Cinta Pada Istri Urakan - Bab 401 Aku Yang Salah Menilaimu

Kali ini, Laras benar-benar terbisu, dia tidak menyetujui perbuatan Manda, tapi dia juga tidak bisa melakukan apa-apa.

"Laras, aku tau kalau kamu mengkhawatirkanku, kamu tenang saja, aku bukan orang yang akan menyulitkan diri sendiri tanpa syarat, Tanu benar-benar snagat baik kepadaku, untuk menunjukkan keteguhannya, dia sudah putus hubungan dengan teman-teman dulunya yang tidak baik, juga pergi bekerja di perusahaan papanya, dia bilang dia selalu lebih baik setiap hari, asal memikirkan kedepannya harus memberiku kehidupan yang baik, dia menjadi sangat giat."

"Sungguh Laras, aku tidak akan menggunakan hal seperti ini untuk membohongimu, aku bisa merasakan kalau dia tulus padaku. Menurutmu aku akan membiarkan pria yang begitu menyukaiku, aku bukan orang bodoh. Mengenai Rendra, bersamanya membuatku sangat tertekan, juga sangat lelah, tidak seperti Tanu, aku sangat santai.

Laras mengangguk, "Baik, kalau kamu memang berkata seperti itu, aku akan menghargai pilihanmu, tapi kalau Tanu ataupun keluarga Dibyo menyulitkanmu setitikpun, kamu harus memberitahuku."

----

Jam 3 sore, Tanu mengantarkan Manda ke kantor polisi, jarak dengan waktu yang dijanjikan masih ada setengah jam lagi.

Tanu melihat wajahnya yang panik, menghiburnya: "Tenanglah, pengacara Zhang sudah mengurus semuanya, sekarang tinggal menunggu waktu melepaskan orang, kalau kamu tidak sabar menunggu, aku temani kamu keluar jalan-jalan, keliling satu putaran saja waktunya sudah sampai."

Manda menggeleng, sekarang ini mana ada mood untuk jalan-jalan, "Kita tunggu disini saja."

"Baik."

Setelah beberapa waktu, seseorang masuk dari pintu masuk, waktu Manda melihatnya, dia juga melihat Manda, ekspresi mereka berdua sangat terkejut.

Manda tidak bersuara, pura-pura tidak kenal, dia juga tidak berbicara, langsung berjalan masuk ke dalam.

Dan sekarang ini, ada sebaris orang keluar dari ruang interogasi, "Direktur Pradipta bisa datang langsung membantu pekerjaan kami disaat kesibukan, sungguh sangat berterimakasih."

"Anda terlalu sungkan, bekerjasama dengan pekerjaan polisi adalah kewajiban setiap warga."

Suara ini terlalu familier, Manda melihat ke arah sumber suara itu, hatinya berdetak sangat kencang, dia berharap juga ketakutan.

Hanya melihat lorong yang penuh bayangan itu, dia berdiri disana, punggungnya tegak, sekeliling tubuhnya seperti diselimuti sinar matahari. Yang lebih cerah dari sinar matahari adalah wajahnya, bermandikan cahaya emas, juga tersenyum tipis dan elegan kepada orang sekitarnya.

Detik ini, Manda menahan nafasnya, bahkan matanya pun tidak rela berkedip.

Jamet dengan tergesa-gesa memberikan handphone: "Direktur, telepon dari sekretaris jendral."

Polisi langsung berkata: "Direktur Pradipta, silahkan sibuk kembali."

Rendra melambaikan tangannya memberi tanda kepada polisi agar tidak perlu mengantarkannya, lalu mengambil handphone dari Jamet, "Halo?......"

Saat dia memutarkan kepalanya, pandangannya jatuh pada Manda yang berada tidak jauh, pada saat itu, ekspresinya berubah menjadi terkejut, senyumnya juga menjadi terpaksa.

Tapi dia tetap dengan tenang berjalan kedepan, dan juga masih mendengar telepon, "Ehn, aku disini sudah selesai, nanti aku lihat saat kembali ke kantor."

Arah pandangannya tidak bisa ditahan untuk tidak melihat ke arah Manda, dia datang bersama Tanu, mereka, sungguh sudah bersama.

"Ehn......Ehn......Baik, aku lihat dulu......Ehn......Baik......Baik......Sudah dulu."

Rendra menurunkan handphonenya, langkahnya juga terhenti, seperti diperintah setan, dia berjalan ke arah Manda dan Tanu.

Otak Manda tidak berfungsi, atau terlalu muda, dia tidak bisa melakukan hal yang seperti Rendra lakukan.

Tanu juga sudah melihat Rendra, karena waspada terhadap sesama jenis, dia langsung berdiri di depan Manda, berdiri di antara dua orang itu.

"Direktur Pradipta, ha, kebetulan sekali, datang kesini juga bisa bertemu denganmu?"

Tanu mengulurkan tangan kearahnya, tapai dia malah memasukkan handphonenya ke kantong, tangannya terus berdiam di dalam kantong celananya.

Tanu sedikit canggung, merilekskan bahunya, dengan tersenyum menarik kembali tangannya, memasang wajah 'akulah pemenang pemeluk wanita cantik.'

Rendra jelas-jelas tidak menganggap Tanu, dia langsung melewati Tanu, melihat ke arah Manda, "Datang kesini ada urusan apa?"

Maksudnya adalah, ada masalah apapun aku bisa membantumu, asal kamu meminta.

Manda sedikit menundukkan kepalanya, pandangannya jatuh pada kerah bajunya, sampai sekarang pun tidak berani bertukar pandang dengannya, dia dengan suara pelan berkata: "Mamaku bisa di bebaskan."

Rendra menaikkan pandangannya melihat Tanu.

Mereka bertukar pandang dan aura lagi.

Tanu menampilkan tatapan yang kuat, ada sedikit kekejaman dan lebih banyak pamer, seperti berkata----Apa gunanya kamu menjadi pejabat, bukankah tidak bisa melakukan apa-apa juga?! Ada uang bisa menyuruh hantu menggiling, siapa yang ada uang siapa yang menjadi raja.

Rendra dan Tanu, dalam hati mereka saling meremehkan, hanya tidak dibilang didepan saja.

Rendra melihat Manda lagi, berkata: "Kasus grup Atmaja sangat rumit, kamu tidak mengerti apapun, lebih baik jangan ikut terlibat."

Manda baru saja mau berbicara, Tanu berbicara dulu: "Serumit apapun kasus grup Atmaja, itu adalah orang tua Manda, kalau bisa dibebaskan tentu harus dibebaskan. Direktur Pradipta, kamu ada tim pengacara profesional yang mengurus, menjalani semua prosedur sesuai hukum, tidak perlu khawatir."

Rendra mengernyit, setaunya Nagita menyalahgunakan uang publik sebanyak 100 juta dolar, sebelum dibebaskan syaratnya adalah harus mengembalikan 100 juta dolar itu, lalu harus membayar uang pembebasan, sesuai dengan kondisi Nagita, uang pembebasan saja pasti tidak sedikit, darimana Manda mendapatkan uang sebanyak itu, harusnya itu semua uang Tanu.

Bukankah juga karena uang?! Apa Manda mengira kalau dia tidak ada?

Tiba-tiba Rendra tertawa dingin, menatap Manda dalam, "He, aku kira kamu bukan orang yang sekarah dan tamak, sekarang tampaknya, aku yang salah menilaimu."

"......" Manda mengunci rapat bibirnya, hanya bisa bernafas dengan banyak dari hidungnya, hatinya panik, dia merasa sakit sampai bernafas saja susah.

Hatinya sakit, mata dan hidungnya mulai terasa masam, dia tidak ingin menangis dihadapannya, menggertakkan giginya dengan kuat tenaga menahannya, menahannya, menahannya......

Tanu mundur melindungi Manda, langsung menyatakan perang dengan Rendra, "Tamak dan serakah apanya, tolong perhatikan omongan kamu, jangan mengira naik jabatan kami akan takut padamu."

Rendra tidak berbicara lagi, dia sama sekali tidak ingin memperdulikan orang licik seperti Tanu, hanya saja, dia melihat Manda hanya diam di belakang Tanu, kedua orang begitu dekat, dia merasa sangat marah.

Saat ini, pengacara Zhang membawa Nagita keluar, waktu yang dijanjikan untuk melepaskan orang tanpa terasa sudah tiba.

Manda melihat Nagita, air mata yang dia tahan sedari tadi seperti mendapatkan celah, langsung keluar, "Ma......" Dia berlari kearah Nagita, langsung memeluknya.

Nagita malah sangat tenang, dengan lega berkata: "Manda, beberapa waktu ini kamu sudah bekerja keras."

Air mata Manda mengalir deras, orang yang tidak tau apa-apa akan mengira kalau dia menangis karena bahagia.

Novel Terkait

Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
4 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
5 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
4 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
3 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu