Cinta Pada Istri Urakan - Bab 503 Halo Tante Laras

Laras melihat gadis itu, bukankah dia gadis yang semalam berjalan bersama Gavin di pusat perbelanjaan?!

"Keponakanmu?" Tanyanya.

Gavin tergagap dengan segan menjawab.

Almora sambil tersenyum berkata: "Benar, anda tante Laras kan? Aku tau anda."

Sudah menggunakan kata "anda", dan juga "tante", Laras hampir batuk darah, hatinya kesal tapi tidak berani menunjukkannya.

"Halo tante Laras, namaku Almora, semua orang memanggilku Momo, mungkin anda tidak tau aku, tapi aku tau anda."

Laras dengan sopan membalas dengan senyum, kerabat keluarga Pradipta ada sangat banyak, yang dia ingat juga tidak semua, apalagi sudah lewat 4 tahun, yang dulunya anak kecil juga sudah tumbuh besar menjadi gadis, mungkin saja benar dia yang lupa.

Kalau memang keponakan, maka dia yang salah paham terhadap Gavin.

Sambil berpikir, tanpa alasan hati Laras menjadi lebih nyaman, merasa bersalah karena kekesalannya terhadap Gavin selama dua hari ini.

Tapi tidak disangka, Almora berkata lagi: "Kakekku dan kakek Pradipta adalah teman lama di peperangan, jadi sesuai dengan urutan generasinya, aku harus memanggilnya paman."

Teman perang, hanya teman perang, kalau begitu tidak ada hubungan darah apapun, hati Laras yang tadinya tenang memberontak kembali.

Almora berkata lagi: "Tetapi dia muda sekali, memanggilnya paman terlalu tua, jadi aku memanggilnya paman muda."

Gavin: "......"

Laras: "......" Memanggilnya paman terlalu tua untuknya, tapi malah memanggilku tante, aku benar benar hehehehe.

Laras marah sekali sampai tidak bisa berkata-kata, tapi, tidak peduli dia semarah apa, dia tidak bisa tidak mengakui sebuah kenyataan, Almora ini dari ujung sampai kaki memang masih muda, cuaca sedingin ini juga berani memaki rok pendek yang memperlihatkan pahanya, lihat dia, mulutnya manis, wajahnya cantik, tubuhnya juga bagus, dia sebagai wanita saja suka, apalagi pria.

Laras memutarkan kepalanya melihat Gavin dalam, tersenyum pelan, "Kalau begitu jodoh sekali, tidak disangka kamu ada keponakan sebesar ini.‘

Gavin melihat senyum sinisnya yang lama, sungguh merasa bersalah, langsung menjelaskan, "Aku juga baru tau semalam, dia sekolah di Universitas Pelita Harapan, semalam dengan mamanya pergi ke mansion lama menjenguk papaku, kebetulan berjumpa."

Laras memaksa menarik sudut bibirnya, menampilkan senyuman yang lebih jelek dibandingkan menangis, dia hanya tau hatinya sakit sekali, seperti menghilang sepotong.

Untuk apa, kalau memang dia sudah ada orang lain, untuk apa begitu memperhatikannya, berpura-pura bersikap seperti ingin balikan, untuk apa berpura-pura seperti ini?!

"Benar, aku tahun lalu berhasil masuk Universitas Pelita Harapan, kudengar tante Laras juga tamatan Unversitas Pelita Harapan, kalau dibilang, aku masih termasuk juniormu."

Laras memaksa berpura-pura senyum, berkata: "Kamu tau sekali tentangku."

"Tidak juga, aku karena hubungan paman muda makanya tau tentangmu, kalau tidak aku juga tidak akan tau."

"......" Laras merasa mulutnya pahit sekali, juga tidak bisa tidak ditelan.

"paman muda, hari ini lomba aerobik aku mendapatkan juara 1 sekota, hebat tidak?"

Gavin dengan canggung tersenyum, "Selamat."

"Xixi, tidak ada yang perlu diselamatkan, hanya perlombaan kota, aku dapat juara satu juga tidak kupikirkan."

Almora berbicara dengan senang, tapi Laras mendengarnya sangat kesal.

"Apakah ini adalah anak anda? Apakah mereka kembar?"

Laras mengangguk, tampaknya dia tidak tau sedikit mengenainya.

"Ha, anak kecil yang lucu sekali, halo, aku kakak Momo, nama kalian siapa?"

"Namaku Nana, dia adalah kakakku, namanya Bobi, halo kakak Momo."

"Halo kalian semua," Momo mencubit pipi Nana, "Kamu mirip sekali dengan mamamu, seperti boneka, lucu sekali."

Nana tidak suka dicubit oleh orang asing, meskipun orang itu adalah kakak yang tampan, dia dengan tidak senang menepiskan tangan Almora.

Almora juga tidak kesal, wajahnya masih tersenyum, dia berputar melihat Gavin, "paman muda, bukankah kamu sibuk sekali, kenapa ada waktu menjaga anak orang?"

Perkataan ini membuat Gavin terdiam.

Laras berkata duluan: "Benar, dia memang kepo sekali."

Gavin: "......" Aku berkata apa baru benar? Sekarang apapun yang aku katakan semuanya salah.

Saat ini, Almora melihat ke arah belakang, di belakang ada temannya, "paman muda, temanku waktu lomba tadi sedikit terluka, aku temani dia ke rumah sakit untuk berobat, aku pergi dulu."

"Baik." Gavin sangat ingin dia cepat pergi.

"paman muda, lain hari aku mencarimu lagi, sampai jumpa, Tante Laras, NanaBobi, sampai jumpa."

Almora pergi dengan berlari kecil, kuncir kuda yang dibelakangnya bergoyang, rok pendeknya juga menunjukkan pahanya yang kecil dan putih, sangat mengganggu mata.

Gavin dengan hati-hati melirik Laras, semakin Laras tenang, dia semakin panik.

"Teman perang papa mamaku waktu di Hainan bertemu lagi, aku juga baru tau semalam, hanya seorang anak kecil, masih tidak mengerti apa-apa, kamu jangan marah."

"Kenapa aku harus marah?" Laras langsung membantah, "Kamu tidak ada hubungan denganku, keponakanmu lebih tidak ada hubungan denganku lagi."

"......" Ini namanya tidak marah? Kalau begitu lebih baik kamu membunuhku saja.

Gavin membawa anak yang tidak tau apa-apa dengan Laras yang wajah garang pergi makan, dia sampai tidak berani bertatapan dengan Laras, takut begitu bertatap, akan tergores lluka oleh tatapannya yang setajam pisau.

Setelah selesai makan pulang ke apartemen, wajah Laras daritadi hanya menunduk, Nana dan Bobi beberapa hari ini sangat dekat dengan Gavin, selalu dekat dengan Gavin, hatinya semakin kacau, sekelilingnya sangat tertekan.

Anak-anak masuk dulu, lalu Laras, begitu Laras masuk langsung memberhentikan Gavin di belakang pintu.

"?" Gavin kebingungan.

"Beberapa waktu ini terimakasih karena sudah menjaga kami, lain kali tidak butuh lagi."

"Apanya tidak butuh, lukamu masih belum sembuh."

"Sudah lumayan," Ucap Laras dengan sangat serius, serius sekali sampai Gavin merasa panik, "Sampai sini saja, sudah boleh."

Gavin menghembuskan nafasnya, yang harus datang memang akan datang, "Aku dan Momo itu tidak ada hubungan apa-apa."

"Tidak perlu mengatakannya padaku."

"Kamu......Kamu seperti ini......Hanya akan membuatku merasa kamu sedang cemburu."

"He, kamu terlalu perasaan."

Gavin menarik nafas dalam, menenangkan dirinya, dengan beraturan berkata: "Semalam aku pulang ke rumah melihat papaku, baru tau kalau Momo dan mamanya juga sedang di rumahku, kakeknya dulu tinggal satu mes dengan kami, lalu kakeknya cidera, sekeluarga mereka semua pindah ke Hainan, waktu itu dia masih belum ada. Papa mamaku di Hainan, dijaga dengan baik oleh mereka, sekarang Momo sendirian datang ke kota Jakarta untuk kuliah, mengenai kesopanan keluarga kami juga harus menjaganya. Tapi, dia tidak ada hubungan apapun denganku."

Laras tidak bergerak, "Sudah selesai berbicara?"

"Aku tidak tau kamu mau mendengar apa, aku tidak mengerti terhadapnya, apa yang bisa aku katakan?"

"Kalau sudah selesai berbicara, langsung pergi, aku tidak mau melihatmu."

Gavin tanpa bergerak menatapnya, dengan kesal berkata: "Kenapa kamu semakin lama semakin sulit ditebak? Sebenarnya kamu mau marah kepadaku sampai kapan? Keras kepala begini seperti anak kecil, apakah sungguh bagus?"

Novel Terkait

Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
5 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
4 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
4 tahun yang lalu