Cinta Pada Istri Urakan - Bab 87 Terlahir Kembali (2)

Orang-orang disekitar mereka juga terkejut, "Wow, Nyonya cantik sekali."

"Iya, biasanya melihat nyonya berdandan seperti anak sekolah, sekarang berpakaian seperti ini, aku tidak mengenali nyonya. "

"Nyonya, nyonya berdandan seperti ini, seakan-akan terlahir kembali. "

Mendengar pujian dari orang-orang, Laras berpuas diri, tetapi itu hanya bertahan beberapa detik, dia menepuk pahanya dan menyeringai: "Jadi maksud kalian, aku biasanya tidak cantik, tidak anggun, tidak sempurna?"

Aaron: “……”

Penata rias: “……”

Orang-orang: “……”

"Hahahaha, lihat betapa bodohnya kalian, aku hanya bercanda kok. "

Aaron Pradipta menghela nafas dan mengingatkannya, :"Kak, lebih baik kakak ipar tidak bicara. "

Laras dengan lugu bertanya: "Jadi lebih baik berpura-pura bodoh?"

Aaron Pradipta menggeleng. "Ya tidak juga."

Waktu hampir tiba, Laras bersiap-siap pergi ke rumah orang tua keluarga Pradipta, perasaan semua orang bercampur aduk, bahkan Pandu dan Pelayan Lira yang ikut serta pergi juga bergetar.

"Nyonya, semua hadiah untuk Tuan besar dan Nyonya besar apakah sudah dibawa? Kalung giok untuk nyonya besar, dan Jamur Cordyceps untuk Tuan besar, produk perawatan kulit juga untuk nyonya besar, ada lagi, Tuan besar tidak suka dipotong saat sedang berbicara, ini harus diingat."

Pelayan Lira berbicara sepanjang jalan, dan tak terasa sudah sampai di rumah tetua Keluarga Pradipta.

Setiap tahun baru berakhir, banyak orang pulang ke kampung halaman untuk merayakan tahun baru, kalau lalu lintas di kota Jakarta lancar, mereka bisa sampai dengan cepat.

Bukankah ini tahun baru, bagaimana dia malah harus diadili nanti? Dia berpikir.

Rumah tetua keluarga Pradipta ada di kaki gunung Sindur, setelah salju, Gunung Sindur sangat indah, sinar matahari bersinar, dari kejauhan, gunung itu tampak bersinar, rasa tenang yang diberikan membuat orang terhilang dalam keindahan alam nya.

Mobil perlahan memasuki rumah keluarga Pradipta, perhiasan musim semi di pintu, karpet merah di jalan, serta pernak-pernik lampu, semuanya menunjukan datangnya tahun baru.

"Tidak kelihatan, ternyata keluarga Pradipta masih agak tradisional ya."

"Benar, disini masih sangat terasa perayaan tahun barunya, tidak seperti di kota, orang-orang mudanya tidak peduli dengan tahun baru."

Laras menegakkan posturnya, perasaan nya semakin tegang, tidak heran Gavin menyuruh dia menemani orang tuanya, ini bukan hanya sekedar reuni.

Mobil berhenti di depan rumah tersebut, sudah ada orang yang membukakan pintu, "Nyonya, berhati-hatilah, Nyonya besar sudah membicarakanmu sepanjang pagi."

Laras perlahan-lahan keluar dari mobil dan memerintahkannya dengan sorot mata yang tegas "Di belakang mobil ada hadiah, bantu aku membawanya kedalam. "

Melangkah di karpet merah, diikuti oleh orang-orang dibelakangnya, secara tidak sadar Laras berjalan seperti seorang ahli.

Di dalam rumah, sudah menunggu 3 orang tetua.

Dari jendela, Anna terus menerus membicarakan kekurangan Laras, "Lihat lihat, jangan pakai pakaian panjang jika pendek, untung orang-orang tahu dia datang kesini untuk merayakan tahun baru, jika tidak tahu pasti akan mengira dia datang untuk menagih hutang. "

Nenek memelototinya dan menegurnya: "Semua tidak ada yang bagus di matamu, aku yang setua ini pun tidak dipandang baik di matamu, kedepannya tahun baru jangan bawa aku kesini, aku lebih baik melewatkannya sendirian, atau bersama Laras . "

Wajah Anna memerah, dan mengedipkan mata pada suaminya.

Allan duduk dan membaca korannya, "Semua orang sudah datang, kurangi bicaramu. "

Anna: “……” Mamamu begitu datang, aku seperti tidak memiliki derajat.