Cinta Pada Istri Urakan - Bab 7 Pertama Kali Ada Yang Peduli

Bab 7 Pertama Kali Ada Yang Peduli

Ini pertama kalinya Gavin melihat Laras mengangkat kepalanya, juga pertama kalinya mereka berdua saling bertatapan, dia melihat dengan jelas luka di wajah gadis itu, tulang pipi kirinya dan sudut bibirnya bengkak, mata kirinya agak sedikit tidak bisa dibuka karena pipinya terlalu bengkak, pantas saja dia selalu menundukkan kepala dan sebisa mungkin menggunakan wajah bagian kanan pada saat berhadapan dengan orang lain.

"Ayah, seorang pria harus berani mempertanggung jawabkan perbuatannya, ini adalah kewajiban yang paling dasar, apalagi aku adalah seorang tentara, semakin harus menjalankan tanggung jawabku. Bukankah ini juga adalah yang ayah ajarkan padaku, kalian tidak boleh keberatan dengannya hanya dikarenakan orang tuanya sudah bercerai. "

"kamu.... " Allan tidak dapat membalas apa yang dikatakan oleh putranya.

"Ayah, aku bukannya sengaja ingin menentang atau membuat kalian marah, kalian ingin melihatnya, jadi aku membawanya pulang untuk bertemu kalian, bukan untuk meminta pendapat kalian, tetapi untuk memberikan kalian sebuah penjelasan. Kalian suka atau tidak padanya tidak masalah, aku yang memilihnya, sudah cukup jika aku yang suka padanya."

"besok ayah akan mencari Reno untuk membicarakan mengenai pekerjaanmu. " Allan mengancam.

Gavin diam sebentar, menarik napas yang dalam dan berkata dengan berat hati : "kalau begitu kebetulan, aku sudah selesai menulis surat pengajuan sebagai pasukan perdamaian di Afrika, mohon ayah bilang dahulu kepada komandan Reno.

"kau..... " Allan sangat marah, "jangan harap kau bisa dengan mudah berkorban seperti itu! "

"kalau begitu terserah kalian, kami mau pergi makan, sudah dulu ya."

Selesai bicara, Gavin langsung memutuskan sambungan teleponnya, lalu menoleh ke arah Laras dan memberikannya tatapan yang menenangkan, dengan lembut berkata : "tenang saja, jika ada masalah, aku yang akan menanggungnya."

Di saat itu, pandangan mata Laras yang memukau bagaikan air musim gugur yang beriak, hatinya sangat terharu, merasa hangat, asam, dan ada keinginan untuk menangis.

Tidak pernah ada orang yang memperlakukannya seperti ini......

--

Rumah keluarga Atmaja

Rama dan Nagita sedang terus menunggu balasan dari keluarga Pradipta, begitu teleponnya berbunyi, Rama segera mengangkatnya, begitu dia mendengarkan apa yang diucapkan oleh seberang telepon sana, dia langsung merasa lemas.

"Iya, iya, baiklah, saya sudah mengerti. " dia menutup teleponnya dengan gemetar.

Nagita dengan tidak sabar menunggu di sampingnya, "bagaimana? Komandan Allan bilang apa? "

Rama sekali lagi tanpa sadar mengeluarkan keringat dingin, "Komandan Allan bilang, hal ini harus dirahasiakan, siapa yang membocorkannya, semua harus dibunuh! "

"......" Nagita tiba-tiba merasa pandangannya gelap, lalu menjatuhkan badannya ke lantai.

"istriku, istriku, kau jangan menakutiku. " Rama segera berjongkok dan memapahnya.

Nagita berkata sambil menangis tersedu-sedu : "habislah, habislah, keluarga kita habis sudah, Laras pasti akan membalas dendam pada kita, dia sudah mendapatkan Gavin, pasti dia akan membalas kita habis-habisan. "

Di saat yang genting, pria lebih bisa berpikir menggunakan akal sehat, Rama berkata : "untung saja aku adalah kawan lama komandan Allan, gadis itu tidak akan berani berbuat seenaknya, terlebih lagi, dengan sifatnya yang seperti itu, bisa saja Gavin hanya main-main dengannya, tidak lama juga akan bosan, bukankah ini alasan utama keluarga Pradipta meminta kita merahasiakan mengenai hal ini, orang tua keluarga Pradipta pasti juga tidak menyukai gadis itu. "

"tetapi mereka sudah menikah. "

"terus kenapa, meskipun sudah menikah masih bisa bercerai. "

Setelah Nagita mendengar perkataan suaminya, nafasnya pelan-pelan tidak tersendat lagi, "semoga saja.... "

--

Untuk menghidupkan suasana, Gavin berhenti di depan restoran barbeque, dia ingin menggunakan suasana makan daging panggang untuk mengenal Laras lebih dekat, juga ingin tahu kenapa kemarin malam dia bisa berbaring di ranjangnya seperti itu.

Di dalam restoran tidak dingin sedikitpun, bahkan agak sedikit panas, Laras melepaskan jaketnya, meletakkannya dengan hati-hati di atas kursi yang kosong.

Waktu memesan makanan, Gavin berkata : "wajahmu terluka, tidak nyaman untuk makan makanan pedas, kita pesan yang sedikit mudah untuk dimakan. "

Laras menganggukkan kepalanya, berkata dengan menurut : "baik, terserah kamu saja, aku tidak pilih-pilih makanan. "

Gavin memesan banyak makanan, selesai memesan segera memasukkan pesanannya.

Waktu itu sudah hampir jam 8, Laras sudah sangat kelaparan, makanannya sangat cepat sudah keluar semua, memenuhi satu meja.

Gavin melihat matanya terus melihat ke arah daging yang sedang dipanggang, langsung berkata : "jangan khawatir, sebentar lagi sudah bisa dimakan."

Laras sudah sangat lapar sampai ingin menggigit sumpitnya, melihat dagingnya mendesis di atas panggangan besi, bagaimana bisa menahan diri, dia dengan tidak sabar menyerbu ke depan, tiba-tiba dia merasa hidungnya gatal, ingin bersin, tanpa dapat ditahan tiba-tiba dia "hachi", bersin ke arah panggangan daging panggang yang ada di hadapannya.

Laras membatu seketika, sama sepertinya, Gavin yang duduk di seberang juga ikut membatu.

Di bawah hidungnya yang kecil juga ada ingus yang transparan, ada 2 tetes yang berada di atas bibirnya dan entah berapa banyak tetes yang sudah jatuh ke atas dagingnya.

Daging panggang yang berwarna coklat keemasan terus mengeluarkan suara mendesis, sebelum Gavin berkata apapun, Laras segera menunduk, sambil mengambil tissue untuk mengelap ingus, sambil mengambil sumpit untuk mengambil dagingnya, "maaf, aku bukannya sengaja, yang ini semuanya buat aku, kau panggang yang lain saja.

Gavin malah tertawa sambil berkata : "tidak apa-apa, makanlah, makan yang kenyang lebih penting. "

Proses makan daging panggang hanya dapat dijelaskan dengan kata "mantap"! Laras sama sekali tidak perlu memanggang, tugasnya hanya makan, makan dan makan, pelayanan Gavin sangat sempurna, bahkan saus saja dituangkan untuknya.

Sampai saat ini, Laras hanya tahu Gavin adalah seorang tentara, kelihatannya punya latar belakang keluarga yang baik, sisanya dia tidak tahu apapun, bahkan dia tidak tahu alasan dia menikahinya

Yang penting nanti dia tidak usah pulang ke rumah keluarga Atmaja lagi, dia diam-diam berpikir di dalam hati, kabur dulu dari kandang singa, masalah lainnya nanti baru dipikirkan, semuanya akan baik-baik saja.

Belum lagi dari kecil dia sudah menerima banyak penyiksaan dan penghinaan dari pamannya, demi perusahaannya bisa melewati krisis, pamannya bahkan tega untuk menjual keperawanannya kepada tua bangka itu, dia sudah tidak bisa tinggal di atap yang sama dengan mereka.

Hari ini dia pulang ke sana, sebenarnya hanya ingin memutuskan hubungan dengan keluarga pamannya, anggap saja keperawanannya untuk membalas budi mereka yang sudah membesarkannya sampai saat ini, setelah ini mereka sudah tidak ada hubungan apapun dengannya.

Tapi tanpa diduga, malah bertemu dengan Pemimpin Militer Gavin Pradipta.

Gavin melihat dia makan dengan lahapnya, wajahnya yang murung pelan-pelan mulai sedikit hidup, dia bertanya dengan ringan kepada gadis itu : "luka di wajahmu siapa yang memukulnya?"

Laras bersikeras berkata : "sungguh, aku jatuh, aku tidak hati-hati terpeleset, hehe."

Gavin mengabaikan jawabannya, terus berkata : "selain wajah, di tubuhmu masih ada luka lainnya tidak?" semalam dia tidak pernah menyakitinya, jika adapun, hanya menyakiti bagian bawah gadis itu saja.

Laras menghindari pertanyaannya, menunjuk satu piring sapi panggang kecap di depannya dan berkata : "bakar ini juga dong."

Gavin akhirnya menyerah, menjepit daging sapinya dan menaruhnya di panggangan besi untuk dipanggang, lalu berkata : "selesai makan kita pergi ke rumah sakit periksa?"

"hanya luka kecil, tidak apa-apa."

Melihat dia berkata dengan gampangnya, dia bertanya lagi : "kau sering terluka?"

Laras terdiam, mulai waspada, gerakannya juga mulai tidak nyaman.

"sudahlah, kau tidak bersedia untuk mengatakannya aku juga tidak akan memaksamu, cepat makan." hari ke depan masih panjang, tidak perlu terburu-buru.

Mungkin karena terlalu lapar, Laras hanya sibuk makan untuk dirinya sendiri, tidak menyadari sumpit Gavin dari tadi hanya sibuk mengambilkan makanan untuknya, dirinya sendiri malah tidak makan sedikitpun.

Novel Terkait

Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
3 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
5 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
3 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
3 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu