Cinta Pada Istri Urakan - Bab 98 Kebiasaan Christian Menghalangi Orang Disekolah Masih Belum Berubah? (1)

Keluarga Pradipta setiap tahun pada hari ke lima tahun baru semuanya akan berkumpul bersama, yang datang adalah kerabat ketiga bersaudara Pradipta dan teman dekat.

Nenek adalah leluhur yang tertinggi dari generasi, putri tertua telah menikah di keluarga yang baik, ketiga putra luar biasa, tiga cucu kecil-kecil telah menonjolkan kemampuan dirinya, membuat orangtua bangga, penuh percaya diri, selalu tersenyum kemanapun.

Laras sepanjang jalan dari pintu sampai ke meja utama, banyak menarik perhatian.

“Wow, anak perempuannya siapa ini, cantik sekali?” Beberapa kerabat jauh berbincang-bincang.

“Kelihatan sangat muda, kemungkinan adalah kerabat menantu dari Allan Pradipta.”

“Pergi saling berkenalan, mungkin saja bisa menjadi dekat.”

Laras langsung berjalan ke samping nenek, tersenyum sambil memanggil, “Nenek, maaf, aku terlambat.”

Nenek menoleh ke belakang melihat, senang sekali dan terseyum lebar, “Laras sudah datang, baru saja berbicara tentangmu, kemari kemari kemari, hadirin sekalian, ini adalah menantu cucuku, cucu dari Gavin, masih sekolah di Universitas Pelita Harapan.”

Begitu diumumkan, semua orang memandang Laras, ada terkejut, dan ada juga yang kagum.

Meskipun Rama tidak dikenal oleh kerabat, tetapi di kalangan masyarakat, masih termasuk terkenal.

Terlebih lagi, keponakan Rama telah menikah dengan Pradipta yang terhormat di Jakarta, ini menjadi topik pembicaraan orang-orang, dan menerima banyak perhatian.

Ternyata dia adalah keponakan Rama, ternyata dia adalah pendamping baru Gavin, ternyata dia sangat cantik, tidak heran kalau Gavin melepaskan Jenny Wijaya yang lebih cocok, juga ingin menikahinya.

Melihat mata semua orang, Laras selalu tersenyum, nenek memperkenalkan teman baik di sampingnya, setiap orang diperkenalkan, dia menyapa dengan ramah, sampai tiba-tiba Christian terlintas di matanya.

Christian duduk di samping nenek, karena matanya hanya melihat nenek ketika dia datang, ditambah lagi dia hanya melihat punggung mereka, nenek juga terakhir memperkenalkan Christian, sehingga Laras merasa terkejut.

Laras terpana, baru saja ingin menyapa, Christian telah berdiri, sedikit tersenyum dan berkata: “Kakak ipar kedua, jangan pura-pura tidak mengenal.”

“Kamu….bukannya kamu sudah ke luar negeri?”

“Hari kelima adalah hari besar, kembali untuk berkumpul bersama, juga melihat nenek.”

Orang tua itu terkejut dan bertanya, “Christian, Laras, kalian sudah saling mengenal?”

Wajah Laras canggung, Christian sangat tenang,“Nenek, Laras adalah teman sekelasku.”

Orang tua itu tiba-tiba menyadarinya,“Oh, benar benar benar, kamu juga di Universitas Pelita Harapan, bagaimana bisa kebetulan teman sekelas?”

“Benar, bahkan lebih kebetulan waktu di SMA kami adalah teman sebangku.”

Setelah mengatakannya, orang tua sangat penasaran, satu di kiri dan satu di kanan menarik Laras dan Christian, memaksa mereka berbagi hal-hal yang menarik saat di sekolah, tidak diduga bahwa orang tua itu seperti anak kecil.

Awalnya Laras masih malu, sangat takut para kerabat bertanya ini itu, “berbaur” oleh nenek, dia malah merasa tenang.

Selain Christian, Laras menyadari, setelah keluar negeri dan beberapa kali keluar minum dengan Christian tampaknya dia lebih terbuka dari sebelumnya, banyak berbicara, banyak tersenyum, kepribadian juga berubah menjadi baik.

Christian pintar berbicara, tidak terlihat malu-malu, benar-benar mengatakan beberapa hal menarik, membuat orang tua tertawa geli.

Anna khawatir, beberapa kali melihat ke arah Laras, takut dia membuat kesalahan yang tidak terduga yang bisa membuatnya malu.

Setelah makan malam, para orang tua jarang-jarang bisa bertemu, duduk bersama berbincang-bincang sambil makan.