Cinta Pada Istri Urakan - Bab 513 Laras Atmaja Mengajari Mereka Dengan Sangat Baik

Allan sedang melihat data, sambil mengerutkan kening, di wajah penuh dengan ekspresi serius, dan dalam pandangan, menunjukkan semangat yang tidak dapat ditutupi.

Anna juga seperti itu.

“Lalu kenapa dia tidak mengatakannya? Ada niat apa dia menyembunyikan anak? Jika pada saat itu aku tahu kalau dia sudah hamil, apakah aku masih akan mengusirnya?”

Gavin melototinya tanpa ekspresi apa-apa.

Anna juga merasa malu memikirkannya, dirinya sudah bersikap seperti itu pada Laras, dari belakang juga memarahi kedua anak itu sebagai anak haram, bukankah itu sedang memarahi para leluhur keluarga Pradipta!

“Dalam situasi waktu itu, aku tebak mungkin dirinya sendiri juga tidak tahu kalau dia sedang hamil.” Gavin berkata.

Anna semakin berpikir semakin merasa menyesal, Allan juga merasa bersalah.

“Pa, ma, Laras tidak pernah melakukan hal yang salah terhadap keluarga kita, keluarga kita yang sudah bersalah padanya. Dalam situasi waktu itu, dia bisa saja menggugurkan anak dan memulai kehidupan baru, dia masih begitu muda, apakah perlu takut tidak bisa mendapatkan yang lebih baik lagi? Tapi dia tidak berbuat seperti itu, dia seorang diri melahirkan anak di luar negeri, seorang diri bersusah payah membesarkan anak, apakah niatnya ini masih tidak cukup untuk membuktikan ketulusan hatinya padaku?”

Awalnya Gavin mempunyai banyak kata yang ingin diucapkan, tapi melihat kedua orang tua yang merasa bersalah dan sedih, dia juga tidak tega menyalahkan apa-apa lagi, sepertinya dalam hati kedua orang tua sudah mengerti.

Anna teringat masalah Almora, membuka mulut, ingin bertanya, tapi tidak berani bertanya, takut di marahi habis-habisan oleh Papa.

Malah Allan yang mengungkitnya, “Terakhir kali kamu mengatakan masalah mengenai cucu wanita Tuan Ren, sama sekali jangan mengungkitnya lagi dengan keluarga Ren, agar tidak merusak keharmonisan.”

Benar-benar apa yang ditakuti apa yang terjadi, Anna hanya bisa berkata jujur, “Aish, semua gara-gara aku yang terburu-buru, berpikir Farah ada di Kota Jakarta jadi bergegas ingin memastikan masalah ini, tidak menduga bisa jadi seperti ini.”

“Apa maksudnya?”

“Sudah pernah makan bersama sekali, dan kebetulan bertemu Laras.”

“.......” Allan kehabisan kata-kata, tapi, salah dirinya juga tidak menghentikan semua ini.

“Putraku, setelah itu Laras tidak melakukan apa-apa padamu bukan?”

“Dia tidak melakukan apa-apa padaku itu yang perlu dikhawatirkan, itu berarti dia sudah tidak ada perasaan lagi padaku.” Gavin sengaja berkata ke arah yang lebih parah, “Dia marah sampai tidak membiarkanku masuk rumah, tidak membiarkanku bertemu dengan anak, sampai hari ini masih tidak bersedia mengangkat telponku dan tidak mau bertemu denganku.”

“Ah? Lalu harus bagaimana?”

“Aku juga sangat khawatir, beberapa waktu lalu aku hampir saja kecelakaan di jalan, untung saja dia meneboros ke depan dan membantuku menghadang musibah tanpa mempedulikan nyawanya, aku tidak apa-apa, dia terluka dibahu kiri, patah tulang, dokter mengatakan setidaknya harus beristirahat selama dua bulan. Awalnya aku masih bisa menjaganya, sekarang malah bagus, lukanya masih belum sembuh harus mengurus dua anak kecil.”

Begitu Allan mendengarnya, bergegas mengatakan: “Tidak bisa begitu, katanya setelah Romo terjadi masalah dia diusir oleh Reni dari keluarga Atmaja, bagaimana bisa tidak ada yang jaga?”

Gavin mengambil kesempatan untuk memuji Laras, “Pa, Laras hebat sekali, selain membuka perusahaan sendiri, masih mendidik dua anak dengan sangat baik, kali ini jika bukan dia terluka, aku masih tidak ada kesempatan untuk menjaga mereka. Ma, aku hanya mohon padamu jangan bantu apapun, jika kamu ingin lebih cepat bertemu cucu laki-laki dan cucu perempuanmu, jangan sampai ikut campur.”

Anna mengangguk, “Baik, aku akan mendengarkan kata-katamu.”

Sambil bicara, Gavin mengeluarkan ponsel, di dalam ponsel ada foto dan video yang diambilnya, dia membuka foto Nana, berkata dengan bangga: “Lihat, ini adalah adik perempuan, seorang gadis kecil yang sangat amat imut.”

Allan dan Anna tidak sabar ke depan ponsel untuk melihatnya, hanya melihat gadis kecil itu putih mulus, sepasang mata yang besar sangat indah, memakai rok berwarna merah terlihat cantik dan patuh.

“Ada kakak juga, dia seorang pria yang hangat, berbakti dan pengertian, tenang dalam melakukan apapun walau umur masih kecil.”

Dua orang tua melihat sampai mata berkaca-kaca, terutama Anna, senang sampai suara serak, “Papa, kamu lihat cucu kita, sama sepersis dengan Gavin saat masih kecil.”

Gavin memutarkan sebuah video, gambaran kedua anak saat sedang bermain, dua orang tua sambil lihat sambil tersenyum, tersenyum dan tersenyum pada akhirnya mengalirkan air mata lagi.

“Siapa nama mereka?” Anna menangis sambil bertanya.

“Kakak bernama Bobi, adik bernama Nana, mereka sangat pengertian, Laras mengajari mereka dengan sangat baik."

"Papa, kamu lihat, kita bukan hanya mempunyai cucu laki-laki, masih ada cucu perempuan, mereka juga sudah sebesar ini."

Allan mengangguk penuh semangat, bola mata terus menatapi layar ponsel, tidak ingin melewatkannya sedetikpun.

Gavin mengeluarkan satu video lagi, "Ini diambil dari ponsel Laras, ketika Nana dan Bobi merayakan ulang tahun keempat di TK, sekelompok anak kecil berkumpul bersama, bermain penuh semangat."

Anna sambil melihat sambil menangis, air mata mengaburkan kedua mata, bergegas menyekanya, tidak rela melewatkan waktu sedetik pun, "Begitu banyak anak kecil hanya dua anak kecil kita yang paling cantik dan tampan."

"Aku kirimkan foto dan video pada kalian, nanti kalian pelan-pelan melihatnya, bisa dilihat setiap hari."

"Baik baik, cepatan....oh iya, segera beritahu kabar ini pada nenekmu, dia pasti akan gembira sekali."

"Ma, jangan beritahu nenek dulu, jika nenek sampai tahu, bukankah akan bergegas kemari, sampai saat itu aku takut masalah akan jadi buruk.

"Baik, dengarkan kata-katamu saja."

"Nantinya aku akan lebih sering mengirim foto dan video anak untuk kalian lihat."

"Baik." Anna terus mengangguk, air mata masih belum kering, namun senyuman puas sudah tersirat di wajah.

Umur semakin tua, semakin ingin menggendong cucu perempuan dan cucu laki-laki, mereka saja sudah merasa senang seperti ini, apalagi dengan nenek.

Ketika putri Rendra lahir, nenek datang menjenguk dari tempat yang jauh sekali, tertawa lebar, jika sampai membiarkannya tahu ada sepasang cicit yang lebih besar, pasti lebih senang lagi.

Begitu memikirkan ini, dalam hati Anna muncul rasa bangga dan sombong, akhirnya bisa mengangkatkan kepala di hadapan ibu mertua.

“Putraku, tunggu saat ada waktu yang lebih leluasa, kamu sebagai tuan rumah, aturkan sebuah tempat, kumpulkan seluruh anggota keluarga, aku secara pribadi yang akan meminta maaf pada Laras.”

Hati Gavin tersentuh, mamanya bisa merendahkan diri untuk minta maaf pada Laras, tak pernah terpikirkan olehnya, “Baik.”

——

Real Estate Podomoro mengadakan rapat dewan direksi, pemilihan ulang direktur.

Para pemimpin yang ada dalam rapat, hampir semuanya orang Reni.

Ternyata tim yang dibangun Romo, separuh sudah mengundurkan diri, yang tersisa semuanya dipindahkan ke departemen tanpa tugas tetap, hanya Parto Shen dan Ino yang masih berada dalam manajemen.

Parto Shen dan Ino tidak dipindahkan dari posisi mereka, karena mereka dibawa dari Australia oleh Romo, dulu telah bekerja puluhan tahun untuk keluarga Bakri, inilah yang membuat Reni menurunkan kewaspadaannya.

Dan, kekuatan mereka berdua terlalu lemah, sama sekali tidak dapat mempengaruhi pemilihan.

Rapat terus berlangsung dengan penuh semangat dan antusias, saat sesi melakukan voting dengan menunjukkan tangan, Reni mendapat suara tertinggi dan langsung terpilih sebagai direktur.

Selain itu, keputusan dari diskusi dewan direksi, mempekerjakan Lana sebagai manajer umum, langsung naik jabatan.

Ini juga berarti, sejak saat ini Real Estate Podomoro adalah industri milik Reni, sebelum Romo menghembuskan nafas terakhir dia, sudah tidak sabar ingin mewarisi semua milik Romo.

Parto Shen dan Ino berstatus rendah dan berbicara tidak dianggap penting orang lain, hanya dapat duduk di sudut, dengan tenang melihat rapat yang konyol ini.

“Selanjutnya, mohon persilahkan direktur memberikan kata sambutan.”

Dalam ruang rapat penuh suara tepuk tangan, Reni mendekatkan mikrofon ke mulutnya di bawah perhatian banyak orang.

“Terima kasih, terima kasih atas kepercayaan dan dukungan dari kalian semua, sekarang perusahaan sedang menghadapi ujian berat, aku.....”

“Kamu ingin menjual perusahaan, atau menghancurkan perusahaan?”

Suara yang datang mendadak menghentikan pembicaraan Reni, orang yang ada dalam ruangan merasa aneh dan terkejut, semuanya mencari sumber suara.

Novel Terkait

Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
4 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu