Cinta Pada Istri Urakan - Bab 957 Telapak Tangan Yang Berkeringat

Di hari keduanya, Dirga dengan sungguh-sungguh mengenakan jas barunya .

Bibi Eli melihat dia dan menulis sebaris kalimat di tablet : "Hari ini begitu tampan, apa kamu mau pergi berkencan ?"

Dirga merasa begitu malu, semua rasa malunya tertulis di wajahnya. " Bisa dibilang seperti itu, sebelum pergi aku ingin pergi bertemu temanku ."

—— "Perempuan ?"

"Iya, cuman teman biasa ."

Eli tersenyum lalu menulis, " Ingat ... bawa juga bunga mawar ."

"Hah ? Apa masih perlu beli bunga ? Apa tidak terlalu berlebihan ?"

—— "Semua perempuan suka bunga, harus di beli ."

Dirga tidak bisa menolak bibinya, jadi dia hanya bisa mengiyakannya saja, "Baiklah ."

—— "Jangan iya saja, kamu harus beli bunganya ."

"Iya bibi, aku akan beli, aku janji akan beli bunganya ."

Eli memeluk tablet nya sambil tersenyum bahagia .

Pada saat ini, pintu kamar tamu tiba-tiba tertutup, pintunya tidak terbuka lebar, suaranya begitu kecil, Dirga tidak mendengarnya sama sekali, tapi Eli mendengarnya dengan sangat jelas.

Dia membalikkan kepalanya untuk melihat ke arah ruang tamu, dia khawatir, pemandangan ini orang rumah menganggap dia sebagai adik perempuannya, bagaimanapun dia bukan saudara perempuannya sendiri.

Pada bulan April di kota Jakarta, ketika musim semi saat semua bunga bermekaran, di jalanan, ditaman, dimana-mana ada orang, dimana-mana ada pasangan yang sedang berjalan-jalan sambil bergandegan tangan .

Dirga yang berdiri di persimpangan, memegang seikat mawar di tangannya dan sangat mencolok, dia sendiri juga merasakan kalau orang-orang terus melihat dia .

Dia merasa sangat tidak nyama, setelah mendengar rekomendasi dari karyawan toko, dia beli yang paling mahal, paling besar, dan paling merah, bungkusannya begitu cantik dan juga berat, sampai pria dewasa harus dengan kedua tangan memegangnya .

Ketika dia melihat hampir setiap orang yang lewat, banyak yang berbalik dan melihat ke arahnya, dan ini membuatnya sangat tidak nyaman.

Kemudian dia kembali ke tempat parkir dan meletakkan bunga mawarnya di dalam mobil.

Hari ini Yuka dengan khusus merias wajahnya, melepas sweter dan mantelnya yang tebal, kemudian mengenakan gaun bewarna merah tua dan terlihat begitu bewarna . Untuk pertama kalinya Dirga mengajaknya pergi kencan, jadi dia sangat memerhatikan penampilannya .

Di jalan, orang-orang terus bergerak dikerumunan, Yuka berdiri di luar tapi takut ditabrak orang yang berjalan, kalau berdiri di dalam dia takut kalau Dirga tidak bisa melihatnya, jadi dia hanya bisa berdiri di luar ketika sedang lampu merah, dan membiarkan pejalan kaki lewat ketika sudah lampu hijau.

Kebetulan Ketika Dirga lewat, dia melihat Yuka sedang berdiri di sana dan sedang melihat sekeliling.

"Hai, aku disini ." Ketika Yuka sudah melihat dia, dia berdiri sambil berjinjit, dan dengan tangannya yang panjang kemudian dengan semangat melambaikan tangan kepadanya .

Dirga tidak bisa mengatakan apa yang dia rasakan saat itu, dia merasa rambutnya sangat cantik .

Sebelum aku bertemu dengannya, dia selalu mengikat rambutnya dengan model kuncir kuda, dia terlihat seperti mahasiswi, hari ini dia tidak hanya mengganti model rambutnya, tetapi dia juga mengenakan rok, dan terlihat sangat feminin.

Sambil tersenyum dia sama sekali tidak bisa memalingkan matanya, ”

Yuka : " Aku liat alamat yang kamu kirim dan aku sudah sampai, tapi ga keliatan kamu, ternyata dipersimpangan, aku pikir kamu salah kirim alamat ."

Dirga dengan nada minta maaf berkata, "Aku yang salah, salah milih tempat ketemunya ."

Dalam hatinya Yuka, asalkan pergi dengan kamu, mau dimanapun juga tidak apa-apa .

Saat ini, lampunya berubah jadi hijau lagi, Yuka ingin berjalan sedikit kesamping untuk membiarkan orang yang lalu lalang menyebrang jalan lewat, tapi terlalu banyak orang, karena tidak hati-hati kakinya keseleo dan tubuhnya langsung maju kedepan .

Untungnya, Dirga dengan cepat memegangi lengannya, " Santai saja ." Dia melihat kalau dia sedang memakai hak tinggi dan berkata, " Rupanya ada anak yang diam-diam memakai sepatu hak tinggi ibunya ?"

Yuka : "..." Bagaimana aku bisa menyambung omongan dia ?

Dirga dengan gentle mengulurkan tangannya . "Pegang aku, ayo jalan ."

Jantung Yuka berdetak kencang, wajahnya sudah seperti bunga persik, dia pun tidak tahan menahan senyumannya, tangannya pun begitu spontan langsung mengulurkannya .

Dia memegangi lengannya dan berjalan dengan begitu mantap bersamanya .

Sambil berjalan dengan dia, dia tidak bisa menahan kepalanya untuk sesekali melihat wajahnya, dia sangat tinggi, dia masih lebih pendek darinya walaupun dia sudah memakai sepatu hak tinggi, kalau dilihat-lihat mungkin ada 183 ; matanya terlihat begtu jernih, ada ketekunan dipandangan matanya ; dia sangat kurus, sepertinya dia lebih kurus daripada ketika dia di Miami, tetapi lebih kurus malah lebih terlihat energik, lebih muda, dan sama sekali tidak terlihat seperti orang yang sudah berusia 30 tahun.

Yuka diam-diam menikmati momen ini, matanya tidak tahan untuk terus melihat wajahnya, semakin dia menatapnya, semakin dia tenggelam ke dalam ketampanannya .

Penampilannya sangat bersih, kalaupun sedang berada dikerumunan, sekilas saja sudah kelihatan dan orang yang pertama kali melihatnya sama sekali tidak bisa menghubungkannya dengan pengalaman yang dulu .

Yuka terlihat begitu mencolok saat sedang melihat dia, Dirga mengingatkannya dan berkata : "Ada tangga di depan, kamu yang bagus-bagus liat jalannya ."

"......" Yuka buru-buru menunduk dan melihat ke jalan, kedua pipinya langsung terbakar.

Setelah masuk ke ruang makan, mencari tempat duduk, Dirga tiba-tiba menepuk pahanya, "Dasar mabuk !"

"Kenapa ?"

Dirga menggelengkan kepalanya dan tersenyum lagi, "Gak apa-apa, nanti aku akan memberikanmu sesuatu ."

"Apa?"

"Bunga Mawar."

Yuka langsung bersemangat, bunga Mawar melambangkan cinta, Apa jangan-jangan dia...

"Bibiku bilang kalau pergi keluar dengan perempuan harus bawa bunga, jadi aku pergi ke toko bunga, karyawannya merekomendasikan yang ini, sudah berat, besat, susah dibawah juga, jadi aku letakkan di dalam mobil ."

"......" Yuka langsung tidak bisa senang, penjelasannya juga sangat jelas, tidak ada yang disembunyikan, harapannya pun langsung tidak ada lagi .

"Kamu ngajak aku keluar ada masalah apa ?" Nada bicaranya juga sudah terlihat tidak senang .

Dirga tidak mengerti kenapa dia tiba-tiba menyimpan senyumnya, dia dengan hati-hati berkata, " Lebih baik aku memberimu jawaban."

" Apa ?"

Dirga merasa kalau masalahnya sudah keliatan tidak baik dan juga sudah canggung, tapi dia tidak bisa mengatur bahasa yang lebih baik, " Kata Laras, Apa kamu--- Itu apa, lebih baik aku memberimu jawaban ."

" Itu apa ?"

" Menyukaiku ."

" ...... " Wajah Yuka lebih merah daripada pantat monyet.

Suasananya terasa sangat canggung .

Pelayan membawakan piring-piring dan menuangkan anggur merah, yang kemudian menenangkan suasana untuk sementara waktu.

"Itu----- Apa aku mengatakan hal yang salah?"

Yuka menggelengkan kepalanya dan dengan lugas berkata, " Kalau begitu bagaimana kamu menjawabku ?"

Dirga dengan serius berkata "Beberapa hari lagi aku akan kembali ke Vietnam, aku tidak tahu berapa lama aku akan pergi, tergantung situasi Nguyen Song, setelah itu aku akan tinggal di kota Jakarta dengan ayahku, dia mungkin setuju atau nanti akan membuat rencana yang lain. "

"Maksudmu apa ? jadi jawabanmu apa ?----"

Dirga tidak pernah segugup itu sampai telapak tangannya berkeringat .

Novel Terkait

The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu