Cinta Pada Istri Urakan - Bab 128 Suara Bass Sialan

Di markas besar pasukan khusus serigala, kapten tim medis, Anis Tata memegang ponselnya dengan sangat erat, dia bagaikan sedang memberitahukan informasi ini kepada dewa kematian.

Di belakangnya ada Jordan, Hendro dan yang lainnya, mereka semua telah mendiskusikannya bersama-sama, hal ini harus segera diberitahukan kepada bos.

Begitu teleponnya terhubung, Gavin tidak bisa menahan dirinya untuk tidak menggeram dengan suara rendah, "Untuk apa meneleponku malam-malam begini? Berisik tahu tidak?!"

Tenggorokan Anis bagaikan tersumbat oleh sesuatu, sulit sekali untuk berbicara, suaranya juga terdengar sangat berat, dia berkata : "Bos, tadi tim medis kita melakukan pemeriksaan umum kepada para tersangka yang sudah ditangkap, di antaranya ada orang yang bernama Tukul Anwara, dia terdeteksi terjangkit HIV positif."

"Jordan mengatakan bahwa Tukul pernah terlibat perkelahian dengan kakak ipar, kedua belah pihak terluka dan mengeluarkan darah....." Anis menelan air liurnya lalu melanjutkan perkataannya, "Jika, aku hanya berandai-andai yah, jika luka kakak ipar dan darah Tukul bersentuhan, maka kemungkinan besar kakak ipar sudah terinfeksi."

Setelah Anis selesai mengatakannya, dia tidak mendengar reaksi apapun dari Gavin di telepon, dia melirik ke arah saudara-saudara yang lain, semua orang menahan nafas, tidak ada yang mengharapkan hal ini akan terjadi.

Di dalam kamar pasien, Gavin benar-benar sudah membatu, dia tidak berani mempercayai segala hal yang sudah didengarnya ini.

Setelah berlalu cukup lama, dia akhirnya bertanya : "Tukul.....adalah Tuan Black?"

"Iya."

Dia benar-benar bagaikan tersambar petir di siang bolong, Gavin terus menatap Laras yang sedang berbaring di atas ranjang pasien, saat di atas kapal pesiar, dia pernah berkelahi dengan Tuan Black dengan jarak yang begitu dekat, hidung Tuan Black mengeluarkan banyak darah, Tuan Black mencengkram lehernya dari belakang dan menggunakan pisaunya untuk melukai lehernya, lalu Tuan Black meludahkan darahnya ke wajah Laras.

Selain itu saat ini dia sedang demam, dia demam.....

Kedua kaki Gavin yang lurus seketika bergetar, nafasnya juga terasa semakin sulit, "Seberapa tinggi tingkat kemungkinan terinfeksi?"

"Sangat tinggi."

"Sangat tinggi itu seberapa tinggi?! Bicara yang jelas kepadaku!"

"Jika luka kakak ipar bersentuhan langsung dengan darah Tukul.....bos, kita tidak bisa menunda hal ini lagi, segera berikan obat penghambat kepada kakak ipar, paling efektif jika digunakan sebelum 24 jam."

Gavin tidak mengatakan apapun lagi, dia bahkan tidak sempat mematikan sambungan teleponnya dan langsung berlari keluar kamar pasien untuk mencari dokter.

------

Keesokan harinya, seberkas cahaya matahari masuk melalui jendela dan kebetulan menyinari wajah Laras.

Lapisan bulu transparan yang tipis itu seolah-olah memberikan selapis cahaya lembut ke atas kulitnya, membuat kulitnya terlihat bagaikan boneka porselen putih yang jika ditiup saja bisa pecah.

Kedua bulu matanya yang panjang bagaikan kipas kecil yang menutupi matanya, semakin melihatnya, Gavin tanpa sadar mengulurkan tangannya dan mencubit dagunya yang kecil dan sedikit terangkat dengan pelan.

Dia sudah menjaganya semalaman disini, terus menatapnya tanpa berkedip semalaman, wajah Laras yang sudah tidur sepanjang malam sudah tidak terlalu pucat seperti kemarin, perlahan-lahan sudah dihiasi warna kemerahan.

Cahaya matahari perlahan-lahan menyinari matanya, Gavin mengulurkan tangannya untuk menghalangi cahayanya di atas mata Laras.

Hal yang terjadi kali ini sebenarnya bisa dicegah dan juga bisa dihindari, namun karena dia tidak memperhatikannya dengan lebih baik, maka dia membuat Laras menjadi target musuhnya.

Dia tidak dapat membayangkan betapa takutnya Laras saat dikurung di dalam ruangan kecil yang gelap dan lembab itu, tidak dapat membayangkan betapa takutnya dia saat pertama kalinya melihat begitu banyaknya mayat yang bergelimpangan, lebih tidak dapat membayangkan betapa takutnya dia saat ditangkap dan lehernya dilukai dengan pisau oleh penjahat itu.

Dia tidak mampu membayangkan dan juga tidak berani membayangkan ketakutan yang dirasakannya saat itu.

Jarinya perlahan-lahan turun dan menyentuh lukanya yang dibalut oleh kain kasa, dia paling menyukai lehernya yang indah bagaikan leher angsa itu, setiap kali mereka berpelukan dan berciuman, dia akan selalu tidak bisa menahan dirinya untuk tidak membenamkan kepalanya ke dalam lekukan lehernya.

Tampaknya karena merasa terganggu, Laras mengerutkan keningnya, saat Gavin melihatnya, dia secara refleks menggunakan tangan yang sedang menghalangi matahari di atas matanya untuk menghilangkan kerutan di dahinya itu.

Cahaya matahari kembali menyinari matanya, bulu matanya terlihat berkedip, kali ini dia benar-benar sudah bangun.

Dia perlahan-lahan membuka matanya dan langsung bertatapan dengan pria itu, tatapan mata Laras terlihat lembut, kedua matanya yang jernih penuh dengan emosi yang mendalam.

"Janggutmu sudah tumbuh." dia tiba-tiba berkata, suaranya terdengar sedikit terkejut.

Gavin mengangkat tangannya lalu menyentuh dagunya, terasa kasar, dia berkata : "Emm, nanti aku akan mencukurnya setelah pulang ke rumah, dokter berkata setelah kamu bangun maka sudah boleh keluar rumah sakit, kita pulang yah?"

Sh*t, suara bass sialan ini!

Hati Laras dihinggapi oleh pertentangan yang sangat hebat, seolah-olah ada dua orang yang sedang bertengkar.

Peri A : "Ras, sudah maafkan saja dia, itu adalah pekerjaannya, Jenny sedang berusaha membuatmu bertengkar dengan Gavin, memangnya kamu benar-benar mau dibodohi olehnya?"

Peri B : "Meskipun itu adalah pekerjaannya, dia tetap tidak boleh melewati batas bukan? Dia benar-benar sudah bersalah kepadamu Ras, tidak boleh dimaafkan."

Peri A : "Kamu harusnya bertanya kepadanya, lihat apa yang akan dia katakan, mungkin saja tidak terjadi apapun."

Peri B : "Ras, kamu sudah mendengarnya sendiri bukan, bagaimana mungkin bisa salah? Dia pasti tidak akan mau mengakui hal ini, jangan percaya kepadanya, semua pria adalah binatang yang berpikir dengan menggunakan tubuh bagian bawahnya, dia juga tidak terkecuali."

Peri A : "Tapi Ras, dia begitu baik terhadapmu, kamu benar-benar rela meninggalkan dirinya? Lihatlah wajahnya yang begitu tampan itu, apakah kamu masih bisa melihat pria lain lagi?"

Peri B : "Jangan sampai kamu diperdaya oleh wajah tampannya Ras, memangnya kamu tidak bisa hidup tanpa seorang pria?"

Laras tiba-tiba menutup matanya dan membalikkan tubuhnya membelakangi Gavin sambil menyumpah di dalam hatinya, semuanya mau diam tidak!

"Kamu masih marah?" Gavin mencolek bahu Laras dan berkata dengan menggunakan nada bicara yang biasanya tidak akan pernah dia gunakan, "Kita pulang dulu yah? Nanti setelah sampai di rumah, tanyakan saja apa yang ingin kamu tanyakan, asalkan itu tidak ada hubungannya dengan rincian kasus yang sedang aku tangani, aku jamin kalau aku akan mengatakan semuanya tanpa menutup-nutupi apapun darimu, nanti kamu baru putuskan ingin mengadiliku seperti apa, mau ya?"

Kemampuannya dalam membuat suara rendahnya itu terdengar manja benar-benar membuat bulu kuduk Laras yang mendengarnya berdiri semua, "Hei, Gavin, bisa normal sedikit tidak?"

Gavin merasa sedikit malu, dia tiba-tiba membungkukkan badannya ke arah Laras dan menggigit daun telinga Laras, itu adalah bagian tubuh Laras yang paling sensitif.

"Hei, apa yang kamu lakukan?"

"Kamu menyuruhku untuk bertindak normal sedikit, saat ini aku sangat ingin memakanmu."

"........" Jangan membohongiku, aku tidak tahu banyak tentang hal ini, "Tentara terluka parah sepertimu ini memangnya bisa keluar dari rumah sakit?"

"Aku tidak apa-apa, semua luka ini harus disembuhkan dengan istirahat di rumah, aku sudah mengambil cuti yang panjang, aku berencana untuk menemanimu dengan baik di rumah."

Laras menoleh dan menatapnya dengan curiga, "Yang benar?"

"Jika aku membohongimu, maka aku adalah seekor anjing kecil."

"........kekanak-kanakan sekali!"

"Aku belajar darimu, setiap kali kamu meniru suara gonggongan anjing di telepon, aku langsung tahu kalau kamu kembali mengingkari janjimu kepada Manda, tapi aku tidak akan pernah mengingkari janjiku kepadamu."

"......" kamu pasti sedang merasa bersalah, aku sudah tahu kalau kamu pasti sudah melakukan hal yang membuatmu merasa bersalah terhadapku.

Gavin tidak memberikan Laras kesempatan untuk bernafas, dia segera mengurus prosedur keluar rumah sakit dengan secepat kilat, kemudian langsung membawa istrinya pulang.

Namun Laras tidak menyangka kalau Gavin tidak membawanya pulang ke rumah utama, melainkan ke sebuah apartemen bertingkat tinggi.

Meskipun apartemen ini tidak semewah rumah utama, namun ini juga adalah tempat tinggal mewah yang harganya selangit, lokasinya berada di tempat yang terbaik, spesifikasinya juga yang terbaik, orang yang memiliki uangpun belum tentu bisa membelinya.

"Ini dimana? Kenapa membawaku kemari?"

"Ini adalah dunia kecil milik kita berdua, bukankah kamu selalu berkata kalau rumah utama terlalu besar, kamu tidak terbiasa tinggal disana?"

Saat itu Laras hanya mengira kalau Gavin merasa bersalah terhadapnya, jadi dia selalu menuruti segala keinginannya, karena itulah dia tidak terlalu memikirkannya.

Novel Terkait

The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
3 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
3 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu