Cinta Pada Istri Urakan - Bab 543 Kata-Kata Gombal Jenderal Pradipta

Dia sudah berdiri di depan pintu selama beberapa waktu, langsung melihat Laras dan Randi mengobrol dengan senang, sepasang mata hanya tahu menatap Randi, masih tersenyum riang padanya.

Untuk itu, dia tidak bisa menunggu lagi, langsung berjalan ke arah mereka.

“Bukankah bilang jam 17.30, aku datang tepat waktu, kamu yang tidak memperhatikannya.”

Pandangan Gavin penuh rasa permusuhan setiap saat tertuju ke arah Randi, Randi menatap pejabat tentara yang tinggi ini, segera merasakan tekanan yang tak terlihat.

Dia mengangkat kepala melihatnya sekilas, orang terkenal yang bernama Gavin ini, dalam lingkaran ini dia disebarkan dengan ajaib dan misterius, dewa perang di angkatan darat, panutan semua prajurit, pahlawan nasional, semua adalah sebutan untuknya.

Dalam hati setiap orang ada mimpi menjadi pahlawan, terutama seorang pria yang mempunyai rasa keadilan tinggi, semuanya hormat dan kagum pada Gavin.

Randi juga demikian.

Melihat pahlawan idola dalam hatinya, dia bahkan lupa mengatur bahasa.

Laras menghela nafas, dari awal sudah mengerti perhitungan yang ada dalam hati Gavin, untuk itu, dia menggandeng lengannya secara alami, dengan intim menempel di lengannya, memperkenalkan: “Dia adalah papa dari anak-anak, suamiku, Gavin......ini adalah temanku, Randi, dia adalah adik kepala sekolah, karena kelas minat ini, dia sudah banyak membantuku.”

Gavin menatap langsung ke Randi, Randi merasakan sebuah tekanan berat menyerang, ternyata aura pahlawan sangat kuat, satu pandangan, sudah menghancurkan kepercayaan dirinya.

“Halo, tuan Pradipta, sudah lama mendengar nama besarmu.”

“Halo, terima kasih atas bantuanmu pada istriku.”

Dua orang bersalaman dengan ramah, Randi menelan air liur sekali, karena tenaga tangan Gavin sangat kuat, dia merasakan tangannya sedang disiksa.

Tidak perlu, diantara teman sudah seharusnya saling menolong, apalagi masalah yang sangat mudah sekali.

Laras diam-diam malu sendiri, bergegas mengalihkan topik pembicaraan, dia menarik tangan Gavin, berkata: Kita naik ke atas untuk menjemput anak-anak, sudah hampir tiba waktunya, Randi, lain hari baru bertemu lagi.”

Randi melambaikan tangan dan mengucapkan selamat tinggal, “Baik, sampai jumpa.”

Laras dengan genggaman menyilangkan sepuluh jari menarik Gavin naik ke lantai atas, dalam genggaman menyilangkan sepuluh jari api amarah Gavin perlahan-lahan mulai padam.

Masih belum tiba waktu pulang sekolah, para orang tua murid menunggu di koridor.

Orang tua lain yang menjemput anak-anak sebagian besar adalah kakek dan nenek mereka, mendadak datang pasangan muda, berpenampilan begitu menonjol, cukup menarik perhatian, semuanya mulai melirik ke sana.

Laras mengencangkan telapak tangannya, dengan suara rendah berkata: “Kamu lihat dirimu, wanita dari usia delapan sampai delapan puluh suka melihatmu, apakah seharusnya aku jangan membiarkanmu keluar dari rumah?”

Gavin mengangkat ujung alis, kata pujian ini, membuatnya merasa malu-malu.

“Kamu sungguh terlalu berbahaya, dimana saja dan kapan saja aku harus menghadapi masalah apakah kamu akan selingkuh. Walaupun kamu tidak memiliki pikiran seperti ini, tapi tidak bisa menghentikan orang lain mempunyai pikiran ini padamu, dan kebetulan gadis cantik itu masuk dalam pandanganmu, langsung saling menyukai dan bersama, lalu aku hanya bisa menangis.”

Gavin tahu, dia sengaja berkata begini untuk menghiburnya karena tadi cemburu tanpa alasan, dengan ekspresi begitu tenang membujuknya agar senang, dia juga menghargainya.

Laras menatapnya, membujuknya, memujinya, dan menggodanya.

Gavin melihat senyuman di matanya, begitu bersinar seolah-olah merasuki bintang-bintang di seluruh alam semesta, benar-benar membuatnya tidak bisa marah.

Dia bertanya balik dengan suara rendah: “Sebenarnya aku yang mempunyai banyak pilihan, atau kamu? Paman Uno, paman Ridwansyah, paman Li, oh benar, masih ada paman pemilik rumah, semua sedang berbaris, Nana yang mengatakan ini, anak kecil tidak akan berbohong.”

“......” Laras tidak bisa berkata-kata dan tersedak, seketika terburu-buru, dia lalu berkata, “Benar, jodohku selalu bagus, jika ditambah jodoh yang ada di luar negeri, itu sungguh harus berbaris dari pintu utama kediamanmu sampai sini, tapi, walau jodoh banyak, aku tetap bisa mengendalikan diri dan berperilaku baik menjaga kesucianku, ini cukup membuktikan cintaku padamu begitu mendalam, seharusnya kamu merasa senang dan tenang.”

Gavin tidak tahan dan tersenyum sebentar, sudut mulut sedikit terangkat, senyuman yang keluar dari lubuk hatinya, dia adalah orang yang tidak mudah tersenyum, tapi selalu bisa terhibur dan tersenyum dengan sesuatu yang dikatakannya.

Begitu dia bertenaga, menarik Laras mendekati dirinya, lengan merangkul punggungnya, kemudian mendadak dekat sekali, saat Laras masih belum menyadarinya, tiba-tiba menggigit bibirnya sejenak.

Bukan cium, tapi gigit, benar-benar digigit.

“Apa yang sedang kamu lakukan?...... di depan umum, dalam pandangan banyak orang, kamu juga tidak merasa malu?”

“Apakah ada? Mana ada orang? Tidak tidak tidak, mataku hanya bisa melihatmu, tidak bisa melihat orang lain.”

“......” Bulu kuduk Laras juga berdiri, membicarakan serangan cepat, dia bukanlah saingannya, “Kata-kata gombal seperti ini kamu hebat sekali, masih ada tidak?”

Gavin tanpa berpikir langsung mengatakan, “Aku mencintaimu, bagai tikus mencintai beras besar.”

“Prrrr!” Laras langsung tertawa terbahak.

“Aku adalah sembilan kamu adalah tiga sembilan dibagi tiga tetap tiga, selain kamu tetap kamu.”

“......”

Mendadak Gavin berkata dengan serius: “Hei, ada sedikit benda di wajahmu.”

“Ahh, apa?”

“Sedikit menyukaimu.”

“......cukup, kamu ada habisnya tidak?”

“Cintaku padamu, tidak ada habisnya.”

“......” sudah mau gila.

Akhirnya tiba waktu pulang sekolah, Laras baru bisa merasa lega, tapi pada saat ini Gavin malah mendekat ke samping telinganya dan berkata: “Nanti malam kita lakukan yang tidak ada habisnya.”

Hanya mendengarnya saja Laras, merasa kakinya lemas.

Menjemput dua anak, sekeluarga berjalan keluar dari taman sambil berpegangan tangan.

Sekeluarga ini mempunyai paras wajah yang sangat cantik dan tampan, berjalan di jalanan seperti ini, sungguh membuat orang iri sekali.

Mona membuat janji dengan Randi tapi gagal, lalu membuat janji dengan sahabatnya untuk minum kopi di luar, kedai kopi tempat janjian tepat berada di samping Taman Minat.

Ketika Gavin sekeluarga berjalan melewati kedai kopi, matanya bahkan memerah melihatnya.

Almora melihat ekspresinya tidak baik, dia menoleh mengikuti arah tatapannya dan melihat ke sana, “Bukankah itu Gavin, kamu kenal?”

Mona yang tertegun, langsung meresponnya, “Kamu juga kenal?”

Almora merasa bersalah sejenak, berkata dengan sederhana: “Oh, ayah Gavin dan kakekku adalah teman seperjuangan, dulu rumah kakekku dan dan keluarga Pradipta tinggal bersama di sebuah komplek rumah dinas.”

“Kalau begitu hubunganmu dengan keluarga Pradipta sangat dekat.”

“Tidak, kemudian kakekku sekeluarga pindah ke Hainan untuk pemulihan penyakit dan melewati masa dua di sana, sampai beberapa tahun lalu kedua orangtua keluarga Pradipta pindah dan menetap di Hainan, kakekku baru mulai saling menghubungi lagi dengan mereka. Aku di sekolah menengah pertama baru bertemu dengan komandan senior Pradipta, belum lama ini baru mengenal Gavin, sesuai urutan keluarga, aku harus memanggilnya paman.”

“Lalu kamu, bagaimana kamu mengenalnya?” Almora bertanya.

Membicarakan ini, Mona merasa marah, nada bicaranya juga penuh kegeraman, “Keluarga Pradipta mencari guru pribadi untuk pelajaran menari, tawarannya sangat menarik dan bagus, gaji bulanan lima kali lipat dari guru les di luar sana, juga termasuk tempat tinggal dan makan, aku melepaskan kesempatan keluar negeri dan pergi melamar, dan berhasil diterima.”

“Bukankah itu hal yang bagus?”

“Siapa yang menyangka nyonya muda keluarga Pradipta ini sangat pencemburu, begitu bertemu denganku langsung merasa aku akan menggoda suaminya, dan langsung memecatku, belum sepuluh hari bekerja, sedangkan aku sudah melepaskan kesempatan keluar negeri dan pergi menjadi guru pribadi di keluarga Pradipta.”

Novel Terkait

Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
5 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
5 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
4 tahun yang lalu