Cinta Pada Istri Urakan - Bab 486 Kamu Terlihat Sangat Imut Ketika Marah

Dalam sisi menemani anak-anak, pria memiliki keunggulan dalam kekuatan fisik dan keberanian.

Ketika dulu Laras bermain dengan mereka, dia hanya menjaga mereka dia sudah capek setengah mati, tetapi berbeda dengan Gavin, dia bermain dengan kedua anak bagaikan seorang pemimpin, dan juga sangat senang.

Dalam sisi bermain, Laras merasa malu.

Terdapat sebuah “kapal penjelajahan” di tengah pusat perbelanjaan, ini merupakan sebuah wahana pendakian, yang hanya terbuka bagi anak-anak yang memiliki tinggi badan diatas satu meter, Bobi telah memikirkan wahana ini sejak lama, tetapi Laras merasa sangat bahaya, selain itu yang bermain didalam semuanya adalah anak SD yang seperti anak besar, dia tidak pernah memperbolehkan.

Tetapi pada sisi Gavin, dia akan mendukung, pria harus memiliki jiwa petualang.

Laras tidak setuju, “tidak boleh, terlalu tinggi, Bobi, disini banyak yang seru, yang lain semua boleh, hanya yang ini tidak boleh.”

Bobi terus menarik tangan Gavin, memohon dengan matanya.

Gavin menjelaskan: “Sebenarnya tidak bahaya, ada peralatan, tali pengaman di tubuh, tidak bisa jatuh. Bahkan terjatuh, ada balok spons dibawahnya, sangat aman. Aku rasa anak-anak memiliki jiwa petualang merupakan hal yang bagus, apalagi pria, melatih keberanian.”

Laras menatapnya dengan ganas, kamu masih berani bilang?!

Gavin merasakan ganasnya Laras, dengan segera dia membujuk, “Eh, Bobi, mau tidak, tunggu Sabtu, paman membawa kalian pergi tempat latihan outdoor, disana lebih seru dari sini.”

Bobi terlihat sangat tertarik, “apakah ada kapal penjelajahan?”

“Tidak ada kapal penjelajahan, namun lebih seru daripada sini, paman berjanji.”

Bobi berpikir sejenak, mengangguk dan berkata: “baik.”

Siapa menyangka, Laras menatapnya lebih ganas, dan berbisik: “Kamu bilang apa ke dia?”

Gavin tersenyum, “alihkan perhatian dia terlebih dahulu.”

“Dia akan selalu mengingatnya!!!”

“Bagus sekali, Sabtu aku pergi menjemput kalian.”

“kamu……”

Gavin dengan cepat menarik Bobi, “disana ada memancing, kita pergi lihat.”

Laras menyesal, jebakan, semua itu jebakan.

Nana menarik tangan mamanya, dan berlari dengan cepat, “Cepat mama, kita pergi memancing.”

Laras serasa ingin menangis, apakah masih ada posisi aku didalam hati kalian? Apakah kalian menganggap perkataanku dengan serius?

Cukup untuk bermain, makan, tunggu mereka pulang, diluar sudah gelap.

Sambil berjalan, Nana tidak ingin pulang, ingin digendong.

“mama, gendong.”

“Tidak, berjalan sendiri.”

“Nana tidak bisa berjalan lagi.“ Nana menguap, matanya sedikit kabur.

“Nah liat, mama kan sudah bilang jangan bermain sampai segila ini, kamu tidak mendengarnya, tidak, jalan sendiri.”

Nana memegang matanya, harus berjalan sendiri.

Gavin hanya diam, dan langsung menggendong Nana

Nana menyandar di bahunya, dan berbisik: “Terima kasih paman Dita.”

“Bagus, tidur saja, paman menggendongmu pulang.”

“Iya, Nana suka kamu.”

Suara manis Nana membuat hati Gavin terasa nyaman, dia begitu kecil, baik, imut, hanya tau memanjakannya.

Laras menatapnya lagi, “Hey, Bagaimana aku bisa membuat aturan seperti ini?”

“Shhhhhh….Nana mengantuk.”

“kamu……”

Pada saat ini, Bobi menarik tangan mamanya, “mama, aku juga sangat ngantuk.”

Laras hendak berbicara, Gavin menunduk, “Paman gendong.”

“……”Laras bingung, hey, berani mengambil pekerjaanku, ini disebut membeli hati orang benar?

Walaupun tidak puas, tetapi dia tidak bisa berbuat apa-apa, karena dia sama sekali tidak mampu berbuat seperti dia yang satu tangan menggendong satu dan berjalan dengan semudah itu.

Anak perlahan-lahan membesar, jangan bilang dua, satu aja tidak sanggup menggendong terlalu lama, bahkan sambil berjalan.

Berat satu anak adalah tiga puluhan kg, kedua anak dijumlahkan, sudah hampir mendekati berat badannya, dia benar tidak mampu menggendong.

Dia dengan cemberut mengikutinya, “Biarkan aku menggendong Nana.”

“Tidak apa-apa, Nana sudah tertidur.”

“Apakah kuat menggendong kedua anak?”

“Tidak bermasalah, tambah satu lagi pun bisa.”

“……”

“Jangan khawatir, aku akan membantumu menggendong mereka berdua sampai kasur.”

“……”Jebakan, pasti jebakan, hari ini sejak dia datang menjemput anak, semua adalah jebakan.

Malam menyelimuti bumi, lampu jalan di kedua sisi jalan menerangi jalan bagaikan siang hari. Di sini lalu lintas ramai, orang-orang datang dan pergi. Malam hari lebih popular daripada siang hari, bahkan lebih ramai.

Nana tetidur, tersandar di bahu Gavin yang lebar, dengan mulutnya yang setengah terbuka, air liurnya pun menetes.

Bobi juga tertidur Laras sangat khawatir mereka dua akan jatuh dari bahu Gavin.

Gavin melihat kekhawatiran dia, dengan senyuman, dia berkata: “Aku memperhatikannya, anak tidak akan jatuh, kamu jangan khawatir.”

Tatapan dan senyuman yang membunuhkan diserang pada waktu yang sama, Laras langsung di KO, dia menghindari pandangannya, dan berjalan sambil menundukkan kepalanya.

Sudah mau sampai apartemen, menjauhi pusat kota, sejenak menjadi sangat sunyi, sunyi hingga serangga di hamparan bunga kecil dapat didengar dengan jelas.

Gavin yang berjalan di depan tiba-tiba memperlambat langkahnya, sengaja menunggu Laras yang di belakang.

“Kenapa?”

“Kamu lihat apakah kita berdua mirip sedang jalan santai?”

Laras langsung melemparkan tatapan tajamnya.

“Sebelumnya Paman Uno itu, apakah juga seperti kita bermain sampai jam segini?”

“……” Siapa dengan siapa?!

“Di rumah, anak-anak lebih sering menyebut Paman Uno, atau aku?”

“Diam.”

Gavin meremas bibirnya dengan sadar, lalu tersenyum, “Laras, kamu terlihat sangat imut ketika marah.”

Laras dengan reaksinya, dia pun merasakan kecepatan merinding, “kamu idiot! “ dia memarahi, dengan cepat mempercepat langkahnya.

Memasuki lift, Laras berdiri di belakang, Gavin menggendong kedua anak dan berdiri di depan, kepala pria menoleh ke belakang ke kanan, dan wanita bersembunyi ke kiri, dan kepalanya menoleh ke belakang ke kiri, dan wanita bersembunyi ke kanan, sehingga pria itu tidak bisa melihatnya.

“Kamu sembunyi untuk apa?”

“Kamu melihat apa?”

“Aku takut kamu tersesat, mau menjagamu dengan baik.”

“Idiot!”

Sudah sampai rumah, keduanya bekerja sama memindahkan anak-anak ke kasur, kemudian, Laras sudah tidak sabar ingin mengusirnya, “terima kasih, menyusahkanmu, hari ini sudah sangat larut, kamu…”

“Aku boleh minum air?” tiba-tiba Gavin memotong.

Laras sangat ingin bilang tidak, tetapi, ketika dia menoleh, dia melihat keringat di dahinya, dia tidak bisa mengatakannya.

“Aku tuangkan, kamu tunggu sebentar.”

“Baik.” Berkata, Gavin dengan seenaknya menuju ruang tamu dan berbaring di sofa, tidak memperlakukannya dirinya sebagai tamu.

Sofa kecil dengan dua tempat duduk, dia berbaring, kedua kakinya bergantung diluar.

Dia meletakkan kepalanya di kedua tangan, tanpa sadar menatap Laras yang sedang menuang air di dapur.

Dia berkata: “Hari Sabtu aku benar datang untuk menjemput kalian, membawa kalian pergi bermain, boleh?”

Laras masih tetap memberikan tatapan yang tidak enak, dan menjawab dengan galak. “Tidak boleh, kamu jangan bertindak aneh di depan mereka.”

Novel Terkait

The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
4 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
5 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
4 tahun yang lalu