Cinta Pada Istri Urakan - Bab 527 Hanya Menyumbangkan Dua Buah Sperma

Keesokan harinya, rumah sakit, departemen kandungan.

"Dokter, beberapa waktu ini bahunya terluka, ada dirontgen dan dioperasi, saat operasi juga disuntuk bius, kalau benar ada, apa anaknya masih bisa dipertahankan?"

Gavin menahan dokter dan bertanya tidak hentinya, di satu sisi dia panik, di satu sisi dia merasa bersalah, satu sisi juga mengkhawatirkan kesehatan Laras, "Kalau anaknya tidak bisa dipertahankan, apa akan berpengaruh sangat besar terhadap tubuhnya?"

Dokter sangat sering menjumpai keadaan seperti ini, dengan tenang berkata: "Sekarang kamu sudah panik? Pada saat melakukannya kenapa hanya memikirkan kenikmatan sendiri, tidak memikirkan apakah akan melukai tubuhnya?"

"......" Wajah Gavin itu, sekejap langsung memerah.

"Jangan panik dulu, periksa dulu baru kita lihat, pergilah."

Gavin memapah Laras pergi melakukan pemeriksaan, begitu diperiksa, di atas hasil pemeriksaan sangat jelas tertera "hamil dua bulan" 3 kata ini.

Gavin masih belum sempat senang sudah langsung terjebak ke dalam rasa bersalah yang mendalam, walaupun perkataan dokter membuatnya malu, tapi setiap kata-katanya benar adanya, dia memang tidak seharusnya melakukan ini.

Laras melihat wajahnya yang tidak senang, menghiburnya: "Walaupun tidak melakukan pemeriksaan x-ray, tidak dioperasi, tidak disuntik bius, walaupun ada juga tidak bisa dilahirkan."

"Iya, iya, semua salahku, jadi sekarang harus bagaimana?"

"Periksa dulu, nanti baru kita lihat selanjutnya."

Laras melakukan pemeriksaan USG lagi, mengambil hasil tes dan kembali ke tempat dokter, dokter melihat hasilnya dan berkata: "Sejauh ini janinnya hanya ada tunasnya namun tidak ada jantung, sebelumnya kamu juga ada melakukan pemeriksaan x-ray, juga melakukan operasi, itu semua ada kemungkinan bisa mempengaruhi janin, tentu saja, ada mempengaruhi atau tidak juga tidak pasti."

Laras: "Dokter, tidak peduli janinnya sehat atau tidak, kami tidak mau, di rumah sudah ada dua orang anak."

Dokter sedikit heran, "Kamu masih semuda ini sudah melahirkan dua orang anak?"

"Yang pertama adalah anak kembar."

Dokter melihat tatapan Gavin, semakin tidak senang lagi, dengan tidak jelas menegur, "Sebagai wanita harusnya bisa melindungi diri sendiri, pria tidak menyayangi kamu, kamu masih tidak lebih menyayangi dirimu sendiri?"

Gavin dari awal tidak berani mengatakan sepatah kata, seperti anak kecil yang melakukan kesalahan, menundukkan kepalanya, wajahnya merasa, sangat menyesal dan malu.

"Hasil tes juga menunjukkan kamu ada sedikit cairan radang panggul, biasanya apa pinggangmu akan pegal?"

"Terkadang ada."

"Sudah berapa umur anak kalian?"

"4 tahun lebih."

"Cairan Efusi panggul mungkin sekali muncul karena setelah melahirkan tidak dirawat dengan baik, jangan meremehkan, kalau menjadi radang punggung kronis akan sulit disembuhkan." Dokter melirik Gavin, "Sebagai suami apa biasanya tidak memperhatikan kesehatan dia? Pinggangnya pegal atau tidak kamu pun tidak tau?"

Gavin: "......"

"Radang panggul ini apa sangat serius, dok?" Dia dengan berani bertanya.

Dokter: "Mau bilang serius juga tidak, tapi masalah kecil kalau diremehkan, lama-kelamaan akan menjadi masalah serius."

Gavin mengangguk.

Dokter: "Harus memperhatikan kebersihan, hindari berhubungan badan selama menstruasi, kurangi makanan yang pedas, perbanyak olahraga, kalau merasa pinggang sangat sakit, datang lagi ke rumah sakit, nanti akan diberi obat."

Gavin: "Apa sekarang tidak butuh makan obat?"

Dokter: "Cairan radang panggul tidak banyak, biasanya tidak perlu menggunakan obat, istirahat yang cukup akan terserap sendiri, jangan terlalu kecapekan. Kamu menanggung beban sebagai suami dengan baik, bantu dia sedikit."

Gavin dengan tulus mengangguk, "Baik, baik."

Dokter melihat wajahnya yang sangat merasa berslaah, dia berkata: "Tapi kamu bisa menemani dia datang, bisa memperhatikan masalah ini, termasuk mempunyai niat, kamu lihat istrimu begitu muda dan cantik, kamu masih tidak menyayanginya?"

"Sayang, pasti lebih menyayanginya." Gavin berjanji.

Dokter bertanya: "Kalau begitu kalian mau memilih apa? Pakai obat? Operasi? Tanpa rasa sakit? Atau mau tunggu dulu?"

Gavin: "Apa maksudnya tunggu dulu?"

Dokter dengan sabar menjelaskan: "Kalau janin tidak berkembang dengan baik, ada kemungkinan dia akan keluar sendiri, baru diperiksa lagi apa sudah keluar bersih atau belum, kalau sudah bersih maka tidak perlu dioperasi, kalau belum bersih maka harus dikuret. Dengan obat juga sama, kalau dengan operasi akan langsung dibersihkan, tentu saja, akan lebih berbahaya terhadap tubuh."

Gavin seorang pria dewasa, sebenarnya hatinya tidak yakin, "Yang mana yang bahayanya paling kecil?"

Dokter berpikir sebentar, lalu berkata: "Tunggu minggu depan saja, kalau janinnya tidak ada jantung, kalau bisa gugur akan keguguran sendiri, kalau tidak bagus, juga tidak bisa gugur sendiri, baru dikuret. Selanjutnya dalam satu minggu ini harus memperhatikan keadaan tubuh."

Setelah mendengar saran dokter, Gavin semakin berhati-hati dan teliti, menganggap Laras sebagai pasien berat, sangat ingin mengambil kursi roda dan mendorongnya jalan.

Setelah naik ke mobil, Gavin dengan hati-hati memakaikan sabuk pengaman, menggandeng tangannya, meremas jari tangannya.

"Apakah kamu mau memaafkanku?" Suaranya sangat sangat pelan, juga dengan sedikit serak.

"Kenapa kamu terus mengatakan itu? Ribut sekali."

"Walaupun kamu merasa ribut, aku juga harus mengatakannya......aku selalu mengatakan kalau aku akan melindungimu, selalu ingin memberimu yang terbaik, tetapi, aku malah selalu melukaimu......"

Laras mengejeknya, "Kamu sungguh paman Dita, paling pintar memberikan saran yang tidak berguna, sekarang kamu mengatakan begitu banyak, semuanya adalah omong kosong."

"Meskipun omong kosong aku juga harus mengatakannya, kamu lihat sudah seperti ini, bukankah harusnya hubungan kita......sudah boleh maju selangkah lagi?"

Laras memutarkan bola matanya, "Masa pengawasan baru saja berapa lama?"

"Formalitas sajalah."

"Formalitas apanya, siapa yang formalitas denganmu?!"

Gavin: "......"

Sekarang adalah tahap yang berbeda, apa yang dikatakan dan dilakukan akan selalu salah.

"Mau menjemput anak tidak?"

"Mau, langsung pergi."

Gavin dengan tidak senang melepaskan tangannya, lalu menyetir mobil.

Hal ini mereka juga tidak berencana memberitahu orang lain, Gavin sepertinya hampir selalu mengikuti Laras, sampai beberapa kali diejek Romo.

Setelah tiga hari, seperti yang dikatakan dokter, daging yang belum terbentuk itu meninggalkan Laras selamanya pada saat Laras buang air kecil.

Melihat kumpulan daging itu, Laras merasa lega juga merasa sangat sedih, bagaimana juga ini adalah anaknya, hanya saja dia datang di waktu yang salah.

Anak ini sangat baik, dari awal sampai akhir tidak membuat mamanya kesusahan, muntah hebat kali ini mungkin perjuangan terakhirnya, dia ingin memberitahu mamanya kalau dia pernah ada.

"Laras, kamu sudah masuk begitu lama, bagaimana?" Gavin yang bertanya dari luar, merasa sangat panik.

Laras menekan flush, menyiram bersih semuanya, lalu seperti tidak terjadi apa-apa bangkit dan membuka pintu, "Ayo, pergi ke rumah sakit, tapi aku merasa mungkin sudah tidak apa-apa."

Gavin melihat kulit wajah Laras yang kekuningan, dengan panik melirik kloset, "Sudah tidak ada?"

"Sudah tidak ada."

Detik itu, hati Gavin sangat sakit, reaksinya bahkan lebih besar dari Laras.

Dia memeluk Laras erat, terus mengatakan "maaf".

Mengatakannya pada Laras, juga mengatakannya pada anak itu.

Novel Terkait

Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
3 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
4 tahun yang lalu