Cinta Pada Istri Urakan - Bab 32 Hal Yang Paling Memalukan Dalam Hidup Ini (1)

Mobil off road yang besar diparkir di sisi jalan, daun-daun berguguran satu demi satu, mobilnya terlihat berguncang, jika dilihat dari jauh, guncangan mobilnya cukup besar.

Jika sepasang suami istri berada di dalam ruangan tertutup, hal apapun bisa dilakukan oleh mereka, misalnya--memukul pantat.

Gavin memasukkan Laras ke dalam mobil lalu menutup pintunya, tanpa menunggu Laras duduk dengan benar, dia langsung menahan pinggang Laras dengan kuat lalu, "Plak plak plak" tiga kali.

"Kau gila yah, dasar pria tua mesum!" Laras mengulurkan tangannya untuk melindungi pantatnya lalu memiringkan kepalanya dan memaki Gavin dengan keras.

Makiannya membuat Gavin semakin marah.

Tanpa berkata apapun dia langsung mengulurkan tangannya untuk melepaskan celana Laras, lalu kancing celana jinsnya langsung terbuka, di bawah kekuasaan seseorang yang sangat kuat, celana jinsnya tidak mempunyai kekuatan untuk bertarung, dia memilih untuk mati di tempat.

Di dalam ruangan yang sempit dan terbatas ini, Laras mengalami hal yang paling memalukan dalam hidupnya selama ini.

"Plak plak plak" dia memukulnya lagi 3 kali, suaranya terdengar sangat nyaring, Laras seketika merasa kalau pantatnya mau meledak, kenapa bisa begitu sakit?! Sangat sakit sampai-sampai pantatnya seperti mati rasa.

"Dasar mesum!"

"plak!"

"Akhhh! Sialan!"

"plak!"

"Akhhh! Breng...." sebelum kata "sek" keluar dari mulutnya, Gavin kembali mendaratkan tangannya dengan keras ke arah pantatnya yang putih itu, "plak", kulit yang halus dan putih itu segera menjadi merah.

"Akhhh! ....." Dia tidak berani memakinya lagi, memaki dia hanya senang sebentar saja, tetapi setelahnya pantatnya sangat menderita.

Dia mengusap bagian tubuhnya yang sakit, tidak bisa menahan diri untuk tidak menangis dengan keras, dia merasa sangat sakit dan malu, dia tidak diperbolehkan untuk memakinya, tetapi dia masih diperbolehkan untuk menangis bukan?!

Telapak tangan Gavin yang digunakan untuk memukulnya terasa sedikit mati rasa, saat memukulnya dia memang benar-benar tidak menunjukkan belas kasihan, benar-benar keterlaluan, seorang gadis bisa mengeluarkan perkataan yang begitu tidak enak didengar, memaki orang di tengah jalan bagaikan preman saja, setiap perkataanya menusuk hatinya, jika hari ini dia tidak memberikannya sedikit pelajaran, dia tidak akan tahu siapa yang sebenarnya berkuasa di sini.

Dia mengangkat tangannya, suaranya mengandung ancaman, "Apakah kamu masih mau memakiku?"

"Tidak, tidak, huaaaaa....."

"Masih berani membantah tidak?"

"Tidak berani lagi...."

"Mau menurut tidak?"

"Nurut nurut...."

Akhirnya dia menurunkan tangannya, Laras langsung berguling ke bawah, tubuh bagian sampingnya jatuh ke bagian bawah mobil lalu kepalanya terantuk pintu mobil, "tong" suaranya terdengar sangat nyaring.

"huhuhu....." isakannya tidak berhenti, celana jinsnya yang lemah masih tergantung di kakinya, dia terlihat sangat menyedihkan dan memalukan.

Tempatnya sangat sempit, bahkan dia ingin mengulurkan tangannya untuk membetulkan celananya saja susah, saat dia melirik wajah Gavin yang menyeramkan, dia bagaikan seorang anak kecil yang ditindas, menangis dengan sangat keras.

Seluruh emosi dan amarahnya dan juga seluruh kesombongan dan harga dirinya semua menghilang karena pukulan di pantatnya ini.

Tidak akan ada lagi.

Gavin meliriknya dan menggunakan ekor matanya untuk melihat "lukanya", kulit yang putih bersih itu saat ini terlihat merah dan bengkak, bekas telapak tangannya terlihat sangat jelas, tempat yang paling parah adalah pembuluh darah kapilernya pecah, memperlihatkan bintik-bintik merah gelap.

Saat mendengar tangisannya, tangannya terasa mati rasa, hatinya juga melembut, dia menghela napas keras dan bertanya : "Bisakah kamu tidak membuatku khawatir?"

Laras tidak berhenti menangis, dia menangis dengan sesenggukan, dia bahkan tidak mampu berbicara lagi, hanya bisa menganggukkan kepalanya dengan patuh, "Emm..."

Dia sudah dipukul, sudah dimarahi juga, pada akhirnya Gavin merasa tidak tega, dia menariknya berdiri lalu membantunya untuk menaikkan celananya.

Di dalam mobil sangat sempit, dia berdiri sangat dekat di sampingnya, karena tidak berdiri dengan benar dia tidak sengaja duduk di atas pahanya.

Dia merasa sedikit takut, takut dipukul kembali, dia segera berusaha untuk bangun, kedua kakinya bergetar.

Tidak disangka, Gavin tidak hanya tidak marah, dia bahkan mengeratkan pelukannya pada pinggangnya, dia tahu dia sakit jadi dia membuka kedua kakinya agar pantat Laras dapat duduk di antara kedua kakinya lalu dia memeluknya dan melindunginya.

Novel Terkait

My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
4 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
5 tahun yang lalu