Cinta Pada Istri Urakan - Bab 357 Masa Tidak Pakai yang Ultrathin

Laras gagap tidak bisa membalas perkataan nenek, nenek sengaja mengetatkan wajahnya, berpura-pura marah, "Padahal aku setiap bulan menghitungkan hari untukmu, setiap hari mempersehat tubuhmu, aku sedang menunggu cucu buyutku keluar, kalian malah merencanakan penundaan hamil dengan baik, memblokir semua cucu buyutku diluar, ini apa bedanya dengan ditembak ke dinding."

"......" Wajah Laras memerah, Lira dan beberapa orang yang mendengar disamping diam-diam tertawa.

"Heng, Gavin membohongiku yasudahlah, kamu juga membohongiku, apa mengira aku sudah tua jadi mudah dibohongi?"

"Tidak nenek, maaf, tapi......tapi nenek membongkar rak tempat tidur kami bukannya juga salah?"

Nenek dengan sangat sombong, berkata: "Siapa yang membongkar rak tempat tidur kalian, perang kalian yang terlalu dahsyat, terlalu lupa denganku, sampai kotak kondom jatuh dibawah pun tidak tau."

Laras sangat malu sampai tidak bisa mengangkat kepalanya, terus-terusan membungkuk meminta ampun.

"Heng, keterlaluan, tunggu Gavin pulang, aku harus menceramahinya, mana boleh memakai kondom yang biasa seperti ini."

"Ha?"

Nenek sudah tidak bisa menahan, langsung tertawa, "Masa tidak pakai yang tipe ultrathin yang aku beritahu padanya, tidak mempercayaiku, heh, aku sangat marah."

"......" Laras hampir pingsan, "Nenek, nenek moyangku, nenek bisa tidak jangan bercanda seperti ini? Aku terkejut sekali, aku mengira nenek benar-benar marah."

"Ehn, aku benar-benar marah, kalian tidak melahirkan cucu buyut untukku."

"......Aduh, kenapa diputar balik lagi? Nenek, boleh tolong ampuni aku tidak?"

Nenek menepuk punggung tangannya, menghela nafas berat berkata: "Iya, tidak menggodamu lagi, sebenarnya yang Gavin katakan juga benar, segala sesuatu yang datang dengan rencana akan lebih baik, kalau memang kalian sudah merencanakannya, aku juga tidak memaksa."

Laras dengan kaget bertanya: "Nenek, serius?"

"Ehn, aku tau begini lebih baik, hanya saja mulutku tidak bisa menahan untuk tidak mendesak, siapatau begitu didesak langsung datang?"

"Xixi, jadi nenek masih seperti ini setiap hari memberiku makan suplemen?"

"Memelihara seribu hari untuk efek yang lebih maksimal, memperbaiki tubuh bukan kerjaan sehari dua hari, diperbaiki selama satu setengah tahun, gunakan badan yang paling baik menyambut bayi, bayi juga akan lebih sehat."

Laras memberi 100 jempol untuk nenek, dengan tersenyum memeluk nenek, "Nenek, terimakasih."

"Hais, mereka para lelaki melindungi negara diluar, kita sebagai wanita, harus mengurus rumah dengan baik, agar konsentrasi mereka tidak pecah, juga lebih tidak membuat mereka khawatir, sudah baik, mengerti?"

"Mengerti, nenek panjang umur."

"Aduh, jangan, masih belum 100 tahun saja sudah setua ini, kalau benar-benar hidup sampai 10 ribu tahun, bukannya jadi siluman tua yang menakutkan?"

Laras tertawa sampai mulutnya terbuka, sangat kesal juga sangat lucu.

"Gadis, melihat kamu tertawa seperti ini, aku sudah tenang, kamu lihat kamu sendiri, Manda menangis, kamu juga ikut menangis kan? Jangan mengira nenek tidak tau, matamu sampai bengkak."

Laras tiba-tiba sangat tersentuh, lingkaran matanya memerah lagi, suaranya tersendat. "Terimakasih nenek."

"Sudahlah, jangan berterimakasih terus, nenek tidak berharap salah satu dari kalian terkena masalah, kalian harus baik-baik saja."

"Ehn." Laras tersendat.

Langit mulai menggelap, waktu Gavin pulang kerumah, yang dia lihat adalah gambaran yang bahagia dan harmonis ini.

Dia sambil melepaskan jaket, sambil berkata: "Aku sudah pulang."

Nenek mengambil kotak kondom, melempar kearah cucunya, "Simpan senjata pembunuhmu dengan baik."

Laras sangat malu sampai tidak bisa mengangkat kepalanya, bertemu orang humoris seperti nenek, tampaknya orang berpengalaman juga harus menunduk padanya.

Gavin menerima kotaknya dan melihat, berdehem, "Ekhem ekhem, ini......kenapa menjadi senjata pembunuh?"

Nenek berkata langsung: "Memangnya bukan? Membunuh begitu banyak cucu buyutku."

Gavin: ”......."

Dia menyimpan kotak itu dikantongnya, lalu berjalan lurus kebelakang sofa, membungkukkan pingganya, langsung menggendong Laras dari sofa, "Sepertinya kita harus cepat pergi dari tempat berbahaya ini."

Nenek tua yang mendengar, tidak senang, "Aih, dasar anak kecil, kenapa bicara seperti itu? Apa aku memakan daging istrimu, atau meminum darah istrimu?"

Seluruh wajah Laras sudah menempel didada Gavin, tidak ada muka untuk melihat orang lain.

Gavin memeluknya, dengan dagunya mengusap kepalanya untuk menenangkannya, dengan agresif berkata: "Nek, aku yang mau memakannya, ingin menguliti hidup-hidup."

Laras oleng, ya Tuhan, kambing masuk ke goa harimau, "Turunkan aku."

"Tidak mau."

"......Nenek tolong aku."

Nenek yang mengerti langsung mengambil remot menghidupkan televisi, "Lira, reality show yang kamu bilang semuanya ada anak muda di channel mana?"

Lira cepat berlari melayani nenek tua, "Sini, kubantu."

Permintaan tolong Laras sama sekali tidak dihirau, tidak hanya nenek yang mengabaikannya, bahkan Lira tidak menolongnya.

Gavin tersenyum, menggendong wanita cantik langsung naik keatas.

Sesampainya ke lantai kedua dunia mereka berdua, Laras dengan kesal meninju kecil dadanya, "Apa yang kamu lakukan, berbicara seperti itu dihadapan mereka, apa aku tidak perlu menjadi contoh yang baik lagi?"

Gavin malah diam tidak seperti biasa, menurunkannya, lalu memeluknya dengan erat, dengan lelah berkata: "Hanya seperti ini, baru bisa memelukmu dengan cepat seperti ini."

"Ke.......Kenapa?"

"Tidak apa-apa, hanya saja sedikit lelah."

"Oh iya, rumah Atmaja sudah disita, Manda sekarang di kediaman kita, tapi dia sudah putus dengan kakak, terus berdiam dikamar menangis, aku sudah menghiburnya tapi tidak mempan."

Gavin seperti sudah tau dari awal, wajahnya tidak ada perubahan ekspresi yang jelas, "Aku sudah pernah bilang dari awal mereka berdua tidak cocok, putus juga bagus."

"......Eh, kamu kenapa seperti ini?! Apa kamu tidak merasa diwaktu seperti ini mereka putus bukankah sangat aneh? Dan juga Manda bilang dia yang minta putus, harus tau kalau waktu itu dia sangat menyukai kakak pertama, terus mengejarnya."

Gavin dengan tenang berkata: "Aku terhadap hubungan orang, tidak tau, juga tidak peduli, biarkan jodoh mereka yang mengatur, oke?"

Dengan jarak sedekat ini melihatnya, baru sadar dipipinya ada beberapa bekas sidik jari, "Nagita benar-benar gila."

"Kamu sudah tau?"

"Ehn, teman pengadilan memberitahuku, bilang saat mereka masuk rumah menangkap Nagita, dia sedang memukulmu dan Manda."

"Beritamu sangat cepat, semuanya tau."

"Sakit tidak?" Dia mengecup pelan lukanya, dengan kasih sayang tak terbatas.

"Sudah tidak sakit, Gavin, maaf ya, lain kali aku tidak akan melakukan kemauan sendiri tanpa mendengar saran orang lain lagi."

"Maksudmu?"

"Kemarin aku memaksamu membantu Manda bertemu dengan paman, aku salah, aku minta maaf padamu."

Bibir Gavin sudah berpindah kebibirnya, "Shh......" Dia menutup bibirnya, dengan sangat pelan.

"Apa yang kamu lakukan, kamu seperti ini hanya akan membuat semua orang menertawaiku."

"Di rumah sendiri, apa yang kamu takutkan?"

"Kamu tidak tau malu, aku masih tau."

"Kamu bilang siapa tidak tau malu?......Oke, kalau begitu aku tidak tau malu kasih kamu lihat."

"AH!"

Cinta yang tanpa akhir........

Novel Terkait

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
3 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
3 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
3 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu