Cinta Pada Istri Urakan - Bab 268 Dia Jatuh Cinta Dengan Manda

Tanu memang tidak bermaksud untuk menghindarinya, jadi dia langsung dipukul Manda.

Cairan hangat mengalir dari hidungnya dan dia merasakan bau darah.

"Darah, berdarah," Ibu Tanu bergegas mendekatinya, "Tanu, putraku tersayang, ayo datang ke sini, cepat duduk, lihat ke atas."

Tanu tidak begitu gugup dan juga tidak marah, dia hanya merasa aneh.

Sepertinya dia lebih suka dipukul oleh Manda daripada diabaikan olehnya.

Dia benar-benar murahan sekali.

Nagita dan Manda terkejut, sebenarnya Manda juga tidak sengaja, dia hanya ingin menakutinya saja, siapa tahu Tanu tidak menghindarinya.

Ayah dan Ibu Tanu hanya berani marah di dalam hatinya saja, mereka tidak berani mengatakannya.

Ibu Tanu mengelap darahnya dengan tisu, lalu berkata dengan sedih, "Putraku, dari kamu kecil sampai besar, kami bahkan tidak berani memukul telapak tanganmu, sekarang kamu mimisan karena dipukul orang, apakah kamu baik-baik saja??"

Tanu tersenyum dan berkata, "Tidak apa-apa, ma, aku baik-baik saja."

"Tidak apa-apa? Begitu banyak darah dan kamu masih belum berhenti mimisan."

Manda berbalik ke dapur, mengambil beberapa es batu dari kulkas, lalu menemukan sebuah handuk kering, dan membungkus es batu dengan handuk kering tersebut.

Dia berjalan ke depan mereka dan berkata, "Gunakan es, hentikan pendarahan."

Ibu Tanu takut Manda mau memukul orang lagi, jadi dia menghentikannya.

Tanu mendorong ibunya dan berkata, "Boleh, biarkan aku coba saja."

Manda memelototinya, dia merasa Tanu sangat jahat, tetapi juga merasa Tanu sangat kasihan, dia berjalan ke belakang sofa dan meletakkan handuk dingin ke hidungnya.

Tanu menyandarkan kepalanya di sofa dan menatap Manda yang ada di depan matanya.

Dagunya sedikit diangkat ke atas, bentuknya tajam dan tirus, bulu matanya yang panjang berkedip terus, sangat menawan sekali.

Manda menyadari tatapan matanya, dia sengaja menekan hidungnya dengan kuat.

“Ahhh!” Tanu berteriak kesakitan.

Ibu Tanu gugup lagi, dia merasa sakit hati, dia bahkan ingin menggantikan putranya untuk menderita kesakitan tersebut, "Manda, kamu pelan sedikit, pelan sedikit."

Tanu berteriak kesakitan, tetapi dia sama sekali tidak membenci Manda, dia masih merasa sangat menarik.

"Tidak apa-apa, kamu boleh tekan dengan kuat, tidak sakit sama sekali."

Manda memelototinya lagi dan bertanya, "Mengapa kamu tidak menghindarinya?"

"Untuk apa aku menghindarinya, aku suka dipukul olehmu."

"Tidak masuk akal!"

Tanu melihat Manda marah dan dia tidak bisa menahan tawa, "Kamu biasanya juga begitu barbar ya? Hati-hati kedepannya tidak ada pria yang menginginkanmu."

"Kamu tidak perlu khawatir dengan urusanku, mengapa kamu datang ke rumahku hari ini?"

Senyum di wajah Tanu segera membeku, oh ya, dia hari ini datang untuk kembali bersama Maira.

Ibu Tanu berkata, "Manda, masalah terakhir kali itu adalah kesalahan kakak iparmu, dan dia juga sudah mengakui kesalahannya, bagaimana mungkin Yunar yang menyebalkan tersebut bisa dibandingkan dengan kakakmu? Kamu tidak salah karena memukulnya, syukur kamu memukulnya, sehingga membangunkannya. "

Ibu Tanu mengubah wajahnya dengan sangat cepat, detik sebelumnya dia masih menyalahkan Manda karena memukul putranya, detik berikutnya, dia memuji Manda karena memukulnya anaknya.

Jika dia tidak pintar akting, maka dia benar-benar tidak bisa bergaul di masyarakat.

Bagaimanapun Manda masih muda, jadi dia sama sekali tidak tahu harus bagaimana menghadapi perkataan Ibu Tanu, dan juga tidak tahu harus bagaimana menjawabnya.

Namun, Nagita segera berkata, "Sudahlah, kamu kurang sehat, kalau begitu jangan banyak berbicara, kamu berbicara terus dari tadi, apakah kamu tidak capek?"

"..." Ibu Tanu hanya bisa diam.

Tidak lama kemudian, mimisan Tanu sudah berhenti, namun hidung dan bibirnya masih merah-merah, kelihatannya sangat lucu.

"Kamu tekan sendiri saja."

“Ok.” Dia mengulurkan tangannya untuk mengambil handuk, jarinya tiba-tiba menyentuh punggung tangan Manda, dan rasanya seperti sengatan listrik.

Dia ingin mengambil kesempatan untuk menyentuh tangan kecil Manda, tapi Manda dengan cepat menariknya kembali.

“Kamu jangan banyak bertingkah!” Manda memperingatkannya.

Tanu tertawa, dia menggunakan ekor matanya melihat tumpukan dokumen yang Manda letakkan di atas meja kopi, itu adalah dokumen yang dia bawa di tangannya ketika dia keluar dari mobil, Tanu melihat kata "Surat Lamaran Pekerjaan" tertulis di dokumen tersebut.

"Apakah kamu sedang mencari pekerjaan?"

Manda menjawab dengan dingin, "Apakah ada hubungannya denganmu?" Dia mengambil dokumennya, menoleh ke Nagita dan berkata, "Ma, aku ke lantai atas ambil sedikit barang."

"Ya, pergilah."

Tanu masih bersandar di sofa, dia memegang handuk dan terus menutupi hidungnya, dia melihat Manda naik ke atas, kepang rambutnya bergoyang-goyang di bahunya, kelihatannya sangat cantik.

Dia menggosok jarinya, perasaan tidak sengaja menyentuh punggung tangannya tadi tidak pernah dirasakan sebelumnya.

Dia terkejut dan menemukan bahwa dia telah jatuh cinta dengan Manda.

- "Tanu, apakah kamu tidak merasa dirimu sangat menjijikkan? Pada saat malam yang sunyi dan sepi, apakah kamu benar-benar tidak menyesali apa yang telah kamu lakukan?"

—— "Kamu sudah begitu besar, apakah kamu tahu bagaimana perasaan mencintai seseorang? Apakah kamu tahu bagaimana perasaan berkorban untuk seseorang yang tidak memiliki hubungan darah denganmu?"

- "Aku yakin kamu tidak tahu, kamu tidak akan tahu bagaimana perasaan mencintai seseorang dalam hidupmu, aku benar-benar sedih untukmu."

Ketika memikirkan perkataan yang diucapkan Manda di kantor polisi hari itu, jantung Tanu berdebar kencang.

Dia rasa, dia sepertinya sudah tahu bagaimana perasaan mencintai seseorang

Namun, orang yang akan menikah dengannya adalah Maira, dan orang yang disukai Manda adalah Rendra.

Pengakuan ini membuat hati Tanu merasa pahit dan juga sedih.

Ketika dia melihat Manda, jantungnya berdebar kencang secara tidak sadar, ketika dia menyentuhnya, rasanya seperti sengatan listrik; jika dia tidak bisa mendapatkannya, maka hatinya akan sakit seperti ditusuk jarum.

Apakah itu adalah cinta?

Dia yakin, itu pasti merupakan cinta.

Dia benar-benar jatuh cinta dengan Manda.

Awalnya, Nagita masih agak sombong, dan dia juga tidak peduli dengan permintaan maaf yang tulus dari ayah dan ibu Tanu, tetapi begitu Manda memukul Tanu, mereka yang berada di posisi tidak bersalah pun menjadi bersalah.

Nagita bertanya padanya: "Untuk masalah Manda memukulmu itu, aku dengar kamu masih ingin menuntutnya?"

Tanu dengan cepat menyangkal, "Tidak, tidak, tidak ada."

"Baguslah jika tidak ada, kamu memang harus dipukul."

"Ya, aku memang harus dipukul." Dia bukan hanya harus dipukul, tetapi juga harus pergi mati. dia dulunya terlalu brengsek dan jahat.

Ibu Tanu juga mengambil kesempatan ini dan berkata, "Nyonya Pradipta, Tanu dengan tulus datang mengakui kesalahannya, kalian memang harus marah, dan kalian juga sudah memarahi dan memukulnya, bolehkah kalian jangan marah padanya lagi?"

"Aku tidak bisa memutuskannya, aku harus berdiskusi dengan ayahnya ketika dia pulang nanti."

"Boleh boleh, coba Anda pikirkan, Maira sakit sekarang, jika dia tahu bahwa acara pernikahannya akan diadakan sesuai dengan jadwalnya, mungkinkah penyakitnya langsung sembuh?"

Nagita tahu bahwa Ibu Tanu sedang mengingatkannya bahwa tidak akan ada orang yang berani menikah dengan Maira karena Maira memiliki penyakit ini, hanya keluarga Dibyo yang tidak keberatan.

Dia juga karena alasan tersebut, sehingga dia bersabar terus.

Untuk putrinya, dia bisa menahan segalanya.

Sekitar sepuluh menit kemudian, Rama bergegas kembali.

Rama sukses lagi, dia yang sukses lagi kelihatannya lebih bangga dan juga lebih sombong dari sebelumnya, dia berjalan dengan gaya "hanya akulah yang paling mulia".

“Ada apa?” Begitu dia memasuki rumah, dia langsung bertanya dengan marah.

Nagita bergegas mendekatinya, lalu dia menyampaikan maksud dari keluarga Dibyo kepadanya, dan berbisik, "Bagaimanapun kita harus mencobanya, mungkin itu akan membantu kondisi Maira, tetapi aku juga tidak ingin begitu menguntungkan keluarga Dibyo."

Rama memberinya tatapan yang meyakinkan, "Aku mengerti, aku akan menanganinya."

Novel Terkait

Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
3 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu