa menahan, sambil tertawa berkata: "Dulu saat masih di rumah lama, mereka kakak adik bertiga kalau bukan ke sawah menangkap ikan loach, maka naik ke atas gunung mengambil telur ayam, menyembunyikan kemampuan selama puluhan tahun."

Anna: "......"

Laras: "......"

Laras selesai membersihkan mereka, lalu membawa ember cuci muka ke kamar mandi, melewati mertuanya, dia dengan pelan berkata: "Ma, sudahlah, mereka dari nenek moyang sampai cicit 4 generasi 5 orang bekerja sama, kita tidak bisa menang dari mereka, makan saja."

Anna dengan tidak mau mengalah mendengus, akhirnya di rumah ini ada seorang menantu yang berada di pihaknya.

Hari ini menginap di mansion lama, Nana dan Bobi ada di kamar utama bersama mamanya bermalas-malasa sebentar, melaporkan pemikirkan selama seminggu ini dan sejenisnya, begitu sampai waktunya tidur, langsung dengan menurut kembali ke kamar mereka tidur.

Di mansion lama, mereka sudah tidak tidur dengan orang tua lagi, sudah bisa tidur lelap sendiri.

Meskipun disini ada kakek nenek dan juga nenek moyang yang menyayangi mereka, tapi, kakek membuat peraturan jam tidur untuk mereka, dijalani dengan disiplin, lama kelamaan, mereka akan menurut tidur sendiri.

Begitu anak-anak pergi, Laras tidak tahan untuk tidak bertanya, "Kamu dan papa begitu lama di ruang kerja, sudah membicarakan apa saja?"

Gavin tersenyum misterius.

"Cih, tidak mau kasih tau aku juga tidak apa-apa, aku juga tidak sudi, aku bertanya padamu, masalah Almora ini, aku boleh ikut campur atau tidak?"

"Selain kamu, tidak ada orang yang lebih cocok mengurusi masalah ini."

"Sungguh."

"Kapan aku membohongimu."

Laras tersenyum, detik selanjutnya, juga merasa kalau ini sama saja sebuah jebakan, "Hanya menyembuhkan gejala tanpa memberantas alasan penyakit tidak ada gunanya, asal Almora masih bersama dengan Alvin Jin, bagaimanapun kita membantu semuanya sia-sia, aku pikir pertama-tama membuatnya sadar dan meninggalkan Alvin, tapi meninggalkan Alvin pasti akan kehilangan beberapa sumber daya, hanya takut dia tidak rela."

Gavin melihatnya dengan tatapan salut, "Ehn, analisismu sangat masuk akal."

"Aku berencana besok mengajak Aaron berbicara sebentar, bertanya keadaan Mona disana, kalau mengetahui keadaan sendiri dan lawan, pasti akan selalu menang, lalu bertemu dengan Almora, coba bertanya bagaimana cara berpikirnya sekarang. Mengenai Alvin, aku merasa aku tidak perlu berhubungan dengannya, jadi boleh tidak diurus.

Gavin merasa terkejut, tapi juga tidak heran, dia selalu tau kalau istrinya adalah gadis yang pintar, tapi tidak disangka kalau pemikirannya begitu transparan, tampaknya pengalaman kerjanya memang membuatnya dewasa.

Karena tidak perlu berhubungan dengan Alvin, Gavin baru bersedia menyuruh Laras menyelesaikannya, bagaimanajuga Almora adalah wanita, dia seorang pria dewasa bertanya tentang hal privasi juga tidak begitu cocok.

"Dan juga ada satu lagi," Gavin mengingatkan, "Paman Motar datang kali ini, selain masalah Almora, juga ada masalah tentang kesehatannya."

"Kenapa?"

Gavin menutupi dadanya sendiri, dengan bibirnya berkata tiga kata.

Laras dengan terkejut bertanya: "Apa? Kanker paru-paru?"

Gavin mengangguk.

"......Tampaknya udara bersih Hainan juga tidak bisa membuatnya kanker paru-paru, sudahlah, aku mengerti maksudmu, berusaha agar paman Motar tau kondisi jujur kalau Almora menjadi simpanan, benar bukan?"

Gavin mengangkat jempol kepada Laras, sudah bersama dalam waktu lama, kontak batin mereka juga semakin banyak.

Novel Terkait

Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
4 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu