Cinta Pada Istri Urakan - Bab 341 Luar Biasa Berefek

Liuyechun (obat perangsang) tidak berefek pada pasukan khusus seperti Gavin, tapi pada Laras, luar biasa berefek.

Aaron mendengar pergerakan di atas dengan teliti, begitu mendengar suara pintu tertutup, langsung meminta imbalan.

"Nenek, sudah berhasil."

Nenek memanggilnya kemari, dengan puas berkata: "Aku sangat tenang kalau kamu yang mengerjakan."

Diatas, Laras langsung membuka pintu ruang kerja, dia memandang pria yang duduk didepan meja kerja dengan linglung.

"Kamu, Gavin??" Dia memejamkan matanya dengan kuat menggelengkan kepalanya, tapi masih saja tidak bisa menghilangkan kabut tebal didepan matanya, dan gelombang dihatinya, "Kamu kenapa jahat sekali?"

Gavin menutup laptopnya, bangkit pergi melihatnya, hanya melihat wajah tersenyumnya yang kemerahan, pandangannya sedikit aneh, bertanya: "Kamu kenapa?"

"Kamu???" Jelas-jelas mencarinya mau membuat perhitungan, tapi badannya tidak bisa dikontrol, dia mengerutkan bibirnya, menginjak kaki Gavin, kedua tangannya memukul dada Gavin, "Kenapa kamu ngeselin sekali?"

"??" Gavin segera merentangkan tangannya, menangkap dia yang lucu.

"Kamu ya kamu ya," Laras menyandarkan wajahnya kedada Gavin, walau nada bicaranya mengeluh dan menyalahkan, tapi suaranya malah selembut lilin, "Kenapa begitu galak denganku? Apakah perkataanku begitu tidak berarti? Atau aku dihatimu tidak berarti?"

"??" Pasti ada sesuatu.

Laras seperti sedang menyindirnya, tapi juga seperti berbicara sendiri, "Aku juga merasa paman mendapatkan akibat karena perbuatannya sendiri, tapi kamu lihat Manda begitu kasihan, padahal sedang turun salju tapi dia pagi-pagi datang mencarimu, apa kamu tidak bisa membantunya demi aku? Permintaannya tidak kelewatan, kan hanya bertemu saja."

Kedua kakinya tidak bertenaga, kedua tangannya melingkari lehernya, seluruh tubuhnya bergantungan dengan Gavin, kepalanya terangkat, dagunya bersandar di otot dada Gavin, sepasang mata hitam dan besar berkedip-kedip sambil melihatnya, "Ehn? Kalau begitu kamu mau memaafkanku tidak karena tadi bertengkar dan berteriak tanpa alasan denganmu?"

"??" Gavin yakin sekali, Laras pasti ada sesuatu.

Dia mengangkat wajahnya, dengan kuat mengusap dua kali, merasa kalau wajahnya sedikit hangat, bertanya: "Sedang demam? Atau sedang merengek?"

Dia berkedip pelan, berkata: "Ehn, dua duanya."

"??"

Semakin dilihat semakin aneh, Gavin mendekat ke bibirnya dan mengendusnya, "Minum sup ayam?"

"Ehn, sup ekstasi." Laras tersenyum dan memeluknya, kedua kakinya mengapit betis Gavin, seperti gurita memeluknya dengan kuat.

Tapi, tenaganya tidak kuat, hari ini sangat lemah, seluruh tubuhnya sangat lemas, Laras memandang Gavin seperti diserang kejahatan, seperti, seperti selir kesepian memanggilnya.

Gavin menggendongnya, Laras yang seperti ini sangat mempesona, bagi Gavin ini adalah godaan yang fatal.

Tapi dia masih mempertahankan sikap waspada, bertanya: "Siapa yang bawakan sup ayam untukmu?"

"Ehn??" Bola matanya berputar, "Adik ipar."

Gavin memutar melihat teh yang diatas meja kerja, berpikir Aaron yang gelisah tadi, pasti ini ada sesuatu.

Lalu melihat Laras lagi, seperti terkena obat bius.

Suaranya tanpa sadar memelan, dengan lembut dan sabar berkata: "Aku coba minta polisi mempertemukan paman dengan Manda, tapi bibi tidak perlu, bibi saja dia sendiri sudah dalam bahaya, pasti tidak bisa bertemu dengan paman."

"Ehn, kamu~ baik~sekali~"

"??" Yaampun, hatinya melebur, kakinya melunak, hanya ada suatu tempat yang mengeras.

Gavin juga tidak membalas apa-apa, Laras sudah membara tidak bisa menahan lagi, dengan segera merangkul lehernya dan menarik kearahnya, "Ehn??" Dia tanpa sadar mengeluarkan suara, dengan berani memintanya.

Gavin pun tercengang, satu sisi tidak bisa menolak pergerakan seperti ini, satu sisi lagi ingin menyelesaikan perkataannya, ingin memperjelas masalah ini.

Kedua orang ini berciuman dengan panas, Gavin memeluknya berjalan ke kamar tidur.

Terdengar suara pintu tertutup, pintu kamar tertutup, setelah itu adalah dunia berdua sesungguhnya.

??

Malam hari, Laras tidak bisa bangun dari tempat tidur, dan Aaron, wajahnya dihajar sampai bengkak, menangis memohon pertolongan dengan nenek, dan juga dengan tegas berjanji pada Gavin tidak akan mengulanginya lagi.

Kemarahan Gavin tidak bisa mereda, "Masih mau makan? Keluar, dedaunan saja tidak akan kukasih, lain kali jangan kulihat kamu di kediamanku lagi."

"Kak, kak, ide nenek." Aaron hampir menangis.

Orang tua sudah menghindar jauh-jauh dari tadi, "Aduh, kepalaku sakit, pelayan Dewa, cepat telepon tanya dokter Chen.“

Aaron: "??" Nenek, nenek sangat tidak setia.

Gavin: "??" Kamu benar-benar sakit kepala tepat waktu.

"Keluar!" Gavin menendang Aaron keluar.

Aaron sangat sial, sambil memegang pantatnya berkata: "Sudah selesai menikmati langsung tidak kenal saudara lagi, hanya kamulah yang begini."

"Masih bicara lagi, kurang dihajar ya?!"

"Aku keluar, aku keluar oke? ??Malam badai salju begini, tidak kasihan padaku?"

??

--

Dibawah bantuan Gavin, Manda akhirnya bertemu dengan Rama, tapi kondisinya sedikit rumit, jadi kedua bapak anak ini hanya bisa saling melihat dari jendela kaca dalam 2 menit.

2 menit, bahkan tidak bisa membicarakan masalah sampai selesai, tapi, ini adalah pengecualian.

Setelah keluar dari kantor polisi, Manda masih tenggelam dalam kesedihan, Rendra yang terus menunggunya diluar juga sangat sedih.

Rendra benar-benar melihat Manda hari ke hari semakin kurus.

"Kamu kenapa datang?" Bukannya kusuruh tunggu didalam mobil?" Manda melihat Rendra menjemputnya didepan kantor polisi, langsung marah, mengusirnya cepat pergi, takut dilihat orang lain.

Rendra yang didorong olehnya, merasa sangat tidak masuk akal, "Kenapa, apa aku sememalukan itu ya?"

"Tidak menyuruhmu datang memaksa ikut, sudah ikut menyuruhmu tunggu dimobil kenapa tidak menurut?"

"Mobil berhenti begitu jauh, aku bawa kesini jemput kamu, angin diluar sangat kuat."

Begitu Manda melihat, mobilnya dipindahkan dari parkiran ke lapangan didepan kantor polisi, Manda sangat tidak berdaya, hanya bisa mendorongnya mendesaknya cepat masuk ke dalam mobil.

Kedua orang ini masuk ke dalam mobil, Rendra baru menghidupkan mesin, Manda langsung mendesak, "Cepat jalan cepat jalan."

"Tidak bisa cepat, cuaca terlalu dingin, setidaknya butuh 10 menit sampai mesin panas."

"??" Manda tidak bisa berkata apa-apa, cepat-cepat melihat keluar seperti melakukan kejahatan, melihat apa ada orang yang melihat mereka.

Rendra sangat depresi juga sangat penasaran, "Kamu kenapa seperti ini?"

"Ha?" Manda pura-pura bodoh, menggaruk kepalanya melihat keluar jendela.

"Manda, akhir-akhir ini kamu selalu menghindar dariku, hari ini kalau bukan aku menunggumu didepan rumah, kamu berencana kapan menemuiku?"

"?? Tidak kok, aku mana ada menghindar, hanya saja akhir-akhir ini banyak hal yang terjadi dirumah, aku hanya sibuk menjaga mamaku."

"Sungguh seperti itu?"

"Ehn."

Rendra juga tidak bisa melakukan apa-apa, ingin bertanya pada Manda apakah masih menyukainya atau tidak, tapi begitu sampai dimulut, ditelan lagi, dia sungguh tidak sanggup mengatakan hal yang tidak masuk akal seperti itu.

Novel Terkait

Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
5 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
4 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
5 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu