Cinta Pada Istri Urakan - Bab 346 Biar Kamu Rasakan Keramahanku

Orang yang mengelilingi semakin banyak, diantara pejalan kaki, ada yang mengenali Nagita.

"Ini bukankah nyonya Atmaja yang terkena kasus pencucian uang itu, yang grup Atmaja itu."

"Benar dia orangnya, pada saat dia memukul artis muda dijalan, dengan sekarang ini, sangat mirip dengan perempuan jahat.

"He, keluarga Atmaja mencuci uang masih berasalan, melukai begitu banyak orang, siapa yang dekat dengan keluarganya benar-benar sial."

Orang pejalan kaki mengatakannya didepan Nagita, sedikit pun tidak tabu.

Ini membuat Nagita dari marah menjadi lebih sedih, begitu selesai memarahi Laras dan Gavin, memutar kepalanya kearah orang asing dijalan dan berteriak, "Berapa umur kalian sampai kalian berhak menyalahkanku disini, sekolompok orang miskin biasa seperti kalian apa juga berhak mengatakan keburukanku?"

Sekarang pejalan kaki juga bukan orang yang boleh diprovokasi, perkataan Nagita juga menusuk, pendapat mereka tidak sama, kedua belah pihak itu menjadi sengit.

Satu lawan banyak, Nagita diinjak diatas tanah oleh sekelompok pejalan kaki, ada yang memarahi, ada yang meludahi.

Gambaran itu sangat memalukan, Laras dan Gavin juga tidak boleh tidak menolong, mereka terpaksa menarik semua orang, menjadi penengah.

Begitu para pejalan kaki bubar masih ada yang mengeluh.

Salju turun semakin lebat, Laras ingin memapah Nagita masuk kedalam mobil, tapi tangannya baru saja menyentuhnya, Nagita langsung menepis.

"Tidak perlu kamu urus, kalian pasti diam-diam sedang menertawakanku." Nagita masih sangat keras kepala beranggapan seperti ini, lalu berjalan pergi dengan pincang.

Laras mencoba menghentikannya, ingin menjelaskan, Gavin langsung menekan pundaknya, menggeleng kepala memberi tanda kepada Laras jangan memaksanya.

Begitu masuk kedalam mobil, Laras mengeluarkan kotak p3k, menggunakan kapas yang dibasahi dengan alkohol, dengan pelan mengobati luka Gavin.

"Sepertinya lebih baik kita kerumah sakit saja, lukanya sedikit dalam," Dia berkata dengan khawatir, "Lagipula masih sedikit berdarah."

"Sedikit tidak apa-apa, hanya luka luar, tidak apa-apa."

"Maaf ya, bibiku dia akhir-akhir ini pasti kesulitan......"

"Bodoh, maaf untuk apa, tidak ada hubungannya denganmu."

Laras hanya diam melihatnya, dia benar-benar menggunakan kemampuannya menyimpulkan arti sebenarnya dari dari kalimat 'pria yang mempunyai bekas luka adalah pria yang sesungguhnya', bagaimana tampilannya pada saat luka terluka, ya setampan itu dia.

"Terakhir menempelkan pleser, sudah selesai, suamiku tercinta benar-benar sangat tampan." Wajah layak penggemar, mata berkelap kelip layak bintang.

"Sudah pasti."

Laras terakhir memutar kepalanya melihat kearah Nagita, daritadi sudah tidak melihat jejaknya, "Haish, kalau begitu ayo jalan, pulang keruah."

Gavin pelan-pelan menghidupkan mesin, sebelah tangannya memegang setir mobil, sebelahnya lagi menggenggam tangan Laras.

"Apa yang kamu lakukan, sedang turun hujan lho, bisa tidak fokus bawa mobil?"

"Menggenggam tangan tidak mempengaruhiku membawa mobil."

"Kenapa tiba-tiba menjadi lengket."

Pandangan Gavin mengarah kedepan, nadanya melambat dan melembut, "Laras, tentang kejadian paman aku juga sangat menyesal, tapi memeriksanya adalah pekerjaan kami, kami tidak akan menyimpang karena adanya hubungan saudara, kamu mengerti?"

"Ehn, mengerti."

"Kalau memang mengerti, maka jangan bergabung dengan nenek memaksaku melakukan sesuatu lewat orang dalam lagi."

"......." Berputar kesana kemari, rupanya sedang menyinggungku.

Laras menepis tangan Gavin, mengerutkan tangannya, tidak memperdulikannya, menyampingkan badannya mengarah keluar jendela, "Jadi kamu tega melihat Manda menangis? Kamu bisa, aku tidak bisa."

Gavin menghela nafas pelan, dengan tenang menarik lengannya yang keras kepala mendekat padanya, lalu menggandeng tangannya dengan erat.

"Kalau begitu aku tanya, kalau suatu hari Manda membantu bibi sama-sama menyalahkan kita memarahi kita, apa yang kamu lakukan."

"Manda tidak seperti itu."

"Dia sudah kembali ke keluarga Atmaja."

"Aku mengerti, kamu begitu dingin tidak akan mengerti." Begitu Laras menyelesaikan kalimatnya, menggigit pelan lidahnya, dengan cepat meminta maaf, "Maaf, mulutku sangat lancang."

Kemarin mengata-ngatainya dingin tak berperasaan, mereka langsung berperang dingin, dengan tindakan asli membuktikan padanya apa yang disebut dingin tak berperasaan, benar-benar sudah cukup.

Gavin dengan santai berkata: "Tidak apa-apa, yang penting aku ramah padamu saja, nanti pulang akan kubiarkan kamu merasakan keramahanku."

"......" Kalimat ini kenapa seperti menggoda, si tidak tau malu ini.

Setelahnya Laras menelepon Manda, menceritakan apa yang terjadi barusan, juga menanyai kondisi mereka akhir-akhir ini.

Laras: "Kaki bibi mungkin terluka, nanti kamu pulang coba lihatkan."

Manda: "Ehn, baik, Laras, aku menggantikan mamaku meminta maaf kepada jendral, kamu sampaikan pada jendral."

Laras: "Tidak apa-apa, Gavin tidak memasukkannya ke hati, aku hanya mengkhawatirkan bibi, moodnya juga tidak baik, jangan sampai salah paham lalu seperti kak Maira."

Manda: "Aku akan lebih banyak menemaninya, tenang saja."

Laras: "Bukan hanya bibi, kamu juga sama, semakin di kondisi seperti ini semakin harus melindungi diri sendiri, ada apa-apa harus memberitahuku, jangan menanggungnya sendirian."

Manda: "Baik, terimakasih."

Laras: "Terimakasih apanya, diantara kita berdua apa masih butuh terimakasih?"

Begitu telepon ini selesai, Laras merasa ada yang aneh, Manda sangat sopan terhadapnya, sangat berbeda dengan kedekatan yang dulu.

Lagipula, setelah keluarga Atmaja terkena masalah, selain Manda datang memohon Gavin sekali itu, tidak pernah mencarinya lagi.

Dulu tidak akan pernah seperti ini.

Semakin Laras pikirkan, dia semakin tidak tenang, "Kalau tidak kita undang kakak pertama dengan Manda datang ke rumah untuk makan? Aku lama sudah tidak berjumpa Manda."

Gavin mengerutkan alisnya, "Sepertinya ini agak susah, semalam Rendra mengajakku keluar minum, dia dan Manda sepertinya ada sedikit masalah."

"Ha? Ada apa dengan mereka?"

"Pasangan bertengkar bukannya sangat normal, aku hanya merasa seperti itu saja, dia tidak mengatakannya."

"Aduh, kamu ini benar-benar tidak asyik, kenapa tidak memperhatikan saudara sendiri?"

"Diantara pria tidak membicarakan ini, dia mau ceritakan ya cerita, kalau tidak mau aku juga tidak akan bertanya."

"......"

"Jadi, pria dan wanita tidak sama, mengerti tidak?"

Lalu Laras membelokkan pembicaraan, bertanya: "Jadi semalam alasanmu pulang malam bukan karena lembur, tapi keluar minum, benar tidak?!"

"Eh......" Celaka, sudah keceplosan.

"Hei, nanti malam tidur di lantai!"

"......"

-------

Salju ini datang dengan mendadak, saat malam hari, diatas tanah sudah ada lapisan salju yang tebal.

Suhu juga sangat turun sampai titik terendah di musim dingin ini.

Begitu Manda pulang dari kelas langsung pulang kerumah, begitu masuk kedalam rumah, ruang tamu yang luas dan kosong sedikit dingin, tidak lebih hangat dibandingkan dengan di luar.

Dia membeli nasi dan lauk pulang kerumah, hanya saja suhu diluar sangat dingin, nasi dan lauk menjadi dingin.

Dia membawa nasi dan lauk kedapur, memasukkannya ke microwave untuk dipanaskan.

"Ma? Ma?" Dia memanggil dua kali tapi tidak ada yang menjawab, langsung naik keatas, "Ma, mama dikamar ya? Aku membeli nasi pulang, dipanaskan sebentar sudah bisa makan, ma?"

Berjalan sampai ke kamar utama, Manda juga tidak tau sedang takut apa, hanya merasa ada kekhawatiran yang tidak beralasan dihatinya.

"Ma?" Dia mengetuk pintu pelan, "Mama didalam ya?......Mama sedang tidur ya?"

"Masuk!" Suara Nagita terdengar dari dalam.

Manda menghela nafas lega, membuka pintu dan masuk.

Dia mengira Nagita berbaring diatas tempat tidur sedang tidur makanya begitu lama tidak menjawab, tapi, dia hanya duduk didepan kaca rias, berkaca, dengan tidak cepat juga tidak lama menyisir rambut.

"Ma, sudah boleh makan." Katanya.

Novel Terkait

Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
3 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
4 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
4 tahun yang lalu