Cinta Pada Istri Urakan - Bab 1009 Dunia Berdua

Mobil mereka masih belum sampai kediaman, Gavin sudah terima telepon dari Trivia, yang menjelaskan bahwa dirinya telah memecat Yaya, sebentar lagi akan mengumumkan dan meminta maaf dalam grup orang tua murid pada aplikasi sosial media di ponsel.

Ponselnya sedang membuka pembesar suara, mendengar sampai masalah mengumumkan dan meminta maaf, Laras langsung mengerutkan alis, meminta maaf secara umum mengenai masalah Gavin diganggu oleh Yaya ya ? Kalau permintaan maaf ini diumumkan, lebih kurangnya akan membuat Gavin terlibat dalam isu yang tidak benar.

Ibu menantunya pernah mengutarakan beberapa kalimat tulus padanya, katanya Gavin sudah hebat pada saat muda, banyak yang mengawasi dirinya di belakang, setelah dia kembali dengan penuh kemenangan, semakin mendapatkan kepercayaan dan penghargaan dari atasan, saat ini adalah masa-masa yang paling penting dalam karirnya, tidak boleh ternodai oleh masalah apapun, apalagi rumor asmara, sama sekali tidak bisa mengizinkannya.

Berpikir sampai di sini, Laras merebut ponselnya, langsung berkata pada Trivia : Ibu Trivia, tidak perlu mengumumkan lagi, aku tidak ingin terlibat dalam kaitan apapun dengan nona Yaya, mohon pengertiannya.”

Trivia juga orang yang pintar, tentu saja mengetahui maksudnya, “Baik, tenang saja.”

Setelah memutuskan sambungan teleponnya, suasana di dalam mobil kembali sunyi, kedua anaknya telah kelelahan karena bermain, sudah ketiduran setelah masuk ke dalam mobil, Gavin dan Laras tidak berbicara sama sekali, kesunyian di dalam mobil terkesan aneh.

Setelah sampai ke kediaman Gavin, Gavin tidak membiarkan Laras turun dari mobilnya, dia hanya menyuruh orang rumah membawa turun kedua anaknya, dia membawa Laras dan mulai berangkat pergi.

Laras bertanya dengan kebingungan :”Mau ke mana ?”

“Malam ini kita berduaan saja, bawa kamu makan dulu.”

“Buat apa, masih perlu membimbing anak untuk mengerjakan tugas sekolah.”

“Loncat satu hari tidak masalah, apalagi sekarang masih sekolah TK, mana ada tugas sekolah ? Semua ini hanya kewajiban yang diberikan oleh orang tua.”

“Aku juga tidak memaksa mereka belajar, hanya sekedar tugas santai, atau sejenis menggambar, mereka juga sangat senang.”

“Aku tahu, hanya satu hari saja, kita keluar berduaan, boleh ?”

Laras menatap ekspresi di satu sisi wajahnya yang serius, tidak tega menolaknya, “Baiklah.”

Setelah pulang dari Miami pada tahun ini, Gavin sering tidak ada di rumah, meskipun Laras juga tidak tahu tugas apa yang sedang dikerjakannya, tapi lebih kurangnya dapat menebak bahwa dirinya sedang mengawasi seseorang di dunia hiburan, seperti Ariel Tatum atau sejenisnya, kemungkinan besar Maira juga termasuk dalam kategori pengawasannya.

Sebenarnya niatnya ingin menemani anak-anaknya di liburan ini, sekeluarga sama-sama berliburan, akan tetapi, liburan yang berlangsung hanya tersisa setengah bulan saja, Gavin akhirnya dapat berliburan juga, namun kaki Laras malah terluka pada saat seperti ini.

Gavin bukannya tidak merasakan, sebenarnya hubungan perasaan dirinya dan Laras sama sekali tidak bermasalah, mereka saling mencintai, hanya saja kurang berinteraksi karena sering berpisah.

Komunikasi sangat penting, hubungan sebaik apapun bagi suami istri, jika kekurangan komunikasi yang sangat penting ini, pasti akan memicu masalah.

Setelah melewati kejadian Randi dan Yaya, Gavin sudah mulai menyadari permasalahan mereka.

Tempat ini adalah dunia milik mereka berdua, apartemen yang direnovasi mewah, menempati di lokasi yang sangat berharga, mendapatkan kesunyian di keramaian dan lingkungannya sangat indah, serta sistem keamanan yang paling berkualitas.

Apartemen ini dititipkan pada pihak manajemen properti untuk mengurusnya, setiap harinya ada pembantu khusus yang datang untuk membersihkan, meskipun mereka datang secara langsung, rumahnya juga akan dalam kondisi bersih dan rapi.

Setelah mereka sampai, pengurus rumah tangga langsung menghampirinya dan berkata dengan sopan :”Tuan Pradipta dan Nyonya Pradipta, lauk instan yang kalian pesan sudah di dalam dapur, seandainya ada masalah bisa langsung menghubungi saya, apabila ada keperluan lainnya, juga silakan menghubungi saya.”

Gavin memeluk Laras, berterima kasih padanya :”Terima kasih, tidak ada keperluan lagi, kamu sibuk saja.”

Setelah lewat pengawasan dan masuk ke dalam lift, mereka tiba di apartemennya.

Pada saat mereka keluar dari lift, suasana di dalam apartemen sudah menjadi sejuk, AC dan sistem dedikasi udara sudah mulai berjalan, lampu induksi menyala pada waktu yang tepat, seolah-olah sedang menyambut kedatangan tuan rumahnya.

Jendela yang sangat besar dan gorden yang tipis ditarik secara otomatis, dalam dapur yang terbuka, lauk instan sudah tertata rapi di tempat yang menonjol, dan juga akuarium besar yang terletak berdasarkan ilmu geomansi, ikan yang lincah sedang merebut makanannya, kelihatannya, kinerja kerja pengurus rumah tangga ini sangat memuaskan.

Tentu saja, biaya penitipan pengurusan juga sangat mahal.

Gavin meletakkan Laras ke atas sofa dengan lembut, menyalakan televisi untuknya dengan perhatian, dan juga memberikan remote televisi padanya, “Mau nonton yang mana kamu atur saja, hari ini semuanya mengikuti kesenanganmu.”

“Ei, kamu jangan tiba-tiba menjadi perhatian, hatiku panik.”

“Panik apanya, aku paling cuma menerkam kamu dengan habis-habisan, masih bisa berbuat apa lagi ?”

Laras melototnya sekilas, “Jawab baik-baik, jangan bercanda.”

Gavin tiba-tiba tersenyum keceplosan, menggenggam tangannya dan berkata :”Bukannya kalimat ini moto aku ya ?”

“Kenapa, aku juga tidak boleh bilang ya ? Kamu sudah mengajukan hak paten ?”

“Boleh, tentu saja boleh,” Dalam hatinya sangat berkeluh, “Laras, kamu benar-benar menjadi sangat dewasa.”

“Tentu saja, kedua anakku sudah bisa menjaga diri sendiri, aku boleh tidak dewasa ?”

Tatapan Gavin sepertinya menyimpan perasaan yang tidak akan habis diungkapkan, begitu lama tidak mencurahkan isi hati, tiba-tiba tidak tahu harus bagaimana membuka pembicaraannya.

Saat ini matahari sudah tenggelam total, langit menjadi kemerahan dikarenakan awan di senja hari, Gavin berjongkok di samping kakinya, menggenggam tangannya, dan menatapnya dengan tatapan penuh perasaan, “Aku… sangat senang dengan perubahanmu, akan tetapi, juga panik dengan perubahanmu….”

Dia ingin membuka mulut tetapi menunda lagi, ingin mencari kata-kata yang lebih tepat untuk menggambarkan isi hatinya, dia menepuk punggung telapak tangannya, berkata :”Aku masak saja dulu, kita sambil makan sambil mengobrol.”

“Kamu bisa mengurus itu ?”

“Tenang saja, kamu tunggu makan saja.”

Lauk instan itu dipesankan pada saat mereka masih di dalam mobil, semuanya lauk setengah jadi yang sudah dibersihkan dan dipotong rapi, ada satu porsi ayam sambal pedas, satu porsi daging goreng, dan satu porsi sup tulang, Gavin yang memilih semua ini, katanya dia sanggup mengurusnya.

Mengenai kemampuan bermasak, Laras tidak meletakkan harapan yang terlalu besar padanya, seandainya semuanya telah disusun rapi, hanya perlu memasak saja, seharusnya masih bisa dimakan.

Di dalam dapur yang terbuka, Gavin mengikat celemek dan sibuk sana sini, meskipun Laras sedang menonton televisi, namun pemandangan di dapur selalu menarik perhatiannya.

Lelaki yang sedang konsentrasi memang sangat memesonakan, lelaki yang pintar masak juga sangat menarik perhatian, kalau begitu, lelaki yang konsentrasi memasak, tentu saja sangat memesonakan dan menarik perhatian, Laras menonton televisinya, namun perhatiannya sudah terletak pada pemandangan di dapur.

Lelaki yang disiplin terhadap diri sendiri ini, dewasa dan sabar, setelah mengalami berbagai kesulitan, bakat awalnya sudah mulai disembunyikan, agresif yang sudah mulai terkendali, sempurna sekali.

Sepertinya dia tidak pernah melakukan kesalahan, sepertinya dia selalu berdiri angkuh, sepertinya dia selalu berbinar-binar, membuat dirinya hanya bisa menatapnya dari bawah.

Akan tetapi, orang seperti ini, ada saatnya juga, mengenakan celemek dan sibuk di dalam dapur, menganggap dapur sebagai tempat peperangan, dan menganggap memasak sebagai tugasnya, Laras mengetahui bahwa, semua perubahan ini hanya karena dirinya.

Setelah berpikir-pikir, emosional dan amarah di dalam hati Laras, mereda tanpa disadari, dalam menghadapi Gavin, Laras tidak bisa emosi lagi.

“Sudah tercium wangi makanan ?” Gavin bertanya dengan nada meminta pujian, dia sendirinya sudah mencicipi, kemungkinan karena masakan diri sendiri, sehingga dia merasa lumayan enak.

“wangi, ini wangi sup tulang wortel.”

“Sup ini di rebus saja dulu, semakin lama semakin enak, aku sekarang mau mulai menggoreng daging, akan lebih wangi lagi.”

Lelaki ini senangnya bagaikan anak kecil yang diyakinkan hasil kerjanya, Laras mana mungkin emosi lagi, rasa tidak sudi dan amarah yang terpendam di dalam hatinya pada beberapa hari ini, juga padam bagikan api.

Novel Terkait

You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu